Segala sesuatu yang mengenakan memang selalu bikin ketagihan, Radin pastinya tak pernah belajar dari ayah dan kakeknya.Yang akhirnya meninggalkan beberapa keturunan, termasuk dirinya, karena terlalu bablas dengan kekasih-kekasihnya.Radin terlalu terbawa perasaan, sehingga bukan satu malam tinggal di apartemen Gabrille, tapi sampai 3 malam.Mereka bak bulan madu, siang malam memadu kasih tanpa pengaman apapun, Gabrille pun sudah bilang dia sengaja, karena ingin dibuahi pemuda ini. Ada sebuah ‘janji rahasia’ yang hanya mereka berdua yang tahu.Janji Rahasia yang membuat Radin sempat terdiam kala itu…tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur, Radin pun mengangguk dan setuju.Radin sampai harus di telpon Horman, karena rombongan dua jam lagi akan berangkat ke bandara, sedangkan Radin tak kelihatan batang hidungnya.“Iya Om, Radin langsung pulang…!”Gabrille hanya tersenyum melihat pemuda ini buru-buru berpakaian, setelah tadi mandi toilet membersihkan diri.“Aku antar…ayoo kita ke
Setelah kini ketiganya duduk kembali di kantin, Antonio dan Basad malah kaget dan ikutan bengong. Tak menyangka Amanda sedang sakit dan anehnya sakitnya tak mau disebutkan.“Jadi…Amanda bilang mau ke Belanda lanjutin study sekalian berobat, sakit apa dia yaa..?” suara Basad terdengar masygul, tanda kebingungan.“Selama ini kulihat Manda sehat-sehat aja bro…kenapa dia bilang mau berobat yaa, apakah penyakitnya berbahaya seperti COVID-19?” sela Antonio sama bingungnya.“Itulah….dia tadi tak mua ngomong, hanya bilang, belum saatny aku tahu…Basad dan kamu Antonio…tolong donk selidiki sakit apa Amanda!”Kedua sahabatnya ini saling pandang, dan saat itulah pandangan mereka tertumbuk pada seseorang yang baru masuk, jalannya terlihat sangat gemulai bak wanita, walaupun orang itu cowok 100 persen.“Ahhh….ini dia…si Tau Ming She datang, dia yang cocok untuk menyelidiki langsung pada Amanda atau keluarganya!” cetus Basad sumringah.“Helo ganteng, ehh ada unta arab dan kuda gipang ikutan nimbrung
“Haiii Radin….ihhh kok sombong banget, kemana saja selama ini, nggak pernah nongol ke sini, ayoo masuk, nanti tante panggilin Amanda yaa..!”Tante Nengsih dengan gaya sok akrabnya langsung menggandeng Radin masuk ke dalam rumahnya yang lumayan mewah, walaupun bagi Radin rumah ini dibandingkan rumah ortunya masih tak ada apa-apanya.Tapi pemuda ini seperti biasa tak pernah mau bersombong ria, dia tetap rendah hati dan menghormati siapapun.Dua pembantunya dibuat sibuk karena si tante ini minta agar buah apapun yang segar segera dikeluarkan, juga minuman segar, buat tamu istimewanya ini.Radin hanya senyum-senyum saja melihat kelakuan si tante ini, kurang dari 10 menitan di meja tamu ini terhampar minuman dan buah-buahan segar, termasuk makanan ringan.“Apakah semua ini sudah cukup tuan muda Radin..?”“Hadeuh tante, nggak usah panggil tuan muda segala, cukup kayak dulu, panggil nama saja, ini juga makanan minuman ini kebanyakan, kayak satu RT saja yang bakal menyantap!”Tante Nengsih la
Basad dan Antonio, bahkan Tomo benar-benar tunjukan dominasinya sebagai dua orang petinggi BEM di Kampus Nusantara ini, sebagai ketua dan wakil ketua panitia dan paling bertanggung jawab terhadap kegiatan ospek kali ini.Mereka terlihat ‘sangar’ pada semua mahasiswa baru, walaupun hanya topeng doank, karena aslinya mereka tak gitu-gitu amat! Radin yang menyaksikan tiga sahabatnya ini begitu hanya geleng-geleng kepala, semenjak terbongkarnya jatidirinya, Radin kini bak ‘godfather’ di kampus ini. semuanaya segan dan tunduk padanya.Tapi Radin tetaplah Radin yang sederhana dan biasa-biasa saja, tak ada ke sombongan dalam dirinya.Setelah ‘tak sengaja’ memamerkan kekayaannya, kini Radin kembali naik motor gede nya, dan kadang kembali gunakan SUV lamanya. Hanya sesekali dia membawa mobil-mobil mewahnya ke kampus.Radin sengaja santai dan tidak mau terlalu terlibat langsung di acara ospek ini, saat itulah Radin memperhatikan ada seorang mahasiswa baru yang datang terlambat.Mahasiswi in
Namun Radin bukan tipikal yang mengejar habis-habisan dia tetap santuy dan cool dan sampai habis masa ospek, tidak mau mendekati gadis cuek ini.Terlebih pikirannya masih teringat ke Amanda, bahkan juga Gabrille dan juga Prilly, Gabrille walaupun kini agaknya jarang-jarang kontak, termasuk Prilly yang bilang sedang fokus selesaikan kuliahnya.Hingga sebulan kemudian, yang artinya Citra sudah sebagai mahasiswa, Radin yang saat itu membawa mobil SUV bongsor mewahnya, melihat gadis ini baru saja turun dari halte busway, dan agak akan meneruskan jalan kaki ke kampus.Radin melihat itu karena pas lagi macet, sehingga mau tak mau matanya melihat gadis cantik sederhana ini.Awalnya Radin hanya mendiamkan saja, karena tak mungkin dia memanggil, apalagi jaraknya masih lumayan jauh.Namun saat ini cuaca sedang tak bersahabat, hujan yang semula gerimis mulai berubah menjadi lebat, air bak di tumpahkan dari langit, sehingga banyak yang berteduh, bahkan halte itupun jadi sesak.Radin dari kejauhan
Hari ini Citra mengikuti dua mata kuliah, dia tak tahu kalau Radin menunggunya, karena Radin sudah selesai mengikuti perkuliahan, 30 menitan lebih cepat dari Citra.Tiga sohib dekatnya, Basad, Antonio dan Tomo waktu kuliah nya berbeda dengannya, sehingga Radin duduk santai sendirian di kantin Mba Minar.Tak lama kemudian Radin melihat Citra yang tampil beda hari ini terlihat keluar kelas bersama Mona, sahabatnya.Beda, karena hari ini pakaian yang dia kenakan jauh lebih bagus dan berkelas, bahkan banyak yang pangling dengan Citra hari ini.Citra tentu saja mendatangi Radin, karena dia baru sadar, pakaiannya yang basah masih berada di mobil mewah pemuda ini.Giliran Mona lah yang kini kaget bukan main, karena sang sahabat ini mendatangi orang yang paling berpengaruh di kampus ini.“Citra, ngapain sih mendatangi sang crazy rich itu? Tau nggak, yang nge-fans sama dia hampir separuh kampus ini, terutama wanita-wanita cantik yang jomblo, ntar kita di marahin sama mereka, mana mereka itu ra
Mereka akhirnya sampai ke Cicangi agak malam, tapi Citra langsung menuju ke rumah sakit, karena dia khawatir dengan kondisi ibunya.Setelah berkenalan dengan ibu Citra yang terlihat agak baikan, Radin pun permisi mau istirahat ke sebuah hotel, Radin juga bilang soal biaya tak usah di pikirkan, namun ibunda Citra bilang dia pakai BPJS, walaupun rumah sakit ini milik swasta.Radin tersenyum dan bilang, besok ibunda Citra harus pindah ke room VVIP, dan perawatan juga akan di ubah dari BPJS ke umum, agar penanganan lebih cepat dan obatnya lebih manjur.Namun, semuanya berubah saat Radin tak sengaja bertemu dengan Jaka, adik Rose, remaja ini terlihat tergesa-gesa dan hampir saja menabarak Radin di lobby rumah sakit. “Eh..hati-hati kalau jalan…!”“Ma-maaf pa…saya buru-buru mau ke dalam!”“Loh…kamu kan…Jaka, adiknya Rose?”“Iya pa, kok kenal sa…ehh ini bang Radin kan, tumben abang ada di rumah sakit ini, siapa yang sakit bang?”“Tadi ada ibunya teman abang yang masuk rumah sakit, trus kamu
Saat akan sarapan pagi Citra sudah terlihat di lobby hotel dengan wajah manis, apalagi kini dia memakai baju yang di beli Radin sebelumnya. Citra juga memoles wajahnya dengan make tipis.Radin yang sempat suit tidur karena kepikiran Rose dan Irwan, tersenyum dan dia mengajak Citra sarapan bareng.“Kamu…cantik hari ini…!” puji Radin, hingga gadis sederhana yang kini mulai ‘naik daun’ ini senyum malu-malu. Citra diam-diam memang mulai kagum dengan pemuda tajir melintir ini yang dianggapnya luar biasa, karena tak sombong dan mau bergaul dengan orang miskueen seperti dirinya.“Abang kenapa matanya merah, tak tidur ya satu malam?” Citra malah aneh melihat mata pemuda ini memerah.Setelah menghela nafas, Radin pun akhirnya menceritakan penyebabnya, tak di nyana Citra yang kini kaget bukan main.“Bang ka Rose itu sepupuku…ayahnya itu kakak mendiang ayahku, kenapa abang tadi malam tak cerita!”“Oh begitu ya…ayo kita sekarang ke rumah sakit, hari ini Rose akan menjalani operasi dan sedang di t
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman