Radin menatap dua bujangnya ini dengan tatapan kurang senang. Yang paling tua lengan dan badan matang biru, yang nomor dua punya cap tawon di leher.Tanpa keduanya bercerita pun Radin sudah mengerti apa yang terjadi pada kedua remaja tampan ini, anak-anaknya yang sebentar lagi jadi pemuda ini.Namun Radin yang makin tua makin bijak diam saja, sehingga acara makan siang di tepi kolam renang ini berlangsung lancar.Tapi setelah selesai maksi dan kini bersantai ria. Mulailah Radin menatap keduanya dengan pandangan menyelidik danp pastinya wajahnya keruh.“Dean…mulai kini…kamu tak boleh lagi tinggal di apartemen…sampai lulus SMU, balik ke rumah..!”Dean kaget…tapi saat menatap wajah ayahnya, remaja ini langsung menunduk.“Ka-kalau libur…sabtu minggu bo-boleh ya pah…?” Dean langsung menawar. “Boleh, tapi ajak Mami-mami kamu ikut ke apartemen.” Dean melongo dan di tatap adiknya Kania dan ketiga Maminya, dengan wajah menahan tawa. Karena lucu melihat wajah Dean begitu.Dengan wajah kebingung
“Udah ahh…nggak usah di ganti. Kamu tunggu di sana ya, aku mau ke ATM dulu!’ tanpa menunggu jawaban Grace, Balang lalu ke pojokan rumah sakit dan masuk ke dalam bok anjungan tunai itu.Wajah Grace merah dadu, malu, tapi mau gimana lagi, inilah faktanya! Sejak putus dengan Boni, Grace seolah menapak bumi lagi.Kini Balang sudah keluar ATM lagi, lalu menggandeng Grace, menunggu si paman pentol bakso keluar dari IGD.“Pak maaf yaa…tadi aku nggak sengaja nabrak bapak lupa kalau itu jalur se arah!” Grace buru-buru menyalami paman ini. Saat melihat orang tua ini keluar ruang perawatan.“Iya….tapi bagaimana dengan jualanku, aku rugi hari ini. Padahal baru jalan dari rumah!” sela si paman pentol.Grace langsung kaget dan dia memandang Balang dengan wajah pucat. Gimana mau ganti kerugian, uang cuman 5 ribu perak, batin Grace bingung sendiri.“Kira-kira kalau jualan bapak habis, dapat berapa? Dan perbaikan gerobaknya habis berapa kira-kira?” Balang lalu menyela.“Biasanya…ee…antara 300 ribu sam
Tiga hari kemudian, Khamila kembali terbang ke Surabaya, dan seperti biasa dia langsung pulang ke rumahnya. Sebelum kembali terbang 3 hari kemudian.Gadis jelita ini heran, di rumah banyak sembako, dan adiknya terlihat sedang mematut-matut diri di cermin dengan pakaian baru.Khamila yang masih berbaju seragam pramugari masuk ke kamar adiknya, sambil melepas sanggul di rambutnya, hingga kecantikan Khamila makin cetar saja.“Hmmm…siapa lagi lelaki yang jadi korban ke matrean kamu?” sindir Khamila, saat melihat adiknya ini bergaya di cermin dengan pakaian baru.“Ada dehhh…eh kaka jangan kaget yaa…tau nggak dia ini bukan pacar loh, hanya teman satu kelas. Eh enteng banget ngasih uang ke Grace!”“Masa…ahh bohong…jangan-jangan kamu…?”“Sorry ya Ka, senakal-nakalnya Grace nggak segitunya juga kalee..!” ceplos Grace, Khamila langsung merasa tersindir.“Siapa teman sekelas kamu yang ngasih uang buat belanja sembako dan pakaian kamu ini?” pancing Khamila.“Namanya Balang ka, anaknya sih ganteng
“Tapi kan kamu tidak bawa baju renang..?” cetus Balang, masih tak percaya dengan keinginan Grace.Tiba-tiba Grace berdiri dan melongolah Balang, saat gadis cantik ini melepas pakaian seragam sekolahnya dan kini hanya tinggal dua penutup di badan. Lalu byurrrr…terjun langsung ke kolam renang mewah ini.Bagaimana tak senewen dan membulat mata Balang, saat melihat ukuran si kembar milik Grace di atas rata-rata. Dan terlihat hampir tak muat berada di dalam behanya.“Selera kamu kayaknya yang gemoy-gemoy dan bukit mencuat yaa..?” itulah olokan Dean, Abang-nya waktu mereka kumpul di Jakarta lalu. Balang pun kala itu dengan polos mengangguk.“Pantess…karena sejak bayi nggak pernah netek sama Mami Amanda sih yaa…eh kamu kan ikutan netek ke Mamiku!” ejek Dean lagi, hingga wajah Balang merah padam. Remaja ini sudah tak aneh, Abang-nya ini memang suka ceplas ceplos kalau bicara, tapi benar adanya.Balang telah kehilangan sosok ibu kandungnya, usai melahirkan dia di Paris 17 tahunan yang lalu, ka
Kini kedua remaja ini sudah duduk di sebuah kafe eksklusife, Nabila menatap berbinar-binar wajah Balang.“Nakal banget sih kamu, berbohong ke semua orang. Bilang nya anak petani sederhana, nggak tahunya…kenapa sih nggak ngaku aja. Orang semua pingin tampil cetar. Kok kamu beda sihhh, sebelll?” sungut Nabila.“Bukan gitu…yang kaya raya kan papahku, bukan aku. Aku mah apa atuhhh…!” sahut Balang cuek.Balang kembali teringat ucapan Grace sore tadi di rumahnya, kalau selama ini Nabila dan Boni masih berhubungan. “Nabila, apa kabarnya Boni sekarang?” Nabila langsung kaget, saat Balang tiba-tiba ngomongin Boni.Tapi Balang pura-pura mengaduk jusnya, tak tahu perubahan wajah Nabila, walaupun hatinya tahu, pasti abege jelita ini kaget!“Ahh itu kan masalalu, lagian dia udah pindah kuliah ke Jakarta! Trus kamu sendiri bagaimana dengan Grace, kulihat tu anak pepet kamu terus!” Nabila tak mau kalah.“Biasa aja, kan namanya teman sekolah, satu kelas lagi, akrabnya wajar!”“Benaran kalian tak paca
“Ga-papa basah…!” sahut Balang singkat lalu mengangkat tangannya dan meletakan di dinding toilet cottage mewah ini, membelakangi Nabila yang senyum-senyum saja.Balang menunggu, tapi kenapa Nabila belum juga membersihkan tubuh kokohnya. Saat Balang berbalik lagi, melototlah Balang, Nabila kini tanpa sehelai benang pun.“Gila, cepat banget mencopot semuanya,” batin Balang hampir tak percaya, menatap pemandangan yang sangat mendebarkan jakun nya saat ini.Bahkan dengan cueknya Nabila mulai menggosok badan Badan, dengan spon yang tersedia di sana dan di balurinya dengan sabun cair.Balang bak di cokok hidungnya. Hanya diam pasrah saat Nabila terus membersikan tubuhnya, Balang hanya mendongkan kepala dan merentangkan tangannya, terutama yang bekas terluka, agar tak kena sabun dan air.Entah kenapa, justru wajah Grace yang muncul. Padahal saat ini Nabila sedang asek membersihkan tubuhnya dalam keadaan polos.Tubuh Nabila putih bersih, walaupun bukit kembarnya tak sebesar Grace. Tapi tadi B
Balang menatap wajah seorang pria tua yang tetap tampan walaupun usianya lebih 60 tahunan, mereka ini sedang vidcal. “Heii anak ganteng, tumben VC kakek, kamu lagi apa..?” sapa si kakek ini sambil menatap wajah cucu gantengnya ini.“Kakek…Balang lagi di Malang nihh…!”“Ngapain kamu kelayapan sampai ke sana?” Aldot terlihat mengeryitkan dahinya yang sudah banyak kerutannya ini.Balang malah senyum-senyum dengan gaya tengil, persis kelakuan Dean Abangnya, kalau lagi bercanda.“Hayoo…tebakk…dulu kakek pernah punya kenangan kan di sini. Dengan seorang janda cantik…punya anak kecil dan katanya…hot bangettt saat di bus!” Balang makin memperlebar senyumnya, mendekati ketawa.“Ihh anak nakal, kamu ngomong apa sihh?” Aldot tentu saja bingung melihat kelakuan salah satu cucu kesayangannya ini. Kaget masalalunya diketahui sang cucu.“Kakek masih ingat nggak, dengan Nenek Mona dan anaknya yang bernama Tante Ayu?” Aldot terdiam sesaat, dia menghembuskan asap rokok cerutunya, sambil mengingat masa
“Waduhh…kenapa ni anak, kenapa nyeberang kagak lihat-lihat!” terlihat seorang pria keluar dari mobil mewah ini.Setelah memeriksa sebentar, tanpa banyak cincong pria mengangkat tubuh Ayu dan membawanya ke dalam mobil. Lalu nge-gas mobilnya menuju rumah sakit terdekat, sebelum warga berkerumun.Pria ini ternyata bertanggung jawab, dia tetap menunggui Ayu yang sedang di obati di IGD.Untung saja Ayu hanya lecet! Tidak luka parah. Setelah di obati dan sadar kembali lalu keluar ruang IGD.Pria yang belum terlalu tua dan berusia sekitar 40 tahunan ini menatap wajah cantik Ayu dan bertanya gadis ini mau kemana? Dan kenapa sampai nyeberang jalan tak lihat-lihat.“Adek, siapa nama kamu dan tadi itu mau kemana?” tanya pria ini dengan lembut. Ayu menatap lama wajah tampan kharismatik lelaki ini. Rasanya dia pernah kenal wajah ini, tapi lupa di mana.“Nama aku Ayu Om…tadi itu, Ayu lagi nge-lamun, karena baru saja kena jambret. Habis tas berisi uang dan ponsel Ayu di gondol penjambret. Tadi habis
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman