Setelah satu kali transit, private jet Brandon akhirnya mendarat mulus di Bandara Internasional Abu Dhabi Airport, setelah menempuh perjalanan hampir 9 jam, andai tak transit bisa di tempuh 7 jam 31 menitan. Brandon dan Kelly langsung disambut cuaca panas, sesuai dengan iklim cuaca gurun pasir.Kelly sampai kaget, karena sebelumnya dia kedinginan saat take off dari Paris, kini disambut cuaca panas di Abu Dhabi.Naik taksi bandara, Brandon langsung minta di antar ke hotel bintang 5 yang tak jauh dari gedung pencakar langit Burj Khalifa.Brandon sengaja tidak menginap di hotel Burj Kalifa itu, karena dari informasi Putri Zeremiah, Emir Thamrin dan Mr Bhat akan mengadakan pertemuan di hotel tersebut.Masih ada waktu 7 harian lagi sebelum pertemuan tersebut, Brandon dan Kelly memanfaatkan waktu untuk beristirahat.Hanya dua jam beristirahat di kamar, Kelly mengajak Brandon shoping di kota yang dijuluki Eropa nya Timur Tengah ini.Tak perlu jauh-jauh, begitu keluar dari hotel, keduanya sud
Ali pun sampai geleng-geleng kepala saat tahu bagaimana rapi dan hebatnya Jenderal Anang dan Brandon bersandiwara selama ini.Mantan anggota TNI ini sampai tak bisa bicara, begitu tahu hubungan rahasia keduanya, tapi dia bersyukur, artinya sepak terjang Brandon yang dingin dan kejam ternyata ‘Licence To Kill’ alias punya sertifikat membunuh.Brandon dan Anang Marjono kini saling berpelukan, Brandon lalu mengenalkan Kelly pada keduanya.“Kamu cantik sekali Kelly, kapan diresmikan,” gurau Anang Marjono, hingga Kelly tersipu.“Mungkin nunggu bapak jadi Kapolri kali pak,” kelakar Ali lagi ikutan tertawa kecil.Kini semuanya tertawa, lantas Brandon mengajak mereka masuk ke kamar suitenya dan melanjutkan metting di sana hingga malam.Setelah rapat hampir 3,5 jam setengah, Ali dan Jenderal Anang Marjono kembali ke kamar masing-masing.Setelah menutup pintu, Brandon bersandar dipintu itu dan menarik tangan Kelly, sehingga gadis cantik ini terdiam sambil menatap wajah ‘paman luarnya’ ini.“Kam
Brandon terlambat memberi peringatan ke Kelly, kini dia di sandera Mr Chen, yang mengacungkan pistolnya ke kepala Kelly.Gegerlah langsung suasana pesta ini, para tamu undangan berebutan menyingkir dengan ketakutan, hingga di tengah ruangan pesta ini tertinggal Mr Chen yang sedang menyandera Kelly dan Brandon yang mengacungkan pistolnya ke arah Mr Chen. Brandon langsung mendengus marah dan menatap tajam Mr Chen.“Kamu lepaskan Kelly, dan kamu boleh pergi!” dengus Brandon.“Ha-ha…tak semudah itu Brandon, aku tahu siapa kamu, tak bakal kamu lepaskan aku!” sahut Mr Chen yang merasa menang kali ini, karena berhasil menawan Kelly yang dianggapnya istri Brandon, karena baru saja mengadakan pesta pernikahan di sini.“Aku tak suka berbasa-basi, kalau kamu lukai Kelly sedikit saja, aku tak segan membolongi kepalamu,” Brandon terlihat mulai emosi. “Buang pistol kamu itu Brandon, atau istri cantikmu ini akan jadi mayat di depan kamu sendiri,” ancam Mr Chen.Brandon meragu sejenak, namun akh
“Diam kamu perempuan sundal, atau satu peluru ini akan membungkam mulut kamu selamanya,” ancam Brandon, hingga Regina langsung terdiam tidak berani lagi berteriak histeris. Brandon kini mendekati Asisten Rahman. “Sekarang berceritalah, kenapa kamu sampai begitu dendamnya dengan ayahku dan malah kini ingin membunuhku?” tatap Brandon dingin ke wajah Asisten Rahman. Namun, harapan Brandon sirna seketika, saat melihat Asisten Rahman yang ternyata sudah lunglai dan pingsan. Brandon lalu menelpon Jenderal Anang dan sang jenderal ini bilang akan segera ke atas bersama dengan kepolisian Diraja Uni Emirat Arab. Sambil menunggu Jenderal Anang, Brandon menghajar dua tenaga IT hingga klenger, tendangan keras yang ia layangkan membuat kedua tenaga IT ini pingsan seketika. Brandon kini menatap Regina sambil mendekatinya, yang di dekati langsung bersujud ke lantai dan bilang ia selama di bawah tekanan Asisten Rahman dan suara cepat saking takutnya. Regina bilang nyawanya selalu terancam semenja
Setelah dirawat hampir tiga mingguan, Kelly akhirnya bisa keluar dari rumah sakit, namun dia tak bisa langsung berjalan, masih harus menggunakan kursi roda.Urusan dengan kepolisian Diraja Uni Emirat Arab diselesaikan semuanya oleh Jenderal Anang, sehingga Brandon bisa konsen menjaga Kelly dan ingin membawanya ke Jakarta, lalu melanjutkan perawatan dan pengobatan di Indonesia.Regina di tahan kepolisian di sana dan sudah bisa di tebak, hukuman berat bakal menanti wanita cantik ini, yang terjebak dalam permainan Asisten Rahman alias Mr Bhat.Mereka pulang sama-sama satu pesawat private jet Brandon langsung ke Jakarta, sampai di rumahnya yang mewah, Brandon memanggil dokter pribadinya merawat Kelly sampai sembuh, terutama menyembuhkan trauma yang dia derita.Seminggu kemudian Brandon terbang ke Kuala Lumpur, dia ingin bertemu dengan semua petinggi perusahaan untuk menceritakan soal Regina dan Asisten Rahman.Saat metting dengan semua stafnya, Brandon geleng-geleng kepala melihat perusa
“Aldot…ke sini!” sentak Sarah, hingga anak kecil ini langsung kaget, matanya sebentar-sebentar memandang Brandon, sebentar kemudian memandang Sarah, ibunya.Brandon pun ikut kaget, kenapa Sarah terlihat tak suka anaknya dekat dengan dirinya, akhirnya Brandon jongkok dan meminta Aldot mendatangi ibunya, saat akan keluar dari mobil mainannya, Brandon melarang dan minta bawa sekalian, dengan lihainya Aldot pun membawa dan kini mendatangi ibunya.“Kamu masuk sekarang tinggalkan mobil mainan itu!”“Tapi mami, itukan dibelikan sama Om itu?” Aldot protes.“Nggak boleh, Mami bilang masuk, kalau melawan mami cubit!” dengan wajah mewek Aldot pun masuk, sambil sesekali menoleh ke Brandon, yang terlihat berjalan mendatangi Sarah.Sarah agak pangling juga melihat penampilan Brandon yang sangat styles ini, beda dengan dirinya yang hanya mengenakan dastre rumahan.“Sarah…jangan dimarahin, dia tak salah, anak itu baik dan pintar!” Brandon menegur melihat Sarah begitu galak terhadap anaknya ini, entah
“Ayahnya…!” Sarah seakan menggantung kalimatnya, Brandon sampai menatap tajam wajah wanita jelita ini.“Kamu jujur saja…kamu belum pernah menikah bukan? Aldot itu…!”“Sudahlah bang…jangan desak aku!” Sarah langsung memotong kalimat Brandon, hingga Brandon terdiam tak bisa lagi mendesak wanita ini.Setelahnya keduanya terdiam, Brandon yang tadi merasa haus seakan hilang hausnya, dia benar-benar penasaran dengan ulah Sarah ini, seakan ada yang dia sembunyikan.“Bang…kalau abang ingin pulang silahkan, biar Sarah yang nungguin Aldot!” usir Sarah halus.“Tak apa, aku tak sibuk hari ini..hanya…bajuku agaknya yang harus di ganti!” Brandon mencoba tersenyum, namun Sarah langsung menunduk, tak sanggup terus-terusan di tatap pria ini, gagal niatnya mengusir Brandon.Keduanya kini kembali ke ruang perawatan dan terlihat Aldot sudah mulai sadar, transfusi darah pun juga sudah selesai.Hebatnya anak kecil itu tidak menangis, hanya kadang mengeluh lengannya sakit kena jarum infus. Sarah hampir tak
Sarah seakan tak punya tenaga menolak saat Brandon melumat bibirnya, dia hanya pasrah saat Brandon terus memperlakukannya begitu.Sesaat Sarah bak melupakan kalau kini mereka berdua sedang menjaga Aldot di sebuah ruangan rumah sakit yang mewah, bukan berada di kamar hotel mewah atau rumah.Sarah terkaget-kaget saat dadanya terbuka, karena dinginnya ruangan AC membuat dia tersadar, Sarah langsung bangkit dan mendorong kepala Brandon yang sedang bermain di area senstive nya itu.Brandon pun terdiam dan tidak memaksa, Brandon kini duduk dan membiarkan Sarah merapikan pakaiannya yang sempat terbuka.“Pergilah…!”“Apa…aku kamu usir..?” Brandon menatap Sarah yang memalingkan wajahnya.“Kuminta…pergilah…!” lirih suara Sarah.Brandon akhirnya benar-benar pergi dari sana, dia sempat menoleh ke Sarah, tapi wanita ini langsung berpaling.Setelah sekali lagi menatap wajah Brandon yang sedang nyenyak tertidur, Brandon pun benar-benar pergi dari sana.Brandon berjalan di koridor rumah sakit ini den
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman