Pria tampan ini berdiri di sebuah mimbar, kumis tipis rapi melintang di atas bibirnya, jas-nya berwarna krim terlihat sangat elegan. Karena dari bahan yang berkualitas dan dari desainer top di Tokyo. Rambutnya terlihat di sisir rapi dan di beri gell, sehingga tampak basah.Dia menatap seluruh undangan yang hadir, sepintas, dia bak orang Korea, karena tubuhnya tinggi kokoh. Tapi saat melihat namanya, semua orang menduga dia orang Malaysia.Tapi semua kecele, saat dia memperkenalkan diri dengan nama Datok Hasim Zailani, di mana dia sebut ibunya asli Jepang dan ayahnya dari Indonesia.“Terima kasih atas kehadiran bapak-bapak, ibu-ibu sekalian. Pada hari ini, saya Datok Hasim Zailani, sengaja undang bapak dan ibu semua yang terhormat. Untuk meresmikan pabrik mobil saya yang berkonsep masa depan.”Gaya Datok Hasim yang berwibawa membuat semua orang bak terhipnotis, apalagi wajahnya sangat tampan dan tubuh tinggi besar - nya.Hari ini, Datok Hasim Zailani go publik, dia kubur nama Dean Tana
Tiga hari kemudian, Datok tersenyum menatap wanita cantik di depannya saat ini, Ayami diam-diam nekat mendatangi Datok di Restoran Meiji.Dengan alasan suaminya sedang tugas di Hokaido, Ayami berani datang menemui Datok sendirian, dengan cara menyamar. Yakni menutupi wajahnya dengan sebuah selendang, mirip syal musim dingin.“Hmm…jadi kamu ini hanya istri keduanya, dan Abe Yosiko pernah menikah?’“Begitulah Tuan Datok, istri pertamanya itu ada di Hokaido, alasan saja ada tugas, paling dia menemui istri tuanya itu!” sungut Ayami cemburu, sambil minum sake satu kali tengak langsung masuk ke mulutya.Dan lehernya yang putih bak kapur seakan terlihat jelas saat sake ini lewat di tenggorokannya.Datok tersenyum sinis saja, dia kini harus hati-hati, agar jangan sampai menganggu istri sah orang. Sebab ini pantangan besar.Dia masih ingat pesan Ito Komura gurunya, agar jangan sesekali menganggu apalagi gauli istri orang. Ilmu kebalnya akan ruah atau badannya bakalan tertembus senjata tajam.S
Tangan pria ini gemetaran, di depannya terpampang 5 foto istri keduanya sedang aseek bercinta dengan seseorang, yang wajahnya tak kelihatan.“Bangsaattt…dasar binatang, ku pikir sudah berhenti dengan lelaki lain, ternyata masih kumat!” Abe Yosiko melempar foto-foto ini dan menapak meja kerjanya, hingga kaca di meja itu pecah.Stafnya yang berada di luar ruangannya kaget bukan main. Saat masuk ke ruangan bosnya, dia buru-buru keluar lagi. Mencari obat luka, karena tangan Abe Yosiko berdarah.Saat membantu memperban tangan Abe yang terluka, si staf ini sampai terbelalak saat melihat foto-foto Ayami, yang tengah bersenggama dengan seseorang.Walaupun saat ini Jepang mulai memasuk era baru, yakni keterbukaan yang dimulai dengan diterbitkannya majalah ataupun buku stensilan bertema hubungan dewasa dan ini legal.Tapi melihat foto Ayami sedang berhubungan badan dengan pria yang tak terlihat wajahnya, jakun si staf pria ini naik turun juga.“Ngapain kamu lihat-lihat foto bangsat ini hahhhh,”
Walaupun wajah biduan yang bernama Seki Tanada ini berubah dengan gaya riasan yang sedang trend saat ini, yakni alis di bikin tipis. Rambut bergelombang, lalu di bikin sanggul indah, dan gaun ala barat. Tapi mata tajam Datok dapat menangkap dan menduga…kalau ini adalah Putri Saiko.Namun ia diam saja dan mulai menikmati alunan musik dan suara indah Seki Tanada. Saat menyanyikan sebuah lagu yang menyatakan rasa kangen pada sosok seseorang, mata Seki Tanada terlihat menatap lurus ke wajah Datok.Datok pun sama, mereka saling tatap, tanpa siapapun tahu arti tatapan penyanyi ini. Karena semua penonton mengira sang penyanyi jelita ini hanya menatap penonton di bagian depan.Meni yang berada di samping Datok tak sadar tatapan Seki Tanada ini pada Datok, semua penonton terbuai dengan alunan suara Seki Tanada yang merdu.Di tambah musik yang memang sangat indah, perpaduan shamisen dan piano, juga guitar dan juga drum, bahkan ada shaksofon. Perpaduan musik yang indah ini benar-benar membuai se
Datok kini berjalan menuju ke teras depan rumahnya yang mewah dan luas, terlihat dari kejauhan sang biduan cantik sedang duduk termenung.Wanita cantik ini terlihat seperti mengagumi rumahnya yang mewah, dengan halaman luas dan mobil-mobil berjejer di garasi rumah ini.“Apa kabar Seki Tanada…?” Datok menyapa duluan sambil duduk di teras dan kini mereka saling berhadapan.Keduanya saling tatap dan kembali Datok teringat ucapan mendiang Meni yang memintanya menemui Seki Tanada, tanpa sebut apa maksudnya. Hal yang jadi pertanyaan di batinnya hingga kini.Ternyata tanpa di cari, Seki Tanada malah hari ini nongol di rumahnya, tiga hari pasca Meni meninggal dunia. Bingung juga Datok, karena dia tak pernah berteman dengan sang biduan top di Tokyo ini.“Tuan Datok…jangan kaget, aku hanya mau ucapkan turut berduka cita. Atas meninggalnya kekasih tuan itu!” melihat tatapan tajam Datok, Seki Tanada langsung alihkan pandangan ke taman yang berada di halaman luas rumah ini.“Terima kasih Madam Sek
Datok ikut menatap di balik kaca salah seorang pria yang sebelumnya tertembak olehnya, kini sedang di interogasi anak buah Kombes Sugi Nakamura. Pria ini terlihat ngeyel, dia seakan mengejek dua polisi yang sedang bertanya padanya.Pria ini terlihat tetap diam saja, dia tak mau menjawab semua pertanyaan dua polisi ini. kalau pun bicara, dia malah bersikukuh sedang menunggu pengacaranya.Datok pun izin dengan Kombes Sugi Nakamura untuk masuk dan ikut bertanya, awalnya Sugi ragu, tapi saat menatap wajah Datok, Sugi akhirnya beri izin.Melihat Datok ikut masuk, dua polisi ini mundur, apalagi saat melihat kode dari Sugi Nakamura, pria ini terlihat kaget dan mulai gelisah.Tak menyangka orang yang mau dia bunuh, tiba-tiba bisa nyelonong masuk ke ruangan ini, dan menatapnya dengan tajam.Drakkkk…Datok menggeser meja, lalu mengangkat dan brak, meletakannya kaki meja ini tepat di jempol kaki orang ini.Orang ini langsung melolong ke sakitan, jempol kakinya berdarah, kukunya tercabut dan dia t
Aina Hogohara menatap pria muda di depannya ini, setelah menyanyikan 5 lagu, si mucikari yan tadi sudah dapat uang tips tak sedikit memenuhi janjinya. Mendatangkan Aina Hogohara untuk menemani Datok bersantai malam ini.Aina juga sekalian beristirahat dan kini ikut minum bersama Datok, sambil menikmati makanan kecil, juga camelan lainnya. Bahkan Aina tak segan pesan rokok dan dengan santai menikmati setiap sedotan dari batang rokok ini.“Suara kamu indah sekali Aina, tak kalah dengan suara Seki Tanada!” puji Datok, sambil menatap wajah Aina, yang masih agak menor, karena make upnya agak glamour.“Terima kasih tuan, ahh tuan bisa saja, saya ini siapa sih, hanya penyanyi kelas pub. Sedangkan Seki Tanada seorang penyanyi ngetop dan jadi pujaan semua orang saat ini,” di puji pria tampan berwibawa ini, Aina Hogohara merendah.“Kamu mau bikin rekaman nggak, bikin piringan hitam mungkin? Nanti aku bantu!” Datok tanpa sungkan menawari sebuah keinginan setiap biduan, yakni bikin album piringa
Aina Hogohara minta Datok mampir dulu, karena dia masih syok, Datok mengiyakan dan dia sempat pinjam telpon. Tujuanya ntuk menelpon Kombes Sugi Nakamura, yang langsung mendatangi TKP, di mana dua orang penguntitnya yang berhasil di lumpuhkan sebelumnya berada dan dalam kondisi pingsan dan luka-luka.Tempat Aina lumayan bagus walaupun kecil, Datok langsung suka melihat rumahnya bersih dan rapi. Datok memang suka kerapian dan kebersihan.Setelah minum air putih, kondisi Aina mulai normal dan dia bilang sangat takut kalau mereka yang tewas tadi. Walaupun sempat bercanda, suka sekali dengan petualangan mereka yang dia bilang sangat seru dan mendebarkan.“Siapakah mereka itu tuan dan kenapa mau menembak tuan?”“Ini ada kaitannya dengan kematian mantan istriku Meni San, beberapa bulan lalu!” Datok pun secara singkat menceritakannya siapa sosok Meni, dan di sinilah Aina jadi tahu, kalau orang di cari-cari Datok berada di klub itu, yakni Abe Yosiko.“Tuan Abi Yosiko jarang-jarang ada di klub
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman