Pria ini melongo melihat tayangan ini breaking news di TV, seperti tak percaya dengan penglihatannya, lalu mencak-mencak tak karuan.3 pengawalnya yang menyaksikan sang bos ini marah-marah begitu hanya bisa terdiam dan tak berani bicara.“Hancurrr…habissss…sia-sia usaha bertahun-tahun, ini semua gara-gara si Salsaaa…!” lalu terdengarlah bunyi botol dan gelas pecah di hempaskan ke lantai.Tiba-tiba terdengarlah 5 kali bunyi tembakan menggunakan peredam, 5 orang pengawal pria yang ternyata Dato Lim terjungkal ke lantai, antar tewas dan tidak.Saat Dato Lim berpaling di depannya sudah berdiri Aldot yang barusan menembak ke 5 pengawalnya.“Kau…!’ suaranya tertahan. Aldot tersenyum sinis sambil melangkah tenang ke araha Dato Lim, dia tak sempat mengambil pistolnya yang terletak di meja dan kini di ambil Alot.“Apa kabar Dato Limar Chen Sulaiman…!” Dato Lim kaget bukan main saat Aldot menyebut nama lengkapnya sambil melihat-lihat pistol yang ternyata miliknya, yang dulu di rampas Dato Lim.
7 hari kemudian…!Aldot mendorong pelan-pelan kursi roda yang berisi Yanti di taman rumah sakit mewah ini, kini gadis kecil ini sudah bisa bangun dari ranjang rumah sakit.Yanti senang sekali ‘papanya’ ini kini berubah penampilan, tak lagi bak preman, tapi berubah modis dan dandy. Yang membuat Yanti makin lengket, tubuh harum Aldot membuat dia makin betah berada dalam pelukan papah biologisnya ini, walaupun Kania masih menyangkalnya di depan Aldot.Yanti juga meminta Aldot berhenti merokok, karena Yanti ternyata alergi dengan asap rokok, dan Aldot mengiyakan.Setelah perusahaan sudah di ambil alih lagi dari tangan Dato Lim, Aldot sudah diminta papa nya menjadi CEO di Kanah Group. Papa nya justru ‘keenakan’ jadi orang biasa dan tak punya ambisi lagi dalam dunia usaha, apalagi di usia 58 tahunan bagi Brandon sudah cukup, dan dia ingin menikmati masa tuanya dengan tenang.Bahkan papanya justru tak berencana pindah di dua rumah besar mereka dulu, yang ada di Jakarta dan kawasan Sentul. Ka
Sesaat Kania terdiam dan hanyut, dia tak sadar tubuhnya kini sudah di rebahkan di kursi tamu itu, bahkan blousenya sudah terbuka dan baru tersadar saat Aldot sudah bermain bak bayi butuh ASI.Kania lalu mendorong keras kepala bekas kekasihnya dan dan buru-buru merapikan bajunya kembali, walaupun kaget Aldot tidak mau memaksa. Keduanya kini sama-sama terdiam saja sambil melihat TV di dinding.Aldot lalu berdiri dan menatap Kania yang juga menatapnya. “Ayo kita tidur…istirahat, ini sudah hampir jam 11 malam!”Kania mengangguk dan kini mereka sama-sama berdiri. Saat akan menuju kamar, keduanya malah saling pandang, karena Aldot dan Kania mau menuju ke kamar yang seharusnya Aldot tempati.Kania tersenyum malu-malu dan tiba-tiba dia memeluk Aldot dan berbisik ke telinga pemuda ini.Aldot awalnya kaget dan akhirnya mengangguk mengerti. “Baiklah…maafkan aku, selamat istirahat…sayang..!”Kania yang tadi ingin berbalik, kaget di panggil sayang, sebuah kalimat yang dulu selalu ia rindukan dari
Aldot tertunduk, wajah Momi Sandrina terlihat kesal, Brandon dan Mami Tiara hanya bisa menghela nafas panjang. Rapat keluarga di suatu malam ini topiknya mendadak panas dengan sikap tegas Momi Sandrina.Penyebabnya, keinginan Aldot untuk melamar Kania di tolak keras Sandrina…!“Kenapa sih kamu harus menikahi janda anak satu…? Apa tak ada gadis atau wanita yang belum menikah…Aldot, momi itu tahu, kamu itu playboy, siapa sih yang tak tahu reputasi kamu, tapi…masa harus menikah dengan janda...anak satu lagi sudah berumur hampir 7 tahun!”Sandrina sangat jengkel dengan ponakan sekaligus anak sambungnya ini. Dia tak habis pikir, kenapa Aldot mau menikahi seorang janda anak satu, walaupun Kania itu bekas kekasih jaman SMU nya.“Tapi mom…anaknya yang bernama Yanti itu…!”“Tidak bisa…sampai kapanpun momi tak merestui, kalau kamu tetap nekat, jangan salahkan momi…kalau kamu kena kualat nanti!” Sandrina dengan wajah kesal meninggalkan Aldot dan juga madu serta suaminya. “Pah…mami…bagaimana i
Teguran Brandon membuat Aldot menyetop mabuk-mabukan apalagi sampai terbawa ke rumah, Brandon sampai menyentil Aldot bak anak kecil yang tak tahu cara mengatasi masalah dan dianggap tak menghargai istrinya, yang diketahui Brandon sangat mencintai Aldot ini.Begitu mendengar soal ‘kemandulan’ yang ia alami efek dari kakinya yang dulu pernah patah, Brandon tetap terlihat tenang. Tidak ada kepanikan berlebihan, walaupun di tahu, anak sulungnya ini sangat menderita.“Kenapa tak kamu laksanakan saran dokter agar kamu therapi ke Cina sono, buat apa juga kamu mabuk-mabukan saban malam lalu pulang ke rumah, kemudian tidur di kamar lain dan membiarkan istri tidur sendiri . Papa mau tanya, dengan mabuk ada nggak solusi yang kamu dapatkan?”Brandon menatap anaknya ini sambil geleng-geleng kepala, Aldot sengaja dimintanya datang ke Bogor dan diberi nasehat, setelah istrinya Mami Tiara mengisahkan soal RT anak dan menantunya ini.Aldot terdiam dan dia seakan baru menyadari, kesalahannya selama beb
Maya sangat bahagia, suaminya langsung mengantarnya ke Bandara Soetta, hal yang sangat jarang dan lama sekali baru suaminya lakukan lagi hari ini.“Jangan lama-lama di Surabaya…abang sudah memutuskan, 10 harian lagi kita ke China, abang mau berobat di sana, temani abang yaa!”Maya langsung mengangguk dan bilang punya dia bak baru pecah perawan lagi, karena suaminya ini sampai dua kali mengerjainya tadi pagi hingga jelang siang.Aldot hanya tertawa dan mencubit hidung mancung istrinya, dan merapikan kerudung milik Maya, yang makin modis dan tentu saja berselera kelas satu, karena dia merupakan nyonyah salah satu CEO muda kaya di republik ini.Aldot lalu meminta Iman sopir pribadinya menjalankan mobilnya ke kantor, setelah 30 menitan meninggalkan bandara, mobil mewah ini mulai terjebak jalanan yang merambat dan akhirnya macet saat keluar dari tol.Untuk mengisi waktu, Aldot memutar TV kecil dalam mobil ini dan sesekali mengecek saham perusahaannya melalui ponselnya. Aldot kini sudah ken
“Ini pa Aldot Hasim Zailani kan, saya dokter Tipa, temannya dokter Maya, istri bapak!” Aldot kaget saat mendengar teguran dari dokter yang kini bersiap menangani Yanti.Aldot lalu berdiri dan menyalami dokter wanita ini sambil mengangguk. “Ini siapa pa Aldot…gadis kecil yang cantik ini?” dokter Tipa bertanya sambil membuka baju depan Yanti dan mulai memasang alat steteskop.“Aku anaknya papah..!” ceplos Yanti, dokter Tipa kaget, sampai terdiam beberapa saat, bagaimana tak kaget dokter ini, si gadis kecil jelita tiba-tiba ngaku anaknya Aldot!Sebagai kawan Maya di kampus dahulu dan mengetahui kalau baru 3 tahunan sahabatnya ini menikah dengan crazy rich ini, tentu agak aneh kenapa hari ini ada seorang gadis kecil ngaku anaknya Aldot.Dokter Tipa tak enak hati bertanya, apalagi di lihat Aldot terlihat begitu perhatian dengan si kecil cantik ini.Aldot lalu mengajak dokter Tipa bicara 4 mata di ruangan kerjanya. Entah kenapa saat melihat dokter Tipa kaget tadi, Aldot tiba-tiba ingat ucap
“Iya…mama akan ikut,” spontan saja Aldot menyahuti anaknya.“Lohh kan papah punya istri, trus...kalau mamah di marahin istri papah bagaimana?” inilah kecerdasan Yanti yang bikin Aldot kembali terdiam.Aldot berdiri dan menggandeng anaknya ini dan kini mereka menuju lobby dan ada tempat bersantainya.“Pahh…kok diem sihh?”“Sayangg…kamu jangan tanya itu dulu yaa, nanti papah akan merundingkan dengan mama kamu…sekarang papah mau dengar, kamu dari mana saja dan kenapa jalan kaki?”Yanti pun sibuk bercerita kegiatannya sepulang sekolah, mulai kursus bahasa Inggris, lalu olahraga balet dan berenang, dan dia tak di bolehin mamanya naik sepeda atau motor, harus naik ojek daring atau taksi.Kaget juga Aldot mendengar kesibukan putrinya ini. “Jantung kamu bagaimana sayang, kok penuh gitu jadwalnya?” Yanti cerita jantungnya baik-baik saja, hanya kalo kelelahan dia istirahat dan guru-gurunya sudah tau hal itu, karena Kania sudah memberitahu jauh-jauh hari terkait kondisi puteri tunggalnya ini.
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman