Radin menarik tubuh orang ini agar tak menghalangi pintu, setelah menunggu beberapa saat dan tak ada orang yang datang lagi.Radin pun berinsut keluar dan mendengarkan kalau di ruangan depan sedang rame Bolak cs tertawa-tawa.“Ulok, Junu, kenapa si Takil lama sekali menjenguk mayat si anak sok jagoan itu, coba kalian berdua susul, ngapain sih dia di sana, jangan-jangan malah ambruk gara-gara kebanyakan minum!” perintah Bolak.“Baik Bos Bol kamu berdua izin ke sana!” Dua pria bertampang agak ketimuran yang tadi jaga di teras villa ini lalu bergegas ke belakang, menjenguk temannya yang bernama Takil, yang sebelumnya di suruh melihat ‘mayat’ Radin.Radin yang berlindung di balik dinding kini bersiaga, begitu salah satu muncul, dengan gerakan cepat dan mematikan, Radin langsung menghajar wajah orang ini, temannya yang kaget dan jalan di belakang tak sempat berteriak, sebuah tendangan memutar yang Radin layangkan telak menghajar wajahnya.Radin memang sengaja mengincar wajah sebagai sasar
Radin agak kaget juga, ternyata aslinya Soraya Amani ceria, suka bercanda dan tak sungkan dikit nakal.“Kirain kamu itu pendiam, ehh nggak tahunya…?”“Kenapa bang, nyesel ya dapat bini kayak aku?”“Ha-ha-ha...nggak, justru abang awalnya takut, pas kamu masih malu-malu gimana abang pecah telor, yang ada malah malu-malu mulu!” kelakar Radin.Radin terpaksa berkata ampun-ampun, saat tongkatnya yang masih di pegang istrinya di pencetnya dengan keras.Entah kenapa Radin yang dulu sangat pendiam dan kadang mood-mood-tan kini bersama Amai justru suka bercanda.Jelang pagi, mereka akhirnya sampai di hotel di Kota Cibana ini, resepsionest hotel langsung kaget melihat Radin membawa Soraya yang masih baju layaknya penganten, malah masih ada sisa kembang melati di kerudungnya yang agak kotor, termasuk pakaiannya yang juga di beberapa bagian kotor.Tapi Radin cuek saja dan menggandeng lengan istrinya naik lift menuju ke lantai 3, di mana kamarnya berada.Sehingga Soraya yang tadinya kagok karena b
Diiringi jeritan lirih, mulailah penetrasi yang sesungguhnya, di bimbing tangan lentik Amai, gadis ini akhirnya merasakan rahimnya di masuki benda yang bikin dia gemas dan takjub saat di mobil tengah malam sebelumnya.Walaupun tidak tidur satu malaman, tapi karena sama-sama sudah pingin, keduanya tak merasakan kantuk, yang ada sama-sama penasaran dan ingin menuntaskan itu semua.“Pelan-pelan sayangg…perih…punya kamu besar banget!” bisik Amai, hingga Radin makin tak karuan rasa, suara Amai benar-benar merdu di telinga dan hatinya.Namun itu hanya sebentar, dengan pengalaman dan juga kemampuan yang sudah mendarah daging, Radin bisa membuat suara istrinya yang perih berubah jadi lenguhan dan bisikan betapa nikmatnya saat ini.Tahu kalau istrinya masih perawan ting-ting, Radin benar-benar lembut memperlakukan istrinya ini.Beda saat bersama Rose dahulu dan juga Hanum dulu, yang dilakukan sedikit menggebu, kini Radin memperlakukan istrinya dengan sangat lembut dan kasih sayang.Bahkan tanp
Radin diam saja melihat istrinya menyediakan makan malam buatnya, sejak sore tadi dia bingung bagaimana menyampaikan pada Amai.Kalau ayahnya meminta segera pulang ke Jakarta, lalu seminggu kemudian harus terbang ke London untuk lanjutkan pendidikannya dan sepulang dari sana, dia sudah jadi Pewaris Tunggal kerajaan bisnis orang tuanya.“Kenapa bang, kok sejak sore tadi Amai lihat abang banyak termenung, apakah makanannya tak enak atau…Abang nggak puas siang tadi…dan pingin lagi?”“Tidak sayang…!” Radin menatap lama wajah istrinya yang makin cantik saja sambil tertawa kecil mendengar kalimat terakhir tadi.Amai memang kadang protes, sebab setiap hari harus keramas, akibat suaminya makin candu saja dengan tubuhnya.“Lantas…ada apa..?”Setelah menghela nafas panjang, Radin akhirnya mengungkapkan apa adanya, kalau ayahnya menelpon dan memintanya segera ke Jakarta, dan minggu depan pergi ke Inggris, melanjutkan pendidikan S2 nya.Kini gantian Amai yang terdiam, kebahagian yang dia rasakan
Pertemuan tak sengaja dengan Amanda membuat Radin hari ini seharian tak konsen kuliah. Rasa penasarannya membuat dia jadi ingin tahu,Kenapa Amanda dulu sengaja meninggalkannya, lalu kini tahu-tahu berjalan dengan seorang pria dan memiliki seorang anak kecil...?Usai perkuliahan, Radin sengaja memanfaatkan waktu jalan-jalan lagi, jalanan sangat rame, karena para supporter bola yang identik dengan warna biru sedang pesta, merayakan klubnya juara Liga Inggris tahun ini.Walaupun bukan penggemar bola fanatik, Radin juga sempat ke nonton langsung bersama Peter dan Andrew, dua sahabat satu kampusnya pertandingan terakhir klub ini, dua hari yang lalu.Ia ikut merasakan eufhoria para supporter yang gila-gilaan berpesta, bahkan sampai ada yang telanjang sambil mabuk.Dan hari ini rupanya pesta kemenangan sampai juga ke London, saat itulah Radin kaget melihat ada seorang anak kecil berambut pirang, yang usianya sekitar 4 tahunan hampir terlempar ke jalanan, karena tersenggol para supporter bol
Radin duduk termangu, dr Laura sudah menjelaskan kondisi Amanda secara detil padanya. Pemuda ini hanya bisa menatap sendu gadis cantik yang makin kurus ini di ruang perawatan.Dr Laura, ahli penyakit kanker paling senior di rumah sakit yang ada di rumah sakit London ini menjelaskan secara medis, usia Amanda tinggal menghitung bulan.“Sel-sel kanker itu sudah menyebar ke seluruh tubuhnya, kalaupun dilakukan therapi hanya akan mengurangi sakit saja…tapi tak bisa menyembuhkan!”Itulah kalimat dr Laura, hingga Radin hanya bisa berjalan gontai dan menatap Amanda yang kini sedang menjalani therapi di ruangan perawatan, ini adalah minggu ketiga gadis jelita ini masuk kembali ruang perawatan.Dr Laura juga meminta agar Radin membawa Amanda ke tempat-tempat yang bisa membangkitkan gairah hidupnya. Radin pun mengangguk.London sedang memasuki musim gugur, cuaca mulai dingin, Radin memegang jari lentik kurus Amanda.“Kamu sebutin Manda…apa mimpi mu yang belum kesampaian…aku akan mewujudkannya!”
Radin tetap terkontrol dan pelan-pelan memperlakukan Amanda, saat melakukan penetrasi, dia pun kaget, Amanda ternyata masih perawan dan kembali pria yang sangat berpengalaman ini harus mengeluarkan ‘ilmu’ bercintanya yang sudah masuk kategori suhu.Amanda sampai memuji betapa hebatnya suaminya ini membuat dia melayang ke angkasa, dan tak merasakan perih berlebihan, yang ada malah kenikmatan yang baru pertamakali dia rasakan.Dan Amanda dengan senang hati menerima siraman di rahimnya, bahkan dia berbisik semoga rahimnya bisa jadi seorang janin, atau anak mereka berdua kelak.Saat beristirahat sambil berpelukan, Amanda akhirnya terbuka, kalau penyakitnya ini sudah terdeteksi sejak dia duduk di kelas 11 atau kelas dua SMU.“Saat itu kankernya di bilang masih jinak dan bisa di atasi dengan obat, namun setelah kuliah, ternyata kanker itu itu makin lama makin mengganas dan akhirnya menghantam ke ginjalku…itulah sebabnya aku tak mau bablas dengan kamu dulu…aku takut dengan penyakitku itu!”R
Radin kini duduk termangu di rumah mertuanya, sehari setelah acara penguburan Amanda Hasim Zailani Klorst.Tak dia sangka kebahagian Amanda bersamanya hanya berlangsung singkat, yakni 10 bulanan. Ayah dan ibunya, serta mertuanya terlihat berbincang santai di teras rumah kecil sederhana ini.Aldot sudah menawarkan James dan Tante Nengsih pulang kembali ke Indonesia, dan rumah serta pekerjaan sudah disiapkan buat mertua Radin ini.Tak lama Aldot dan Mami Melly izin balik ke hotel ke James dan Tante Nengsih dan berencana besoknya akan pulang ke Indonesia.Saat melihat Radin masih termangu seorang diri di ruangan tengah, Aldot menowel istrinya agar jangan di ganggu.“Biarkan saja dulu, kita maklumi kondisi kejiwaannya!” bisik Radin, Mami Melly pun mengangguk paham.Saat duduk termangu itulah, Radin melihat ada sebuah foto lama di dinding, yakni dua gadis kecil, yang satu berumur 1 tahunan dan satunya berumur 7 tahunan.Si gadis kecil itu sedang menggandeng si kecil itu, keduanya terlihat
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman