Balang tiarap dan berlindung di sebuah pohon besar. Walaupun marah mendengar ada anak buahnya yang tertembak, namun dia tak mau ceroboh.Balang kini mengambil sikap hati-hati dan tidak sembrono, dengan hati tenang, Balang langsung pasang kacamata khusus, yang mampu melihat dalam gelap. Dari semak-semak dan sisi lembah, Balang melihat banyak gerakan menuju ke kampung ini dan agaknya akan menyergap pasukannya.“Ambil formasi bertahan,” teriak Balang, tapi teriakannya di sambut berondongan senapan otomatis.Balang marah bukan main, desingan peluru lewat beberapa centi di atas kepalanya yang mengenakan helm prajurit dari baja.Balang melihat orang yang memberondong, dengan cepat Balang mengarahkan senjata otomatisnya. Trattt…tratt…traattt, berondongan Balang membuat 3 orang penyerbu terjungkal sekaligus.Balang keluar dari persembunyian dan membrondong kembali 5 orang, yang sedang aseek menembaki anak buahnya.Kembali ke 5 orang ini terjungkal, latihan berat selama 4 tahunan di pendidik
Balang lalu memimpin pasukan untuk kembali ke perkampungan yang di pimpin kepala suku Alowi, begitu melihat anaknya kembali sehat wal afiat, Alowi bukan main senangnya."Alowi...aku ingin bicara secara pribadi dengan kamu!" Balang lalu mengajak Alowi ke depan pondok.Akhirnya Alowi pun menyampaikan apa adanya pada Balang cs, kenapa membocorkan pasukannya ada di sini dan hampir saja jadi korban.“Kelompok itu menyebut mereka dengan nama Black Panther, sangat terkenal licin dan kejam serta tak segan membunuh sandera, kalau tak di tebus dengan uang. Itu masih sempalannya pa Komandan, bosnya masih ada, anggotanya hampir 200 orang!” Alowi mengisahkan kelompok bersenjata ini ke Balang.Kaget juga Balang, dipikirnya ke 19 orang tersebut kelompok tersendiri. Namun, masih ada bos besarnya.Dari 5 orang anggota Black Panther yang tertinggal dan tewas, Balang heran sendiri. Karena senjata kelompok ini justru sama dengan yang di pakai pasukannya.“Pasti ada pemasok senjata, siapa yang coba-coba b
Dandim Latua Puncak Letkol Paiman kaget saat menerima telpon Letda Balang, yang minta tambahan peluru buat pasukannya.Sang Dandim ini-pun minta pertimbangan Danrem dan sang Danrem meneruskan ke Pangdam. Dan…Balang di minta bersabar dulu!Mangkel bukan main si komandan muda ini, terlalu panjang birokrasi. “Keburu ketahuan rencanaku menyerbu markas black panther ini!” gumam Balang dengan kesal. Setelah mengintoregasi salah satu kelompok black panther, Balang sengaja minta tambahan peluru dan 5 anak buah baru, pengganti 5 anggota pasukannya yang tertembak.Namun niatan komandan berdarah dingin ini tak bersambut baik. Selain disuruh bersabar, Balang dan pasukannya di minta pulang dulu ke markas, di Latua Puncak.Alasannya, Balang dan pasukan akan di berikan penghargaan, berupa kenaikan pangkat luar biasa, karena berhasil membebaskan sandera dalam keadaan selamat.Padaha Balang tak tahu, ada intrik politik di belakang itu semua, sehingga niatannya untuk menyerbu kelompok Black Panther
Namun, Maria kaget, saat Balang tiba-tiba merapikan roknya, bahkan secepat kilat Balang juga merapikan celananya. Balang juga dengan cepat meraih pistolnya.Maria makin kaget saat Balang mendorong tubuhnya, hingga wanita cantik membentur dinding gubuk. “Aduhhh…Balang…ka-kamu!” kepala Maria kepentuk dinding kayu. Maria hampir saja marah.Namun belum sempat Maria menyelesaikan kalimatnya…desinggg…brasss…sebuah tombak jatuh tepat di tempatnya berbaring tadi.Maria langsung menggigil ketakutan. Dorrr…tembakan Balang tepat mengenai pintu dan brukkk…ada benda jatuh di luar pondok ini.“Maria, kamu jangan keluar, tetap bersembunyi di situ,” seru Balang, yang langsung menendang pintu gubuk ini dan bergulingan keluar.Dorrr…dorr...kembali dua kali pistol Balang menyalak. Dua orang yang memegang tombak di luar pondok jatuh bergelimpangan.Tiba-tiba ada yang menyergap Balang, pergumulan pun tak terelakan, dorrr…kembali pistol Balang menyalak, dorrr…lagi-lagi Balang secepat kita menembak orang ya
Serka Ucok dan Pratu Muslih kaget saat Balang menyampaikan maksudnya ini. “Jadi nanti pas patroli, kita memisahkan diri dan mencari sarang kelompok black panther?” Serka Ucok menatap wajah komandannya ini.Balang langsung mengangguk. “Aku penasaran, makanya aku ajak kalian obrak abrik sarang mereka. Lalu tangkap hidup atau mati Bonang Panther, sang pemimpinnya itu!” sahut Balang dingin.“Siapp…aku ikut pa Komandan! Bila ketahuan, paling kita di pindah tugaskan. Paling jelek…ya di pecat lah!” sahut Pratu Muslih enteng sambil tertawa, sambil membersihkan senjata otomatisnya.“Pokoknya tenang saja, aku yang tanggung jawab semua!” sela Balang, Serka Ucok dan Pratu Muslih langsung mengangguk dan bilang ‘siap Nda’.Kedua anak buah Balang ini sudah hampir 10 bulan bertugas di hutan perawan Latua. Mereka mengaku ke Balang kadang bosan! Karena lebih banyak berada di markas, daripada perang melawan musuh.Sehingga saat jadi anggota pleton dulu, semangat mereka naik berlipat-lipat menghajar musu
Menggunakan 5 buah truk, Kapten Parjo memimpin 100 anak buahnya melakukan patroli rutin ke sisi hutan Latua Puncak ini.Iring-iringan truk berisi tentara ini awalnya aman-aman saja, sudah hampir 1,5 jam tidak ada gangguan ataupun sergapan dari anggota kriminal bersenjata.Semakin masuk ke hutan, dan jalanan mulai rusak, Kapten Parjo memberi perintah agar anak buahnya mulai waspada.Karena mereka kini sudah masuk wilayah hutan yang di katakan tak aman, namun Balang melihat sang komandan nya terlihat banyak takutnya daripada beraninya.Si Dandki ini seolah tak berani turun dari mobil seperti dirinya bersama anggota pasukan yang lain, termasuk Serka Ucok dan Pratu Muslih yang dari tadi berjalan kaki di samping mobil truk militer ini.Bahkan Kapten Parjo naik di truk militer yang berada di tengah-tengah, bukan di depan atau truk belakang. Harusnya sebagai danki, dia berada di depan pasukannya.“Ndan…aneh ya si Danki kita ini, masa kayak takut-takut gitu?” bisik Serka Ucok.“Katanya ayahny
Balang kaget bukan kepalang, ternyata benar Serka Ucok dan Pratu Muslih tertangkap pasukan ini. Helm baja dan ransel, termasuk senjata keduanya di rampas gerombolan ini.Tangan keduanya di telikung dan diikat, tendangan dan pukulan di terima keduanya! Tapi mental keduanya memang kuat, tak terdengar keduanya minta ampun, menerima semua pukulan dan tendangan kelompok ini.Balang menahan gelora di dadanya, dia harus tenang dan tidak bertingkah sembrono. Nyawa kedua anak buahnya kini tergantung dirinya, yang harus mencari jalan menolon keduanya.Serka Ucok dan Pratu Muslih diikat disebuah tiang di tengah halaman, 15 orang terlihat menjaga dengan ketat keduanya.Halaman kini terang benderang dengan pelita, akibat semua terfokus ke halaman, Balang dengan mudah bisa melihat hal itu tanpa di sadari semua anggota kelompok ini.Terlihat seseorang keluar dari sebuah bangunan, pakaiannya sama seperti Balang, Ucok dan Muslih, loreng-loreng hijau, brewok lebat memenuhi wajahnya.“Hmmm ini rupanya o
"E-emass ba-batangannnn….!” Serka Ucok langsung gagap, termasuk Pratu Muslih, Balang hanya tersenyum. Sebagai anak crazy rich, ‘harta karun’ ini tak ada apa-apanya dengan uang miliknya, warisan ayahnya.Ucok dan Muslih belum tahu siapa dia sesungguhnya, tapi Balang memang sejak dulu sengaja tak pernah mau membongkar jati dirinya.Namun Balang juga memaklumi, dua anak buahnya ini dari keluarga sederhana. Melihat batangan emas ini, pastinya keduanya melongo takjub,Sehingga Balang diam saja, melihat kelakuan dua prajuritnya ini. Ucok dan Muslih kini menatap Balang, apa yang harus mereka lakukan dengan 3 peti emas batangan ini.Balang diam sejenak. Lalu dia ingat, tak jauh dari sini ada sungai.“Kalian cek sungai di arah barat, adakah perahu di sana, kalau ada…emm…kita angkut 3 peti emas ini!” sahut Balang kalem. Wajah Ucok dan Muslih langsung ceria, mereka lalu bergegas menuju ke sungai, Balang kemudian menatap ruangan ini.Saat itulah Balang melihat ada lima karung berisi bubuk puti
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman