Aldot sengaja tak mengunjungi kakeknya, Dato Robert Jr, ia tak ingin misinya ke Kuala Lumpur terdeteksi musuh-musuh keluarganya.Kakeknya yang sudah tua tentu saja kaget melihat menantunya kini kalah di pengadilan melawan Dato Lim.Robert Jr sampai memberikan uang tak sedikit buat Brandon agar melawan balik dengan mencari pengacara top. Namun Brandon sebut masih bisa mengatasi ini, karena celah hukum masih ada, dia tak enak merepotkan mertuanya ini.Begitu mendarat di bandara Kuala Lumpur, Aldot terdiam sebentar saat melihat headline koran-koran yang menampilkan wajah pongah Khalifa Lim alias Dato Lim, yang kini jadi pemilik Kanah Group, yang di jual di etalase di pintu keluar bandara Kuala Lumpur.“Hmm…nikmatilah selagi masih bisa…?” dengus Aldot dingin kemudian berlalu dan mencari taksi.Aldot langsung menuju ke sebuah rumah yang dulunya di tinggali kakeknya, Asisten Rahman, rumah itu berada di pinggiran kota Kuala Lumpur.Rumah ini tidak terlalu besar, memiliki 4 kamar dan kosong,
Wanita ini duduk di kursi di depan Aldot, lampu pub mewah ini agak temaram, sehingga wanita cantik ini tak begitu memperhatian Aldot yang justru menatapnya dengan seksama.Dia mengenakan dres yang agak tertutup, beda dengan temannya tadi yang agak terbuka di bagian dada.Tak enak juga saling diam, Aldot pun menyunggingkan senyum. “Anda mau minum…ini ada sebotol belum saya buka, ini nggak terlalu keras alkoholnya, kalau ingin yang lebih keras, silahkan pesan,” Aldot menawari wanita ini minuman.Si wanita ini kaget dan dia menatap wajah pria tampan brewokan di hadapannya, dia mengangguk, lalu memanggil seorang waitress yang berdiri tak jauh dari meja mereka dan membantu membuka botol minuman itu dan kini menuangkan ke gelas kosong yang baru.“Cukup ini saja, saya juga tak suka minum wine yang keras,” sahut si wanita ini, suara nya terpaksa agak dikencangin, karena suara musik yang menggelegar dimainkan seorang DJ terkenal.Aldot tersenyum juga menatap wanita yang terlihat sangat elegan
Tiga hari Aldot memantau rumah Hakim Loe Kwah, rumah itu lumayan besar dan mewah, mobil-mobil mewah berjejer hingga 5 buah di halaman.Aldot sampai hapal kebiasaan hakim senior ini, pagi dia jogging keliling kompleks, lalu tak lama berangkat ngantor dan sorenya suka main golf, hakim senior ini ternyat sangat hobby main olahraga mahal ini.Setelah 3 hari, Aldot bermaksud menyatroni rumah Hakim Loe Kwah, rumah ini hanya di jaga dua orang satpam di depan.Malamnya…!Aldot bermaksud akan masuk melalui pagar samping yang relatif mudah ia lompati, dilihatnya arah CCTV yang sepertinya mengarah ke segenap penjuru.Sebagai orang yang lama di bagian reskrim dan terlatih, Aldot paham cara mengatasi ini, sehingga ia dengan mudah bisa mengakalinya dan tak tersorot kamera. Pukul 21.30, Aldot sudah berhasil masuk menyelinap sesuai dengan plan yang ia bikin sendiri. Kali ini ia hanya mengenakan baju serba hitam dan pakai koplok untuk menyamarkan dan menutupi rambutnya yang mulai panjang lagi.Tak m
Tiga hari kemudian…!Aldot menatap ponselnya, iseng-iseng ia mencoba memindah bukuan sebagian uangnya ke rekening lain miliknya sebesar 100 miliar yang tak ikut terblokir, karena nama rekeningnya atas nama Sarah mendiang ibunya dan jarang-jarang ia pakai, tapi sengaja tidak di tutup. Namun ada kode security yang memintanya harus memasukan password khusus, Aldot lalu memasukan password namanya, lalu nama kakeknya. Aldot lalu diminta tanda tangan dan menampilkan wajahnya ke kamera ponsel, sebagai bukti dirinya asli.Tertulis ‘access received’ padahal sebelumnya selalu tertulis ‘access denied’,Setelah itu dilakukan, Aldot senyum sendiri, kini rekening yang semula hanya berisi 5 juta rupiah di rekening ibunya, sudah masuk 100 miliar.Padahal Aldot hampir mendatangi kakeknya, Dato Robert Jr, untuk meminta uang, karena duitnya hampir habis.Tapi senyumnya hanya sebentar, saat ingat Dato Lim dan ingat nama seseorang yang sebelumnya di sebut Hakim Loe Kwah sebagai otak dari pembunuhan ked
Srattt…sratttt..srattt…!” Salsa sampai menoleh ke samping, tak tega melihat Dato Lim menyabetkan pisaunya ke tubuh Aldot.Namun Dato Lim melongo, hampir tak percaya dengan pandangannya, yang sobek hanyalah baju kaos Aldot, karena jaket kulitnya sudah dilucuti sejak tadi, tapi kulit pemuda ini hanya balur merah, Dato Lim bak menyabet karet, mentul semua alias tak mempan.“Hmm…hebat…kamu ternyata kebal belati…baiklah…hei kalian, ambil tongkat bisbol, bawa ke sini cepat!” Begitu tongkat bisbol berada di tangannya, sebuah pukulan keras melayang ke tubuh Aldot, bahkan bak kesetanan Dato Lim kini berkali-kali memukul kedua paha Aldot.Paha itu jadi sasaran pukulan benda keras ini, akibatnya terdengar dua kali bunyi krak, kaki Aldot patah, dan sekuat apapun pemuda ini bertahan, ia pingsan saking sakitnya, akibat siksaan Dato Lim.Dato Lim sambil mengatur nafas, kini dia puas melihat kaki pemuda ini patah kedua-duanya.“Hmm…kamu boleh kebal, tapi tulang kamu tak sekuat baja, sekarang kamu a
Tak di kira Dato Lim sangat licik dan kejam, dan saat ini Aldot berpikir dia masih berada dalam sekapan Dato Lim, dan Salsa sengaja di suruh menungguinya untuk membujuknya memberi tahu pasword itu.“Aldot…aku sengaja membawamu ke sini…karena aku ingin menolongmu!”“Hmm…siapa kini yang aku percaya…kamu di sini pasti di suruh si bangsat Dato Lim itu bukan? Agar aku membuka rahasia password itu…sampai matipun aku tak bakal membuka, biarlah aku berkorban, agar aset perusahaan keluargaku tak jatuh ke tangan manusia jahat itu!” cetus Aldot. “Terserah kamu mau ngomong apa, aku memang salah, tapi ada sebabnya, kelak aku akan membuka semuanya. Intinya aku membawa kamu ke sini tanpa sepengetahuan Dato Lim, kalau dia tahu, mungkin saja nyawaku juga tak tertolong, walaupun aku adiknya!” Aldot terdiam lalu menoleh ke wajah Salsa yang terlihat menatapnya tajam, mereka kini saling tatap, seakan mengukur kejujuran masing-masing.“Seberapa parah kakiku…?” Aldot memecah kesunyian dan masih menatap ga
Sudah 3,5 bulan Aldot tinggal bersama pa Bahran, kemajuan kesembuhannya sangat mengagumkan.Selama itu pula Aldot tetap intens berkomunikasi dengan Brandon ayahnya, dan Brandon meminta Aldot bersabar agar kesembuhannya cepat.Brandon sadar, kenekatan anaknya ini tak kalah dengan dirinya saat muda, sehingga akan sia-sia kalau melarangnya.Bojo yang diam-diam menjenguknya pun juga kagum melihat ipar sekaligus sahabatnya ini mengalami kemajuan hebat dengan kesembuhan kakinya.Aldot juga diminta Bahran mulai jalan-jalan melatih kakinya, Aldot yang sebelumnya pesimis sembuh kini makin bersemangat, ia bisa jogging pelan hingga 1 kiloan bolak-balik. Kakinya walaupun belum sembuh 100 persen, kini sudah tak lagi nyeri.Terkadang Aldot juga naik sepeda milik anak Bahran dan kakinya pun kini sudah mulai menunjukan tanda-tanda kesembuhan 100 persen.Suatu hari..!“Aldot, kamu segera temui sepupuku pa Sahar, aku sudah bicara dengannya tentang kondisi kamu. Setelah ku amati, masih ada sedikit tulan
“Aldot…!” pemuda ini langsung kaget dan menatap orang yang menegurnya, di depannya sudah berdiri seorang wanita tinggin semampai dengan wajah jelita, tapi seakan ada gurat derita di wajahnya, bajunya santai, jeans di padu kaos lengan panjang dan tas kecil di lengannya.Aldot melepas kacamatanya dan kini tersenyum menatap wanita ini. “Kania…!” wanita cantik yang ternyata Kania ini kini duduk di samping Aldot.“Aku turut prihatin mendengar musibah dalam keluarga kalian…!”Aldot hanya tersenyum pahit, agaknya Kania juga tahu apa yang terjadi dengan keluarga besarnya.“Tak apa Kania…mungkin ini sudah jalannya…oh ya kamu ngapain di Banjarbaru? Bukannya kamu tinggal di Jakarta?” Aldot sengaja mengalihkan pembicaraan.“Aku sedang mengambil sertifikat surat cerai dari suamiku, dia orang sini, kerjanya pengusaha dan anggota dewan propinsi di sini…tapi aku baru tahu kalau istrinya banyak, ada dua di sini dan aku istri ketiganya…baru 6 bulan bersama.”“Aku minta pisah, karena dia berbohong, dulu
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman