Sofia kini mengajak 3 orang ini keluar dari pub mewah ini, Sofia sudah tak melihat Balang lagi. Karena sejak tadi pemuda itu sudah keluar dari tempat ini.Sofia terus keluar dan kini mereka menuju ke parkiran yang sepi. “Sofia, mana Tuan Balang-nya, kamu jangan menipu kami, atau pistol ini akan kirim kamu ke akhirat.” Bentak salah seorang dari 3 pria ini sambil memarahi Sofia, laki-laki ini juga yang sebelumnya menemui Sofia dan memarahi wanita cantik ini.“Aku di sini..!” terdengar suara seseorang di belakang 3 orang ini. Dengan refleks mereka membalikan tubuh.Belum sempat mereka mencabut senjata, bukk…bukkk…bukk, ketiganya langsung jatuh tersungkur ke tanah, dengan wajah berlumuran darah.Balang berdiri dan di tangannya terdapat tongkat bisbol, Balang sengaja membawa tongkat ini, saat menemukan kayu yang lumayan berat dan keras ini di ruangan pub tadi.Balang menatap satu persatu tampang tiga orang ini, lalu dia mendekat dan mengambi semua pistol mereka.Satu orang ingin melawan, t
Begitu masuk ke mobilnya dan melempar senapan otomatis di jok tengah, Balang menggeber secepat-cepatnya mobilnya. Mengejar kemana mobil sang jenderal ini kabur.“Kamu tunjukan di mana bandara perintis Onadayef…!” sentak Balang, hingga Sofia yang masih terkaget-kaget terbata-bata menyebutkan lokasinya.“Kencangkan sabuk pengaman kamu, kita harus cepat, agar si jenderal itu tak sempat kabur!” tanpa membantah Sofia menuruti perintah Balang.Angka RPM sudah menunjukan di angka 130 kilometer perjam, sayangnya mobil jeep ini beda dengan mobil jenis MPV atau sedan bahkan sport. Kecepatannya hanya di sekitaran itu.Sementara mobil yang kabur milik Jendera Henry sudah lumayan jauh meninggalkan markasnya, yang di serbu Balang barusan.Sofia sampai menjerit-jerit ketakutan saat Balang meliuk-liukan mobil jeep nya di jalan raya dan beberapa kali hampir menyerempet mobil lain.Tak pernah Sofia mimpi, sejak sore hingga tengah malam ini, dia harus spot jantung bersama pria tampan dingin dan kejam in
Setelah 3 hari 3 malam bersama Sofia, Balang pun pamit untuk pulang kembali ke Jakarta. Sama seperti Reva, Sofia pun angkat tangan tak sanggup lama-lama bersama Balang.Sejak bersama usai membantai anak buah Jenderal Henry, Balang dan Sofia bercinta sepuasnya di hotel ini.Hari ke 3 dia pamit pulang, dengan wajah pucat, karena di gojlok pemuda ini, siang malam. Sampai-sampai Sofia berseloroh, rahimnya melar kayak punya anak 5 orang.“Amit-amit sama kamu terus-terusan tuan Balang, benar-benar kayak minum obat, makan apa sih kamu ini, kok segitunya,” sungut Sofia jengkel, tapi malah dia sebenarnya menikmati kebersamaan dengan pemuda tampan ini.Balang hanya tertawa saja sambil memeluk Sofia dan bilang dia akan selalu merindukan gadis ini kelak dan sempat menggoda lagi, tapi Sofia mendorong tubuh kokoh Balang.Mereka pun berpisah dan Balang siang nya lalu ke bank dan memasukan semua uang-uangnya itu. Termasuk menguangkan biro bilyet. Lalu pesan tiket dan bersiap pulang ke Jakarta, tapi h
“Kamu duduk dulu Shafira, coba kamu terangkan ada apa sebenarnya, dan pertolongan apa yang kamu inginkan?” Balang menyodorkan sebuah kursi kosong yang ada di dekat Harlan, sehingga kini mereka berhadapan langsung.Shafira terlihat ragu, dia sampai menatap ke Sardono dan Harlan. “Tak apa, keduanya sahabat dekatku..!” Balang menenangkan gadis cantik ini, yang terlihat ragu bicara.“Tenang saja ye…akika dan si bangor itu nggak bakal makan ye kok!” ceplos Harlan kenes, hingga Shafira tersenyum dan malu hati.“Aku sejak mendarat di Jakarta, di buntuti seseorang Kolonel Balang, aku juga mau bongkar tentang silsilah keluarga kamu dan aku..!”Balang sampai saling pandang dengan Sardono dan Harlan, Balang tentu saja kaget, darimana Shafira tau kalau dia ini aparat dan tahu pangkatnya kini, yang sudah naik setingkat.Juga soal silsilah…silsilah apa…?Insting Balang pun jalan, karena dia bukanlah seseorang yang mudah percaya dengan omongan orang yang belum di kenalnya lama.Apalagi Shafira ini b
Kakek Aldot lama menatap wajah Shafira, wajah kakek yang masih terlihat tampan walaupun kini sudah 74 tahunan usianya dan tetap sehat serta rajin olahraga, terutama jogging dan naik sepeda. Hingga badannya tetap fit, walaupun wajahnya sudah keriput. Walaupun tak sebesar rumah ortu Balang, tapi rumah Kakek Aldot yang dulunya di tempati Opah Brandon dan tiga mendiang istrinya juga tetap mewah dan indah. Di garasi pun masih tersusun 25 buah mobil berbagai merek premium, yang katanya akan di wariskan semuanya kelak ke Balang. Karena dua anaknya, yang juga paman Balang, Delano dan Brandon menolak, sebab mobil merekapun sangat banyak. Sampai nggak muat garasi, sehingga mereka menolak mobil-mobil milik Kakek Aldot ini. Kini Balang, Shafira, Sardono dan Harlan diam saja menunggu si kakek ini bersuara. Shafira sampai terharu memandang saudara kakeknya ini. Andai kakeknya masih hidup, bisa jadi usianya sama dengan Kakek Aldot ini. Kakek Aldot mendengarkan cerita Balang, yang kadang di tamba
Balang diam-diam memasang beberapa kamera tersembunyi di apartemen ini, dia masih penasaran dengan sosok Shafira ini. Dengan alasan mau ambil sesuatu, Balang lalu mengetuk kamar Shafira dan bilang mau jalan dulu.“Paling 2 jam, aku akan balik lagi!”“Oke deh, jangan lama-lama, masa kamu tega biarin aku sendirian di sini Tuan Balang!” sahut Shafira sambil tersenyum manis.Ketika Balang kembali 2 jam kemudian, gadis cantik ini sedang mandi ke toilet sambil berdendang, mungking saking bahagianya, karena dapat uang tak sedikit dari Balang.Keluar dari toilet, Shafira kagum melihat Balang kini sudah berpakaian rapi, penampilan kini benar-benar bak eksekutif muda. Balang tak pakai dasi, dia hanya kenakan baju him putih dan di buka di bagian dadanya.Rambut panjangnya sudah di pangkas sebelum dia naik pangkat, dari Letkol ke Kolonel. Jambang nya juga di rapikan dan di tipisi. Sehingga penampilan Kandi benar-benar maskulin dan jantan habis.“Woww…mau kemana lagi Tuan Balang?” Shafira yang mas
Byurrr….Balang gelagapan, karena kepalanya di siram air dingin, yang dilakukan salah satu orang yang sebelumnya terlihat di restoran mewah. Balang langsung nanar dan menatap semua orang yang ada di ruangan ini.Him putih dan mahal Balang langsung basah, karena jasnya sudah di copot, hingga badan kokohnya terlihat.Saat matanya melihat Shafira yang duduk sambil mengisap rokoknya dan duduk berhadapan dengan Dato Simon, lalu ada 4 pria yang tak di kenalnya. Balang tersenyum dingin, tak ada ketakutan dari wajahnya.Di atas meja, terdapat pistol dan ponselnya yang diambil saat dia pingsan tadi. “Apa kabar jagoan? Sehebat-hebatnya kamu di London dan Kazakstan, kamu malah tak berdaya di negeri sendiri,” tegur Dato Simon tergelak, sambil melempar botol mineral yang berisi seperempat lagi isinya, dan langsung kena kepala Balang.Balang hanya menahan amarah di dadanya. Bibirnya kembali tersenyum. “Cocok, sesama anjing dan serigala bergabung jadi satu!” ceplos Balang tanpa rasa takut, wajah Dato
Kakek Aldot tersenyum melihat cucu tersayangnya ini datang dan ceritakan soal Shafira. “Kakek sudah tahu…kamu jangan anggap remeh kakek, gini-gini kan mantan jenderal bintang 4. Tapi kakek sengaja, mau tahu sampai di mana kamu atasi penjahat wanita itu!” cetus Kakek Aldot. “Hmm…jadi kakek hanya bersandiwara doang saat bertemu Shafira?” Balang bertanya penasaran. “Iya donk, kakek sengaja, kakek jadi kangen berpetualang dan bikin kejutan-kejutan, biar seru kaleee!” canda kakek Aldot sambil terkekeh, hingga Balang geleng-geleng kepala. “Tapi apa benar Datuk Brandon punya hubungan dengan seorang putri dan istri seorang pangeran dari Dubai?” Balang masih penasaran. “Iya…datuk kamu itu memang dulu punya hubungan dengan Putri Zeremiah, namun nggak pernah terdengar punya anak. Tapi dalam perjalanannya si putri itu bernasib tragis, justru di bunuh kaki tangan Emir Thamrin hingga koma berbulan-bulan lalu tewas. Tak kusangka keturunan pangeran jahat itu ada dan malah bikin masalah! “Tapi he
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman