Dua orang pria berbadan gempal ini langsung mencabut belati panjangnya di pinggang. Balang tenang-tenang saja, dia tetap merokok dan minum anggurnya.“Hmm…anggurnya enak…tapi kebanyakan alkohol!” trangggg, botol anggur ini sengaja Balang pecahkan, dengan menghempaskan ke meja kayu yang ada di depannya. Hingga kedua orang ini kaget.Artinya Balang akan gunakan pecahan botol itu sebagai senjata. Balang kini berdiri dan tenang-tenang saja menghadapi dua pria ini, sedangkan wanita gemuk ini terlihat keder dan bersembunyi di balik dinding.Hiaattt…keduanya maju barengan dan menusukkan belati panjangnya ke perut Balang, tapi Balang jangankan menangkis, menghindar pun tidak.Bukkk…bukkkk…! Kaget tak kepalang keduanya, jaket dan baju dinas Balang sobek besar, tapi perutnya bak karet, tak mempan di tusuk belati.Saat mereka terpana, Balang bergerak cepat. Trangg…tranggg…dua kali Balang memukul-kan botol tadi ke kepala kedua orang ini.Botol itu pecah berhamburan, tapi kedua orang melolong kesa
“Punya Abang bikin ngeri, tapi juga bikin kangen, Abang benar-benar pejantan tangguh yang tiada duanya. Pesan Rossi, abang jangan punya istri satu ya!” canda Rossi sekaligus memuji ketangguhan Balang bercinta.“Lohh kenapa…?” tanya Balang keheranan.“Kasian bang...kalau istri Abang satu, bisa-bisa ngangkang terus dia saban hari!” dan kembali keduanya terbahak berdua.Gaya Rossi yang blak-blakan karena orang Medan asli, mirip Ucok, sehingga Balang jadi terhibur dengan kelakuan wanita gemoy ini.Dengan jalan agak berubah, setelah satu hari satu malam bersama Balang, Rossi pun pamit.“Bang, jangan sering-sering ke Medan yaa..?”“Lohh kenapa lagi…?” tanya Balang kaget sekaligus keheranan. Rossi pun berbisik sambil tertawa, Balang ikutan terbahak, dan setelah berciuman keduanya pun berpisah.Rossi naik motor pinjam mlilik temannya, untuk kembali ke kos dan bersiap pulang ke Medan.“Dasar…siapa suruh main pijat segala, jadinya kapok kan satu malam bercinta,” gumam Balang senyum sendiri.Ros
Balang dan Pooja tak langsung ke rumah, mereka mampir makan siang di sebuah kafe dan kini santai menikmati suasana musim semi di London.Mereka sengaja memilih tempat duduk di luar kafe, sehingga bisa leluasa menatap orang-orang yang berlalu lalang di depan kafe ini.“Jadi bentar lagi kamu lulus kuliah yaa…dan akan segera?” Balang menahan kalimatnya.“Iya Bang…izin yaa, Pooja nggak lagi jadi ART di sana!”“Maunya jadi apa dong…?”pancing Balang sambil senyum.“Mau jadi 'ART' pribadi Abang siang malam dan bakal bikinkan Balang junior buat Abang…!” canda Pooja, hingga Balang tertawa kecil.Paham arah omongan Pooja, yang agaknya minta dirinya mulai serius dengan si cantik jelita ini dari India ini.Si hitam manis bermata bulat besar bak bintang kejora yang makin manis ini, memang kadang bikin Balang kangen.Walaupun sudah biasa berciuman, tapi keduanya belum pernah melampaui batas. Sehingga Pooja bilang sampai kini dia masih perawan ting-ting, di usianya yang hampir 21 tahunan ini."Mauny
Balang ajak Pooja langsung pulang, gadis cantik ini benar-benar kagum sekaligus ngeri dengan sepak terjang perwira muda ini.Besoknya Balang mendatangi Tante Gabrille. Kedatangan Balang di sambut isak tangis wanita setengah bule ini.Dan di sinilah Balang dapat informasi yang mengejutkan, sekaligus membuat hatinya marah bukan kepalang.“Saat itu agak siang, Marina sedang belajar jalan di depan apartemennya, tiba-tiba datang 5 orang bule. Tanpa banyak tanya, mereka langsung berondong Marina hingga tewas di tempat!”“Tante tahu nggak, dari kelompok mana para pembunuh itu, yang katanya sampai kini tak pernah di tangkap aparat?” Balang menatap wajah Tante Gabrille sambil menyerahkan tisu.Setelah menyeka airmata dan ingusnya, Tante Gabrille justru menyalahkan ayah kandungnya, Dato Simon. “Ini semua gara-gara kakek si Marina, Geng Jovac sangat dendam dengan Geng White itu…!”“Jadi selama ini Geng White merupakan binaan Dato Simon..?”“Iya Balang, kakek si Marina ini benar-benar mafia linta
“Haii…jagoan…sudah bangun…?” Pooja menatap Balang dengan wajah berseri, pemuda ini sudah siuman, setelah hampir satu hari tak sadarkan diri. Balang diam sesaat, lalu membuka kembali matanya pelan-pelan. “Sie Jin…bagaimana dengan gadis itu…?” Balang menatap wajah Pooja, gadis cantik bermata besar ini terdiam sesaat, lalu memegang tangan kanan Balang. “Sabar ya bang…Sie Jin…sudah damai di alam sana…baru tadi siang di makamkan keluarganya!” Pooja hati-hati sekali mengisahkan kematian tragis gadis cantik berkulit putih itu. Balang terdiam sesaat…Pooja kaget saat melihat ada bulir airmata mengalir di pipi pemuda ini. Dengan lembut Pooja menghapus airmata itu dengan tisu, kini keadaan hening. Tiba-tiba ada wajah lain yang menatapnya, wajah seorang bule berpakaian preman. “Letkol Balang, kenalkan saya Komisaris Gordan, kepala kepolisian resort kota London…!” Balang menatap sang komisaris ini lalu mengangguk pelan. “Nanti kalau sudah sehat, kita bicara di kantor ya…sekarang silahkan pa L
Pooja menatap kagum saat Balang kini berpakaian sangat rapi, rambutnya yang tadi panjang kini di pangkas rapi.Jambangnya yang semula lebat juga sudah di rapikan tipis, sehingga sangat maskulin, Pooja sampai gemes melihat ini. Balang yang tahu wanita bermata kejora ini menatapnya begitu lalu mendekat.“Sabar ya sayang…kalau semua urusan Abang beres…kita akan ke Jakarta..!” bisik Balang sambil mengecup bibir si ‘artis bollywood’ ini.“Sayang…hati-hati, aku nggak mau jadi janda sebelum di nikahi!” canda Pooja, hingga Balang tertawa kecil.Tapi Balang sempat terdiam sesaat, ingat seorang gadis cantik bermata biru di Ujung Sabang, yang juga tak sabar dia jemput ke Jakarta.“Hmm…biarlah, kalau memang sudah takdirku, keduanya akan aku jadikan bini, selesai urusan!” pikir Balang enteng.Balang pun pergi dengan mobil sedan mewahnya, tujuannya sebuah kawasan dulu di mana dia dan Pooja pernah bentrok dengan Geng Jovac.Balang sengaja duduk di tempat dulu di mana dia dan Pooja bersantai, kacamat
Kini Balang punya modal 60 koin di depannya, kontan saja si bule galak ini tak lagi menganggap remeh Balang ini.Balang aslinya tak suka judi jenis dadu ini! Karena tujuannya ke sini bukan untuk itu, tapi ingin membasmi musuh-musuhnya.Dadu mulai digerakan lagi, Balang menatap tutup dadu itu, dan kini semua orang sudah memasang dadunya. Tapi lucunya Balang tidak memasang banyak, dia hanya melempar 5 koinnya ke angka menengah dan kali ini dia kalah!Bahkan berikutnya kembali Balang lempar 5 koinnya, dan lagi-lagi dia kalah, sehingga si ‘bandar’ dadu senyum merekah. “Paling bentar lagi habis tu koinnya,” pikir pemutar dadu ini menganggap remeh Balang.Bahkan si bule galak makin tertawa melihat gaya Balang yang dianggap penjudi amatiran ini. Si pemutar dadu kembali mengguncang alatnya, dan meminta semua penjudi kembali memasang taruhannya.“Aku pasang 50 koin ini di angka besar!” Balang tanpa ragu mendorong seluruh uangnya ke depan, ke angka besar 8,9 dan 10.Kini semua orang kembali teg
Semua orang langsung berhamburan menjauh dari meja ini, takut terimbas, bahkan banyak yang merunduk dan tiarap di lantai.Balang tersenyum sinis menatap si kumis ini. Bak aksi bintang laga, Balang tanpa ampun dan sangat cepat, langsung mengarahkan senjatanya ke sasaran, yakni 5 orang yang tadi masuk, di pimpin si kumis.Duppp…dupp…Balang dengan berdarah dingin lepaskan 6X tembakan sekaligus. Tapi hanya si kumis yang langsung ke dahi. Sedangkan 5 orang lainnya, tertembak perut dan kaki.Akibatnya, gegerlah tempat ini, puluhan orang berteriak ketakutan. Kini sudah 7 orang bergelimpangan di ruangan ini, banyak pengunjung yang berebutkan keluar dari tempat ini, apalagi sudah dua orang yang tewas!Yakni, si bule galak yang keracunan tadi dan si kumis yang dahinya berlubang, di tembus peluru dari senjata otomatis milik Balang.“Hei kamu…bangun, cepat bayarkan koin aku ini…!”“Iya tu-tuan…tolong jangan tembak saya tuan,” si pemutar dadu dengan kaki dan tangan gemetara, lalu menghitung dengan
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman