Shima, anak tunggal Hakim Sangadji santai menikmati winenya, gadis cantik semampai ini sudah bikin janji akan bertemu Aldot di pub mewah ini.Rambut panjangnya sedikit dipirangin, sehingga sepintas dia bak gadis bule saja, karena kulitnya juga putih bersih, karena rajin perawatan mehong.Orang yang di tunggu-tunggu datang juga, seperti biasa mengenakan jaket kulit dan rambut di ikat tak terlalu rapi, benar-benar macho habis.Shima langsung tersenyum manis dan berdiri menyambut Aldot, setelah bercipika cipiki, walaupun Aldot tak rapi, tapi Shima kagum juga, tubuh Aldot berbau parfum lembut yang mahal dan sangat enak di cium. Aldot berbasa-basi menanyakan anaknya Helena yang hampir berusia 3 tahunan. Kini keduanya bicara soal pribadi masing-masing.“Benaran lo Dot, aku nggak nyangka kamu anak dari Dato Brandon dan cucu Dato Hashim, tau gitu dulu aku pepet kamu ajah, ngapain pepet mantan suamiku yang ternyata nggak ada apa-apanya dengan kamu!” ceplos Shima tersenyum manis.“Tapi aku kin
Bukan Aldot yang kini menyerbu, tapi Shima lah yang malah agresif, dia menarik krah kaos Aldot dan melumat bibir pemuda ini.Saat melihat Aldot tanpa pakaian Shima kagum bukan main melihat bentuk tubuh Aldot yang berotot kokoh. Hasil latihan nge-gym rutin membentuk tubuhnya begini.Dan dia makin takjub saat melihat pisang ambon pemuda ini yang sudah kokoh bak monas.“Gileee kamu Dot, nggak ada apa-apanya mantan aku dulu!” Aldot langsung menarik wajah Shima dan sampai mau kesedak Shima dengan kelakuan Aldot yang dianggapnya agak hyper ini.Keduanya kini memadu cinta di apartemen ini, Shima akhirnya harus mengakui kejantanan mantan teman sekolahnya ini.Diam-diam Shima menekan punggung Aldot agar jangan melepaskan diri saat penetrasi, karena dia ingin rahimnya di siram agar bisa hamil.Shima diam-diam ingin pemuda ini mau bertanggung jawab kelak kalau dia hamil. Tanpa Aldot ketahui, Shima sudah mendengar ayahnya pernah keceplosan bilang kalau ayah Aldot, Brandon Hasim Zailani selangkah
Kania yang kini sudah berganti baju berdiri di dekat Aldot, tercium bau sabun dan parfum lembut dari wanita cantik ini, hingga Aldot sampai meliriknya.Melihat rambut Kania basah dan kini tanpa make up tapi tetap terlihat jelita, hampir saja Aldot lupa, kalau kelakuannya di saksikan Yanti sambil senyum sendiri, bocah kecil seakan melihat kedua ‘orangtuanya’ akur.Tak lama masuk lagi 4 orang perawat dan seorang dokter wanita yang akan lakukan obervasi pada Yanti, Aldot dan Kania di minta keluar dari ruangan.Kini Aldot berjalan berdua dengan Kania menuju kafe rumah sakit yang terletak di lantai dasar dan kini duduk berhadapan, sambil nunggu pesanan.“Kania…jujur sajalah…kenapa Yanti memanggilku papah? Apakah dia itu..?”Kania langsung menggeleng. “Aldot…Yanti itu butuh figur papa, maafkan aku, saat dia e..e..mm...memergoki kita, dia sangat marah, lalu aku sengaja sebut…kalau kamu adalah…papah kandungnya…ternyata ucapanku itu dianggapnya benar…sehingga dia tak lagi marah…tapi!”“Apakah
Bong Kay si Dirut di giring Balo cs keluar ruangan, dan di tendang Balo di halaman kantor ini hingga terguling-guling bak babi guling, dan jadi pusat perhatian.Fasilitasnya semua di ambil alih, termasuk mobilnya, Bong Kay sampai jalan kaki keluar halaman gedung dan mencari taksi.Dalam hitungan menit, 20 manajer yang berada di kantor ini di kumpulkan dan 15 orang langsung di pecat tanpa pesangon, bahkan akan di laporkan ke polisi kalau ada penyelewengan.Dan kembali Balo menendang mereka semua, seperti Bong Kay tadi, ternyata Balo sangat dendam dengan para manajernya, karena dulu mereka juga diperlakukan begitu, ketika di usir dari perusahaan ini, yang dilakukan para preman suruhan mereka ini. 5 orang dipertahankan karena memang pegawai lama, tapi selama ini tertindas oleh 15 orang yang merupakan anak buah Dato Lim.Ke 5 orang ini diminta Aldot saat itu juga benahi semua perusahaan ini, dan diminta lembur, termasuk ratusan pegawai lainnya.Tiba-tiba ada telpon dari salah satu satp
Pria ini melongo melihat tayangan ini breaking news di TV, seperti tak percaya dengan penglihatannya, lalu mencak-mencak tak karuan.3 pengawalnya yang menyaksikan sang bos ini marah-marah begitu hanya bisa terdiam dan tak berani bicara.“Hancurrr…habissss…sia-sia usaha bertahun-tahun, ini semua gara-gara si Salsaaa…!” lalu terdengarlah bunyi botol dan gelas pecah di hempaskan ke lantai.Tiba-tiba terdengarlah 5 kali bunyi tembakan menggunakan peredam, 5 orang pengawal pria yang ternyata Dato Lim terjungkal ke lantai, antar tewas dan tidak.Saat Dato Lim berpaling di depannya sudah berdiri Aldot yang barusan menembak ke 5 pengawalnya.“Kau…!’ suaranya tertahan. Aldot tersenyum sinis sambil melangkah tenang ke araha Dato Lim, dia tak sempat mengambil pistolnya yang terletak di meja dan kini di ambil Alot.“Apa kabar Dato Limar Chen Sulaiman…!” Dato Lim kaget bukan main saat Aldot menyebut nama lengkapnya sambil melihat-lihat pistol yang ternyata miliknya, yang dulu di rampas Dato Lim.
7 hari kemudian…!Aldot mendorong pelan-pelan kursi roda yang berisi Yanti di taman rumah sakit mewah ini, kini gadis kecil ini sudah bisa bangun dari ranjang rumah sakit.Yanti senang sekali ‘papanya’ ini kini berubah penampilan, tak lagi bak preman, tapi berubah modis dan dandy. Yang membuat Yanti makin lengket, tubuh harum Aldot membuat dia makin betah berada dalam pelukan papah biologisnya ini, walaupun Kania masih menyangkalnya di depan Aldot.Yanti juga meminta Aldot berhenti merokok, karena Yanti ternyata alergi dengan asap rokok, dan Aldot mengiyakan.Setelah perusahaan sudah di ambil alih lagi dari tangan Dato Lim, Aldot sudah diminta papa nya menjadi CEO di Kanah Group. Papa nya justru ‘keenakan’ jadi orang biasa dan tak punya ambisi lagi dalam dunia usaha, apalagi di usia 58 tahunan bagi Brandon sudah cukup, dan dia ingin menikmati masa tuanya dengan tenang.Bahkan papanya justru tak berencana pindah di dua rumah besar mereka dulu, yang ada di Jakarta dan kawasan Sentul. Ka
Sesaat Kania terdiam dan hanyut, dia tak sadar tubuhnya kini sudah di rebahkan di kursi tamu itu, bahkan blousenya sudah terbuka dan baru tersadar saat Aldot sudah bermain bak bayi butuh ASI.Kania lalu mendorong keras kepala bekas kekasihnya dan dan buru-buru merapikan bajunya kembali, walaupun kaget Aldot tidak mau memaksa. Keduanya kini sama-sama terdiam saja sambil melihat TV di dinding.Aldot lalu berdiri dan menatap Kania yang juga menatapnya. “Ayo kita tidur…istirahat, ini sudah hampir jam 11 malam!”Kania mengangguk dan kini mereka sama-sama berdiri. Saat akan menuju kamar, keduanya malah saling pandang, karena Aldot dan Kania mau menuju ke kamar yang seharusnya Aldot tempati.Kania tersenyum malu-malu dan tiba-tiba dia memeluk Aldot dan berbisik ke telinga pemuda ini.Aldot awalnya kaget dan akhirnya mengangguk mengerti. “Baiklah…maafkan aku, selamat istirahat…sayang..!”Kania yang tadi ingin berbalik, kaget di panggil sayang, sebuah kalimat yang dulu selalu ia rindukan dari
Aldot tertunduk, wajah Momi Sandrina terlihat kesal, Brandon dan Mami Tiara hanya bisa menghela nafas panjang. Rapat keluarga di suatu malam ini topiknya mendadak panas dengan sikap tegas Momi Sandrina.Penyebabnya, keinginan Aldot untuk melamar Kania di tolak keras Sandrina…!“Kenapa sih kamu harus menikahi janda anak satu…? Apa tak ada gadis atau wanita yang belum menikah…Aldot, momi itu tahu, kamu itu playboy, siapa sih yang tak tahu reputasi kamu, tapi…masa harus menikah dengan janda...anak satu lagi sudah berumur hampir 7 tahun!”Sandrina sangat jengkel dengan ponakan sekaligus anak sambungnya ini. Dia tak habis pikir, kenapa Aldot mau menikahi seorang janda anak satu, walaupun Kania itu bekas kekasih jaman SMU nya.“Tapi mom…anaknya yang bernama Yanti itu…!”“Tidak bisa…sampai kapanpun momi tak merestui, kalau kamu tetap nekat, jangan salahkan momi…kalau kamu kena kualat nanti!” Sandrina dengan wajah kesal meninggalkan Aldot dan juga madu serta suaminya. “Pah…mami…bagaimana i
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman