Setelah 12 jam 30 menitan, mereka kini sampai juga di Belanda, perjalanan panjang ini jadi tak terasa lama. Karena keduanya makin lama makin akrab dan betah ngobrol satu sama lain.Mikako dengan apa adanya bilang, alasan dia cerai dengan suaminya. Sebab-nya dulu mereka menikah karena di jodohkan ayahnya.“Susah kalau tak ada cinta, akhirnya setelah bersama selama 2 tahun, kamu tahun lalu putuskan pisah. Walaupun tak baik-baik saja, karena dia awalnya tetap ngotot tak mau pisah!” aku Mikako blak-blakan.“Kenapa tak punya anak?” pancing Dato.“Entahlah Dato, mungkin karena kam jarang kumpul, padahal aku tak pakai apapun untuk menunda!” sahut Makiko.Mikako lalu bertanya kenapa istrinya sampai tewas di tangan ganster. Tanpa rasa curiga, Dato pun bercerita asal muasal-nya.Selama Dato bercerita, pria ini tak sadar wajah wanita jelita ini kadang berubah, dan kadang menghela nafas.“Padahal Minimato sangat beruntung yaa memiliki kamu. Tapi nasibnya jelek banget, terlalu jahat para ganster i
Dato kini berpikir, saatnya melupakan Nathasa selamanya, dia berpikir pasti si bule itu pacar atau malah suami Nathasa.Dia tak menyalahkan wanita yang sangat di cintainya hingga saat ini. Tapi menyalahkan kenapa rasa cinta itu malah jatuhnya ke bibi misan sendiri.“Aku yang salah…kenapa harus jatuh cinta pada bibi sendiri…!” keluh pemuda ini.Dato lalu ingat perbincangan Brandon Hasm Zailani dan kakek Radin, sebelum mereka pulang ke Belanda beberapa tahun lalu, yang tak sengaja terdengar olehnya.Saat itu Brandon bermaksud mempercepat kepulangannya, karena marah mengetahui Dato dan Nathasa pergi ke Bandung berduaan.“Apa kata keluarga besar kita, masa si Dato dan Nathasa saling jatuh cinta Bang Radin, aneh bukan? Apa si Dato lupa, nama ujung mereka sama, Hasim Zailani. Mereka berdua itu turunan langsung kakek buyut kita, Dato Hasim Zailani dan kakek Brandon Hasim Zailani. Lagian usia Nathasa lebih tua 3 tahun dari Dato!” suara Brandon, ayah Nathasa terdengar agak nge-gas.Walaupun se
Sang tuan rumah Rudolf Benyamin langsung berdiri dan diikuti yang lainnya, mereka semua memberi hormat pada Dato Hasim Zailani.Semuanya kaget dan tak menyangka, anak muda tampan dan styles ini justru salah satu ‘bos besarnya’ Kanah Group.Nathasa saja bukan bisniswomen kaleng-kaleng, ternyata anak muda tampan di depan mereka dan menemani Mikako Hokari justru lebih hebat dari wanita jelita ini.Mau tak mau Dato pun ikut berdiri dan menerima penghormatan yang tak di sangka-sangka ini. Disinilah Mikako Hokari terbuka matanya, gaya Dato memang beda. Orkay selalu punya style elegan yang tak di buat-buat.“Mrs Nathasa, aku masih kaget loh, mungkin Mrs Mikako Hokari juga kaget, kok bisa sih Mr Dato Hasim Zailani ini keponakan kamu?” Rudolf langsung kepo dan penasaran, sambil menatap Nathasa dan Dato bergantian.“Memang rada aneh yaa, tapi Mr dan Mrs semua sudah tahu lah, kakek buyut kami memiliki beberapa istri. Nah kakeknya Dato ini, anak kakek aku, otomatis ayahku jadi kakek sepupunya Dat
Selama 4 hari di Amsterdam, Dato tidak pernah bertemu lagi dengan Nathasa, usai dinner itu. Sampai akhirnya Dato dan Mikako pulang kembali ke Nagoya.Andai saja tak banyak pekerajaan yang menunggunya, Mikako aslinya ogah pulang, dia masih belum puas dengan pria pujaan hatinya ini.Mereka selama 4 hari 4 malam bak bulan madu, tiada hari tanpa bercinta dan jalan-jalan di tempat romantis berduaan.Di saat Dato tengah melampiaskan hatinya kepada Mikako, di tempat lain Nathasa sudah tak minat lagi mengontak Dato. Karena di pikirnya Dato sudah bersama seorang wanita yang dia cintai.Begitu juga Dato berpikir sama, dipikirnya Nathasa dan ‘suami’ bulenya itu sangat bahagia bersama.So…buat apa dia ganggu orang yang sudah memiliki keluarga. Itu akan melanggar pantangan dari Paman Aril, dan ajian kebalnya bisa runtuh.Dua orang yang sebenarnya sama-sama saling mencintai ini, kembali terpisah. Karena sama-sama salah paham.Padahal pria bule itu adalah adik ibu Nathasa, bukan pacar apalagi suami.
Dato menampakan wajah dingin, hingga semua pengawal Hokari makin kagum menatap wajah pria tampan ini dan berjalan tegap, sehingga tingginya makin terlihat menjulang.Walapun wajah Dato klimis, yang baru 2 hari lau di kucur, tapi sikap dinginnya membuat ke 35 pengawal ini keder juga.Inilah untuk pertama kalinya, akhirnya Dato bisa berjumpa dengan orang yang di cari-carinya selama ini.Hokari tersenyum merekah dan bersama dua diereksinya menunduk dalam menyambut ke datangan Dato, pria muda tidak bersikap begitu, dia biasa-biasa saja.Hingga 35 pengawal Hokari terlihat kurang senang, karena Dato dianggap tak menghormati bos besar mereka.Bahkan yang terlihat over acting adalah Kento Mamaki, hingga Hokari sampai memberi tanda pada pengawalnya ini agar jangan bertindak konyol.Dato langsung berbalik dan menatap balik tajam wajah Kento Mamaki. Terlihatlah dari pandangan ini tersirat permusuhan kuat, hingga aroma marah terlihat sekali di wajah keduanya. Dato seakan kenal wajah ini, tapi lup
Kento Mamaki kini melepas bajunya, dia hanya kenakan celana gombrongnya, khas petarung beladiri Jepang. Tato besarnya terlihat jelas di dada dan punggungnya, ciri khusus bagi anggota Yakuza. Badannya kokoh dengan tinggi badan yang hampir 175 centimeteran.Melihat tatonya saja, pasti banyak yang keder duluan, karena tato besar itu seakan menasbihkan kalau Kento bukan anggota Yakuza kaleng-kaleng, tapi punya kedudukan tinggi di kelompok mafia ini.Dato senyum saja melihat badan kokoh Kento yang di penuhi tato besar. Dato pun melepas jasnya lalu him nya, dan terlihatlah tubuhnya yang lebih berotot dari Kento.Dadanya bidang dengan sekal otot yang keras dan lebar, di tumbuhi bulu-bulu tipis. Tapi perutnya ramping dengan ada sekal-sekal-nya. Dato selama ini memang rutin menyempatkan ke gym, untuk pertahankan staminanya dan membentuk tubuhnya.Tato samurai kecil terlihat di lengan kirinya, yang menandakan Dato anggota dari kelompok elit Samurai, yang tak sembarang orang memiliki tato ini.B
Sejak bikin masalah di gedung Blackuza, Dato sadar kini keadaannya sewaktu-waktu bisa terancam. Diam-diam dia selalu pakai rompi anti peluru tipis di balik pakaiannya. Walaupun kebal senjata tajam, tapi Dato tak kebal peluru.Selain itu, tak mungkin ia setiap hari suka di kawal, Dato lebih enjoy sendiri kemanapun ia suka. Dato lebih suka lenggang kangkung kemana pun ia jalan di Jepang ini.Hubungannya dengan Mikako tetap terjalin baik, sejak bersama gadis cantik ini, Dato juga sengaja tak bertemu Tsumi. Wanita denok ini bilang dia kini sedang sibuk membangun usaha.Di sisi lain, Dato pun juga sibuk untuk bangun jaringan bisnis di Tokyo dan pastinya Nagoya. Tugas yang di minta Om-nya, untuk perluas jaringan usaha Kanah Group.Hingga suatu hari Mikako kembali ngajak ketemuan. Sebab hampir 10 hari tak bertemu, atau 1,5 bulanan setelah kejadian di Blackuza itu.“Aku kangen sayang, udah lama rahim aku nggak merasakan sodokan tongkat kamu!” canda Mikako saat mereka vidcal. Saat ini Mikako a
Dato yang merasa bersalah kini tak mau jauh-jauh dari Mikako, ia dengan setia siang malam menunggui kekasihnya ini di rumah sakit.Diam-diam Tuan Hokari yang awalnya sangat marah dengan Dato, dan menganggap gara-gara pria inilah anaknya jadi begini, mulai luluh juga.Dari laporan anak buahnya, dia tahu betapa setianya Dato dengan Mikako, siang malam tidak pernah meninggalkan kamar perawatan anak tunggalnya ini. Dato benar-benar menunjukan kesetiaannya buat Mikako.Diam-diam tak ada yang tahu, betapa menyesalnya pentolan mafia ini. Karena yang memerintahkan penembakan Dato itu adalah dia sendiri.Sejak hari itu, Hokari sering termenung di ruang kerjanya. Berbagai pikiran bergolak di dalam hatinya.Sang pembunuh bayaran yang juga anak buahnya malah salah sasaran, justru yang tertembak adalah anak tercintanya. Bukan Dato seperti yang dia perintahkan.Dan orang yang salah sasaran tadi kini menerima hukuman yang sangat mengerikan di sebuah ruangan siksaan di gedung Blackuza ini. Kedua tang
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman