Beranda / CEO / Pewaris Tunggal / Bab 255: Skandal Cicangi II di Batupecah

Share

Bab 255: Skandal Cicangi II di Batupecah

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semakin hari kesehatan Ria makin baik, sehingga seminggu kemudian dia benar-benar pindah ke apartemen Aldot, semua barangnya di angkut dari kosnya dan dia pamitan dengan pemilik kos.

Marcia lah yang meminta, sehingga mereka mereka kini menempati apartemen ini bertiga dengan Aldot. Tentu saja beda tinggal di kos dengan apartemen mewah yang kini sudah lengkap, dan Ria pun tak perlu mikir lama-lama, dia langsung mengiyakan tawaran Aldot juga Marcia.

Ria sudah tak aneh, kalau dia sering tidur sendiri, karena setiap kali Aldot datang malam hari, Marcia pasti pindah ke kamar Aldot dan Ria terpaksa menutup telinganya mendengar lenguhan sahabat karibnya ini, hingga tengah malam.

Setelah satu bulan, Ria benar-benar sembuh dan dia mulai masuk kantor lagi, saat Ria mulai aktif kantor, Marcia harus ke Banjarmasin selama 5 hari, karena ada diklat dari kantor induk mereka di Banjarmasin.

Marcia tak sempat pamit langsung ke Aldot, karena si AKP ini sedang menangani suatu kasus yang lumayan menyita p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris Tunggal   Bab 256: Skandal yang Gila

    Walaupun saat jalan berasa ada yang nge-ganjal, Ria tetap bahagia dan ketagihan dan tak sabar bertemu sang crazy rich itu.Apalagi hari ini dia langsung membawa pulang sebuah mobil crossover mewah berharga hampir 600 jutaan, yang sudah hampit 5 bulan nggak ada peminat dan hari ini Ria lah yang membelinya.Kepala dealernya sampai melongo saat Ria membayar cash mobil mewah ini. “Ehemm dapat jackpot ya Ria,” kata sang Kacab dealer ini saat melihat Ria menggesek ATM nya untuk melakukan pembayaran di kasir.“Ada dehh, dapat warisan nihh, lahan kena ganti rugi perusahaan,” ceplos Ria asal sambil tertawa dan berlalu dari depan sang Kacab dealer ini yang malah bersyukur mobilnya laku lagi.Padahal dia pesimis, mobil ini tak laku, kalah bersaing dengan model lainnya, apalagi yang MPV, saban hari keluar alias laku keras.“Kenapa jalan Ria dikit berubah ya, apakah dia masih berasa sakit setelah di aniaya mantan suaminya,” batin si Kacab saat melihat lengangg kangkung Ria yang dikit berubah.Sete

  • Pewaris Tunggal   Bab 257: Di Hadang Begal Ganas

    “Oke, aku aku mau cek sekalian mau jalan-jalan ke Desa Dudur,” Aldot menutup telpon dari Bojo Ardian yang mengabarkan jalan menuju ke Desa Dudur sudah bagus, sebagian aspal, sebagian pengerasan dengan batu, tapi kedepannya akan di aspal juga.Bojo juga jamin, ke desa itu paling lama kurang lebih 3,5 jam sudah sampai, tidak lagi harus setengah harian lebih ataupun satu hari satu malam kalau hujan.“Pokoknya nggak sia-sia kita gelontorkan dana hingga 105 miliar, kini warga di sana sudah tak lagi terisolasi, tapi perusahaan kita kita juga melejit di bursa saham, modal balik dan untung hanya dalam hitungan jam!” ceplos Bojo tertawa, hingga Aldot pun memuji sahabatnya.“Bukan gue yang hebat, ente lah orangnya, kan saran itu dari ente sang calon CEO dan pewaris tunggal!” puji balik Bojo pada sahabatnya ini.Aldot pun mempersiapkan diri berangkat, tentu saja yang tak pernah lupa dia bawa, uang cash dan juga senjata yang komplet pelurunya, di tambah 3 lusin peluru cadangan, juga beberapa paka

  • Pewaris Tunggal   Bab 258: Hampir Saja

    Makin mendekati Desa Dudur, mata Aldot makin berkunang-kunang, Aldot lalu ingat rumah Bidan Dayang, ke sanalah ia menuju. Aldot di untungkan jalan yang sudah bagus, beda dengan beberapa bulan lalu, jalanan bak off road.Begitu sampai di halaman rumah ini, dengan langkah sempoyongan Aldot menuju rumah bidan ini, baru saja akan mengetuk pintu, pintu rumah itu sudah terbuka.“Eh abang…lho kenapa lengannya, apa yang terjadi..?” Bidan Dayang kaget bukan main dan dia lalu memapah Aldot masuk dalam rumah dinasnya. Karena Aldot berjalan sempoyongan kayak orang mabuk, akibat matanya berkunang-kunang dan makin banyak saja kunangnya, bahkan telinga Aldot berdenging bak suara ratusan tawon.Begitu diletakan di kasur kamar pribadi Bidan Dayang sendiri, Aldot langsung tak ingat apa-apa lagi.Banyaknya keluar darah membuat ia pingsan dan terkapar di kasur itu, Bidan Dayang sesaat panik, namun sebagai bidan yang sudah lumayan jam terbangnya, ia pun lalu segera memeriksa kondisi pemuda ini.Lalu denga

  • Pewaris Tunggal   Bab 259: Badan Kembali Diisi Kebal Bacok!

    Hari ke 3, Aldot mulai nyaman, slang infus pun sudah di cabut Bidan Dayang, sesuai janjinya dengan pa Bahran, tetuha kampung, Aldot lalu menuju ke rumah pria setengah yang sangat di segani ini, untuk di isi badannya.Setelah berbincang santai, Bahran lalu mengajak Aldot ke sebuah tempat khusus yang tidak semua orang tahu.Tempat ini ternyata sebuah gua kecil yang terdapat di tengah hutan, berjalan kaki hampir 30 menitan dari rumah Bahran, nyamuk lumayan, Aldot terpakasa merokok mengurangi gigitan nyamuk keduanya kini sudah sampai di tempat khusus ini.“Intinya, ilmu ini tak membuat kamu kebal 100 persen, tapi kalau hanya bacokan-bacokan mandau atau belati, kulit kamu agak kuat lah, musuh kamu bak menebas karet saja!” itulah penjelasan Bahran, hingga Aldot menganggukan kepala.Saat Aldot membuka baju dan kini hanya celana pendek yang dipakai, Aldot sempat merasa dingin juga, karena ini sebuah gua kecil yang agak lembab, untunglah di sini nyamuknya tak banyak.Kini Bahran pun mulai mera

  • Pewaris Tunggal   Bab 260: Si Bangor Kumat Lagi

    “Kalau mas Aldot jalan-jalan ke sana, hati-hatilah…warga di sana agak sulit menerima orang luar. Orang-orang di sana masih kuat tradisi judi atau pun suka bentrok dan diselesaikan dengan adu otot, malah dengar-dengar ada yang jadi pembunuh bayaran!”Mendengar pembunuh bayaran inilah Aldot jadi tertarik ingin melihat kondisi desa terpencil yang berjarak 1,5 jam perjalanan naik mobil dari desa Dudur ini.Namun dia terpaksa membatalkan niatnya, karena hari sangat mendung dan tak lama kemudian turun hujan sangat lebat, apalagi Aldot melihat jalanan menuju desa itu becek dan banyak kubangan, ternyata pengaspalan belum menyentuh desa ini.“Kalau menurut cerita pa Bahran, warganya menolak pembangunan, atau mungkin kepala desanya yang menolak dengan alasan macam-macam…nanti aku selidiki,” batin Aldot, yang lalu memutar mobilnya dan balik kembali ke Desa Dudur.Begitu tiba kembali ke rumah Bidan Dayang, cuaca sudah malam, semenjak Aldot sehat, Banu, Janu dan satu rekannya sudah tak lagi jaga d

  • Pewaris Tunggal   Bab 261: Bertemu si Tato Ular

    Tiga hari kemudian Aldot kini menuju ke Desa Taruing, setelah merasa badannya fit kembali, tentu saja selama 3 hari 3 malam kedua insan ini tak puas-puasnya memadu cinta, sampai Dayang berseloroh pacarnya kelak bakal marah, karena punya dia berbeda jepitannya, tak sekencang dulu lagi.“Aku sayang kamu bang, tapi cintaku buat pacarku, maaf yaa..?” canda Dayang saat mereka untuk kesekian kalinya memadu hasrat. Fuckboy cap biawak ini tersenyum dan mengangguk saja.Tuh ia pun sampai kini belum menemukan cinta sejatinya semenjak putus dengan Kania dan Ressa.Harapannya sempat membuncah saat bertemu Kania, namun padam seketika saat Hans pacar Kania datang ke kos.Kini Aldot yang terluka dua kali ini sudah tak memikirkan soal cinta, ia pikir mengalir saja, toh someday ia akan menemukan wanita yang bisa merebut hatinya.Itulah kenapa ia begitu menikmati perannya sebagai aparat, dan tak masalah dinas di tempat terpencil atau di kabupaten yang jauh dari Jakarta.Dia belum kepikiran berdasi dan

  • Pewaris Tunggal   Bab 262: Duel dengan Kelompok Pembunuh Bayaran

    Aldot lalu mengangkat ke dalam mobilnya dan memborgol keduanya, kini ia mengedarkan pandangan pada puluhan warga yang terlihat menatapnya dari kejauhan, mereka kaget dan heran melihat dirinya.Banyak yang curiga kalau Aldot seorang aparat berbaju preman karena melihat dirinya memborgol kedua orang ini.Aldot kini duduk santai sambil minum dengan cueknya, pemilik warung yang tadi hampir terkencing-kencing kini melayani Aldot kaki gemetaran.“Paman kenal dengan dua orang tadi…jangan takut…ngomong saja!”“Na-namanya Alul dan Balok…me-mereka…anak buahnya kepala kampung sini, namanya Burak, bapak sebaiknya pergi cepat-cepat dari sini, nanti si Burak datang dengan puluhan anak buahnya, rumahnya tak jauh dari sini!” pemilik warung ini malah meminta Aldot pergi, tapi pemuda ini menggeleng.“Aku malah akan menangkap si Burak ini,” cetus Aldot. Aldot justru minta bikinkan lagi segelas kopi panas.Dan baru saja si paman warung ini menaruh segelas kopi, dari jauh kelihatan berjalan sekitar 10 ora

  • Pewaris Tunggal   Bab 263: Perang Antar Geng yang Menghebohkan

    Hampir malam Aldot sudah kembali ke rumah Dayang kembali, si bidan mungil langsung memeluknya dan tentu saja kaget bukan main melihat pakaian Aldot sobek.“Wuihh ngerinya, untung perut abang nggak tembus kena belati anak buah si Burak itu,”“Ngga papa, sengaja kok, mau nguji ilmu dari paman Bahran, ternyata emank mantul,” canda Aldot tertawa.“Dasar gelo, kalau tembus apa nggak koit abang, nekad banget sih,” gerutu Dayang, sambil mengajak Aldot makan malam.“Jadi besok abang rencana balik ke kabupaten ya?” Aldot mengangguk sambil makan dengan lahap masakan Dayang.“Kamu sendiri kapan pindah tugas?”“Masih 10 harian lagi bang, banyak yang diurus, admin nya panjang banget!” Dayang kemudian curhat, kalau warga di sini sempat memintanya bertahan, namun dia tak mungkin selamanya di sini, apalagi dia juga sudah lulus ASN.Keduanya terus berbincang santai di ruang tengah. “Nanti di kabupaten aku mau buka klinik kecil-kecilan saja sekalian bang, kan ASN jam kerjanya dari pagi sampai pukul 4 s

Bab terbaru

  • Pewaris Tunggal   Bab 992: Akhir yang Bahagia

    Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…

  • Pewaris Tunggal   Bab 991: Sempurnakan Roh Putri Ako

    Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma

  • Pewaris Tunggal   Bab 990: Ingin Hilangkan Pengaruh Putri Ako

    Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga

  • Pewaris Tunggal   Bab 989: Tante Ria Murka

    Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang

  • Pewaris Tunggal   Bab 988: Semua Ini Rencana Tasya

    Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui

  • Pewaris Tunggal   Bab 987: Kejutan di Hari Pernikahan

    Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k

  • Pewaris Tunggal   Bab 986: Lamaran di Tolak!

    Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua

  • Pewaris Tunggal   Bab 985: Rahasia Tante Ria dan Balang

    Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,

  • Pewaris Tunggal   Bab 985: Dirawat Ange

    Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman

DMCA.com Protection Status