Apakah Radin benar-benar pergi dari kampung kecil ini…?Nurjaman atau Ayu tentu salah besar, pemuda ini bukan tipikal orang yang gampang menyerah, Radin malah makin penasaran kenapa Ayu sampai berani menjebaknya begitu.Di sebuah penginapan di kota kecamatan, Radin tertawa-tawa saja berteleponan dengan AKP Bardi, yang kini malah sudah naik pangkat jadi Kompol Bardi dan baru saja menjabat Wakapolres di Kabupaten Sukabumi, yang artinya desa kecil ini masuk wilayah hukum nya.“Oke mas…tenang saja, aku akan terus pantau mas di sana, soal Bolak kami sudah dapat info A1, yang bersangkutan belum keluar dari wilayah itu. Agaknya dia masih penasaran dengan uangnya yang hilang puluhan miliar itu, sehingga Bolak masih berkeliaran di sana, mas hati-hati ya!” Bardi juga mengatakan, semua jalur sudah di pantau baik dengan CCTV juga polisi terus berpatroli menjaga agar pentolan preman, sekaligus gembong narkoba ini tak bisa kabur dari wilayah ini.Keterangan 5 orang wanita open BO itulah yang memb
“Hmmm…Radin Hasim Zailani, di cari-cari ternyata malah mondok di desa terpencil, yang katanya barusan di usir setelah kepergok berduaan dengan santriwati. Rupanya selera anak muda ini rendah banget, setelah ngelonin lonte-lonte milikku, kini naik dikit nger-jain santriwati…!”Bolak Siwandjaja terbahak di ikuti anak buahnya, Radin masih menahan hati dan mendengarkan saja ejekan Bolak cs.“Malah ku dengar kini bagi-bagi duit ke warga, setelah ku cek uang-uang itu milikku, ternyata kamu lah malingnya yang mengambil dari brankasku…nyali kamu besar sekali ternyata…!”Bolak secara tiba-tiba mencabut pistolnya dan menodongkan langsung ke wajah Radin, pemuda ini mulai waspada dan kaget juga, musuh besar nya ini malah duluan mencabut senjata mematikan ini.Sedangkan ke 9 anak buahnya kini semuanya mencabut golok dan agaknya tinggal menunggu perintah untuk menghajarnya.Radin boleh kebal bacok, tapi tak kebal peluru!“Apa kehendak kamu Bolak, dan kenapa kamu menuduh aku yang mencuri uang haram
“Mas, ganti baju saja yaa…kebetulan ada kaos punya adikku yang baru diambil dari laundry, pakai saja dulu,” tawar Dea sambil berpaling dan menuju ke sebuah tas kresek dan mengambil satu kaos yang bersih dan sudah di setrika serta berbau harum.“Nanti kemana aku mengembalikan, apakah ke sini lagi…?” sela Radin sambil memasang kaos ini, yang ternyata pas di badannya, malah mencetak tubuh kokohnya. Hingga perawat Dea pun sampai dan tak sadar mencubit dada bidang berotot pemuda ini.Ternyata kebiasaan gemes itu karena Dea ngaku emank suka nakal mencubit bayi-bayi yang montok, kalau pas berobat di sini.“Iya bang, ihh gemes aku lihat badan kamu, oh ya...ini kan klinik ini punyaku, rumahku di belakang bangunan ini, kalau aku tak ada, temui aku di belakang di bagian klinik ini ya, biasanya kalau agak siangan ada dokter umum dan perawat yang lain yang berjaga di sini..!” Setelah membayar, Radin pun kembali ke hotelnya, agak enakan juga kini setelah minum obat dan di pijat perawat Dea.Ternya
“Hmmm…emank kenapa…abang mau malam ini hilangkan kesepian aku..?”Deggg…kagetlah Radin, niatnya hanya sekedar bercanda, ibarat umpan kali ini kembali di patuk wanita cantik ini.Radin menarik pinggang Dea dan mengecup bibir merah basah wanita cantik ini. Dea langsung merangkul leher Radin.“Kamu malam ini memecah puasaku…2,5 tahun aku nggak pernah lagi bermesraan, dan agaknya malam ini aku tak bisa bertahan, badan kamu bikin aku sudah suka sejak di klinik siang tadi!” desah Dea.Ciuman lembut kembali berlanjut dan kini Dea makin mengeluarkan suara mendesah lembut yang membuat pemuda bangor ini kembali lupa keadaan.Radin menggendong tubuh gemoy dan harum ini dan Dea menunjukan kamar tidurnya yang lumayan besar dan rapi.Dea duduk di bibir ranjang dan dia makin melayang saat Radin melepas kaosnya dan pemuda ini juga melepas pakaiannya sendiri, lalu menelusuri setiap inci tubuhnya dengan lembut.“Gila kamu bangg…lembut banget, bikin aku melayangg…!” sayup-sayup terdengar suara Dea Harum
Radin beristirahat di kamar hotelnya, hari ini dia berniat akan merupiahkan uang dolar amerika hasil rampasan di brankas Bolak. Tapi tak semua, sebab ia yakin tak mungkin bank di daerah punya stok uang rupiah yang banyak.Radin hanya ambil sebagian dolar lalu di tukar jadi uang 10 miliaran rupiah saja, pemuda ini berniat akan membagi-bagikan pada warga miskin dan yang membutuhkan di Kampung Janah atau pun warga kampung sekitarnya. Pihak bank sempat kelimpungan juga, karena brangkas mereka langsung ludes, setelah Radin menukar uangnya.Awalnya mereka curiga, tapi saat sang kepala cabangnya tahu siapa Radin, sang kepala cabang langsung kaget, dan bak menjamu seorang sultan dia tak banyak cincong lagi minta seluruh anak buahnya bongkar semua isi brangkas.“Kagak aneh ini mah, wong dia crazy rich, bawa dolar banyak begitu..?” batin sang Kepala Cabang, lenyap curiganya pada pemuda ini.Setelah hampir 3 jam, kini uang 10 miliaran sudah berada di mobil Rubicon nya, dan Radin pun balik lagi
Nurjaman terlihat gagah dengan baju jas warna coklat dan peci hitam yang dia kenakan, sebentar lagi dia akan ucapkan ijab kabul.Karena prosesi lamaran selesai, dan pemuda yang tergila-gila dengan Soraya Amani ini diminta bersiap maju ke depan. Lalu akan berhadapan langsung dengan Ustaz Hambali yang bakal menikahkannya dengan gadis jelita ini. Di mana Ustaz Hambali sudah bersiap akan menikahkan putri angkatnya ini.“Akhirnya…sebentar lagi kamu akan ku miliki selamanya,” batin Nurjaman sambil tak bosan-bosannya memandang gadis pujaannya yang duduk di samping kanan bersama Ustazah Umi.Soraya Amani yang terlihat berbaju penganten warna putih, dengan kembang melati di kepala terlihat hanya menunduk, sama sekali tak ada keceriaan di wajahnya seperti yang di tunjukan Nurjaman saat ini.Nurjaman memang tancap gas, setelah Radin terusir dari ponpes ini, hasil kolaborasi jahatnya bersama santriwati Ayu.Dia lalu pulang menemui orang tuanya dan minta dilamarkan pada gadis jelita ini, dan lang
“Anakku...sekarang aku serahkan ke kamu, apakah mau jadi istri Radin…jawablah sekarang anakku, kalau kamu memang keberatan…ayah juga tak memaksa!”Dari melongo wajah Amai langsung memerah, tanpa di suruh dua kali gadis jelita ini langsung mengangguk mantap.Ustaz Hambali dan istrinya saling pandang tersenyum lega, Radin sendiri malah bak mimpi, tak menduga kalimat ini justru keluar dari bibirnya, tak bisa di tarik lagi, Radin akan mengakhiri masa bujangannya dengan Soraya Amani hari ini juga.Tanpa di rencanakan dan pastinya tanpa restu ayah dan kedua mami nya di Jakarta plus opah dan kedua omahnya.Tak lama kemudian…!Kembali warga yang sebelumnya di undang dan masih ramai berkicau di halaman ponpes ini dan juga seluruh santri ponpes, di buat kaget dan heboh setelah ada pengumuman melalui microphone yang di suarakan Ahmadi.Pengumuman itu menyatakan, kalau pernikahan tetap dilanjutkan dan semua undangan di minta masuk kembali ke rumah Ustaz Hambali, yang selama ini merangkap tempat p
Radin lalu mengangkat tubuh Soraya Amani dan membawanya ke rumah Ustaz Hambali, cuaca sudah berubah gelap, sebab kalau sudah jam 6 sore lewat, bak malam saja, halimun tipis pun akan turun.“Bang malu aahh di lihat santri masa aku di gendong sih!” protes Amai malu-malu mau.“Biarin…siapa suruh mau jadi bini abang, lagian siapa suruh mereka pake lihat kita segala!” bisik Radin tertawa dan sempat-sempatnya kembali mengecup bibir istrinya ini, sambil terus menggendong si jelita ini.Jarak antara asrama menuju ke rumah Ustaz Hambali sekitar 100 meteran, tapi Radin enteng saja mengangkat tubuh molek istrinya ini.Tak bosan-bosannya Radin menciumi wajah istrinya ini, untungnya Ustaz Hambali sejak tadi sudah ke mesjid bersama Ustazah Umi serta 3 anaknya, sehingga di rumah ini kosong.Tiba-tiba di belakang asrama ini muncul wajah Ujang dan Ahmadi. “Yahhh gagal deh lihat si Abang pecah telor..hihi!” cetus Ujang terkekeh.“Gila kamu, kalau tadi sampai ketahuan Abang Radin, bisa kena damprat kita
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman