Beranda / Romansa / Pewaris Tunggal Sang Presdir / 28. Nyonya Besar Meninggal Dunia

Share

28. Nyonya Besar Meninggal Dunia

Penulis: Mini Adila
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-24 07:41:44

"Tuan Alfonso menyuruhku memanggil kalian berdua. Nyonya Besar mengalami kritis lagi," ujar Tuan Reinhard menyampaikan pesan kepada Camilia dan juga Brandon.

"Baik!" sahut Camilia kemudian. Tak berapa lama, asisten pribadi Tuan Alfonso membalikkan badan dan lebih dulu kembali menuju ruangan Nyonya Besar.

"Ibu, berjanjilah untuk menyimpan rahasia yang aku tau itu!" pinta Brandon sebelum memenuhi panggilan Tuan Alfonso yang disampaikan asisten pribadinya barusan.

"Tenanglah, Ibu janji!" ucap Camilia sembari mengajak menautkan kelingking, simbol perjanjian antara mereka berdua.

Ibu dan anak itu kemudian bangkit dari duduk dan melangkah kembali menuju ruangan Nyonya Besar. Tak berapa lama, langkah keduanya tiba di depan ruangan rawat inap Nyonya Merry. Rupanya, semua tampak telah berkumpul di dalam ruangan kecuali Tuan Reinhard. 

"Masuklah ke dalam!" seru Camilia menyuruh Brando

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   29. Kabar Buruk

    Brandon mengatur napas, saat tiba di dekat pintu masuk ruang berkabung. Dia membungkuk sejenak, kemudian menegakkan badan lagi. Ekor matanya kemudian menangkap sosok sang Ibu yang telah berada di luar ruangan berkabung."Ibu! Apakah udah selesai berdoa untuk Oma?" tanyanya begitu menghampiri Camilia."Astaga, Sayang ... bikin Ibu kaget aja." Camilia tersentak sejenak dan menjawab pertanyaan sang anak."Sudah menjelang petang, sebaiknya Ibu menginap di rumah Ayah," ujar Brandon kepada ibunya yang tampak resah menoleh ke sana ke mari, sembari memandang langit yang mulai tampak gelap."Sebaiknya lekas masuk ke dalam, temani ayahmu! Ibu akan pulang sebelum ketinggalan kereta terakhir di stasiun!" seru Camilia sembari mengelus pundak anak semata wayangnya itu."Tunggu sebentar, Bu! Aku akan memberitahu Ibu sesuatu lagi!" pinta Brandon, sebelum ibunya berlalu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   30. Camilia dalam Bahaya

    Brandon mengurung diri di kamar hingga menjelang malam. Dia tak habis pikir dengan apa yang diucapkan ayahnya. Pikiran bocah lelaki berusia 12 tahun itu begitu kalut. Satu sisi, ia memikirkan keadaan ibunya yang gawat dan sisi yang lain, sang ayah justru mengharapkan dirinya melupakan ibunya.Bocah lelaki itu turun dari ranjang dan melangkah menuju sisi jendela. Dia mengamati keadaan di luar rumah dari kamarnya. Suasana tampak sepi dan batinnya memang mengharapkan hal itu.Dia lantas meraih tas dan membuka lemari pakaian miliknya yang berada di sudut kamar. Bocah lelaki berusia 12 tahun itu sigap memasukkan beberapa helai pakaian. Kemudian, ia melangkah perlahan keluar kamar, menyusuri anak tangga dengan mengendap-endap.Brandon berhasil keluar rumah tanpa sepengetahuan siapapun. Kini, ia bersembunyi di balik dinding teras untuk mengamati jalanan di samping halaman arah ke gerbang rumah mewah tersebut. Dia te

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   31. Hilang Tanpa Jejak

    Brandon segera bangkit dari jongkok, kemudian berlari menyusuri jalan menuju sumber suara. Sedangkan Emily dan Jason juga terus mengikuti arah melangkah anak dari Camilia tersebut. Brandon tiba di depan rumah yang tampak rusak dengan napas tersengal-sengal.Rengekan sang Ibu yang tadi terdengar samar di telinga Brandon, kini menghilang. Bocah lelaki berusia 12 tahun itu lantas merangsek ke rumah yang tampak tidak berpenghuni itu. Nahas, sang ibu tidak berada di tempat itu.Tubuh bocah lelaki berusia 12 tahun itu kemudian luruh begitu saja di lantai yang masih berupa tanah. Dia berulangkali berteriak meratapi nasib ibunya. Sedangkan Emily dan Jason yang berdiri di belakangnya, hanya mampu terpaku dan membisu.Setelah beberapa lamanya menangis, Brandon lantas bangkit. Dia menyusuri ruang demi ruang yang tampak gelap di dalam bangunan rumah tak terawat itu. Nihil, tak ada jejak ibunya yang tertinggal di sana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   32. Tuduhan Palsu

    "Hei, apa yang membuatmu mengajak Jason pergi dari rumah? Dasar anak tak tau diri!" bentak Nyonya Agatha begitu berada di dekat Brandon."Aku tidak mengajaknya, Ma. Jason sendiri yang ingin ikut bersamaku!" sahut Brandon mencoba membela diri."Ibumu yang menyuruh mencuri perhiasan dan sejumlah uang untuk diberikan padanya. Ibumu sekarang kekurangan uang hingga menyuruhmu untuk mencuri dan mengantarkannya ke sana? Iya?" Nyonya Agatha berteriak, menuduh Brandon mencuri perhiasan dan sejumlah uang miliknya."Apa?! Aku tidak mencurinya, Mama. Aku tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu. Ibuku tidak pernah mengajarkannya kepadaku!" bela bocah lelaki berusia 12 tahun itu."Apa yang kamu katakan? Kamu tidak mencurinya? Sebelum kamu tinggal di rumah ini, tak ada kejadian seseorang berani membuka lemari untuk mencuri dompet dan perhiasanku di dalam kotak. Jadi, siapa lagi kalau bukan kamu?" Nyonya Agat

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   33. Termakan Tipu Muslihat

    "Tuan, apakah benar anda yang menyuruh seseorang untuk menculik ibuku? Katakan, Tuan! Kenapa Tuan berbuat seperti itu terhadap ibuku? Apa salah dia?" teriak Brandon saat mencecar Tuan Reinhard."Seharusnya kamu bertanya, apakah ibumu baik-baik saja apa tidak!" sahut asisten pribadi kepercayaan Tuan Alfonso itu."Oke. Sekarang aku tanya, apakah ibuku baik-baik saja, Tuan?" tanya Brandon kemudian."Keselamatan ibumu tergantung pada dirimu. Percuma, Presiden Direktur berjanji akan mencarinya, karena semua aku yang mengendalikannya," kilah Tuan Reinhard membuat Brandon mengernyitkan dahi. Bocah lelaki berusia 12 tahun itu merasa bingung dengan ucapan asisten pribadi kepercayaan ayahnya itu."Apa yang harus aku lakukan, agar ibuku baik-baik saja, Tuan?""Ikuti perintahku! Pergilah dari sini! Jika kamu pergi dari sini, ibumu akan baik-baik saja." Tuan Reinhard mengancam anak dari Camil

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   34. Pencarian Tak Kenal Waktu

    Bocah lelaki yang menyandang tas itu terus berlari kencang. Dia terus saja menoleh ke segala arah untuk memastikan gerombolan preman itu. Brandon kemudian berhenti berlari saat berada di bangunan seperti pabrik. Dia kemudian memanjat pagar dan merangsek ke pabrik tersebut.Brandon terbengong ketika mendapati seorang lelaki yang usianya diperkirakan lebih dari setengah abad. Lelaki itu sedang memeriksa batang kayu berbagai jenis. Bocah lelaki itu rupanya memasuki sebuah gudang yang menimbun kayu."Jangan berdiri di situ! Cepatlah bersembunyi di sini! Aku akan menutup pintu gudangnya," ujar lelaki yang berada di gudang tersebut sambil melambaikan tangan.Brandon lantas mengikuti perintah lelaki yang terbilang tua itu. Bocah lelaki yang sedang mencari keberadaan ibunya tersebut, kemudian duduk di kursi meja kerja yang berada di sudut ruang gudang tersebut. Dia menunggu lelaki tua yang pantas dipanggilnya kakek yang sedang m

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   35. Pantang Menyerah

    Brandon segera menghabiskan minumannya, kemudian meninggal satu lembar uang kertas kepada pemilik warung. Dia menghampirinya ayahnya Emily yang telah menyandar di tiang pinggir jalan. Lelaki tambun itu lantas ditanyai Brandon.Ayahnya Emily menjawab tiap pertanyaan Brandon meskipun dalam keadaan mabuk. Dia juga membisikkan suatu alamat kepada anak Camilia itu. Setelah mendapatkan informasi, Brandon segera kembali ke bedeng di proyek bangunan tempatnya bekerja.***Waktu berlalu dengan cepat. Brandon tumbuh menjadi pemuda yang emosional. Namun, begitu dia bisa menempatkan diri. Dia hanya akan berbuat kasar kepada orang-orang yang menyenggol harga dirinya atau memulai pertengkaran.Brandon telah mengumpulkan banyak informasi tentang siapa saja orang yang terlibat dalam penculikan ibunya. Satu-satunya orang yang paling dicari Brandon adalah seseorang yang mempunyai gambar naga di bagian lengan. Namun, a

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   36. Misi Belum Usai

    Brandon berjalan terhuyung dengan darah yang menetes dari wajahnya. Sebelah tangannya memegangi perut. Anak lelaki Camilia itu berusaha sampai di tempat tujuannya, meskipun tubuhnya terasa tidak kuat lagi.Pandangan pemuda itu semakin kabur saat berjalan tertatih-tatih. Suasana jalanan yang tampak lengang, membuatnya susah meminta pertolongan. Tubuh kekarnya lantas terjatuh dan ia tidak sadarkan diri di depan sebuah rumah yang mirip sebuah kantor.***"Ibu! Benarkah ini Ibuku?" tanya Brandon begitu dirinya terjaga dari tidur."Ya jelas benar, aku ibumu," sahut Camilia sambil membaca sebuah majalah."Tapi, Ibu ... aku tadi melihatmu diculik oleh seseorang. Ibu dibawa lari entah ke mana. Aku takut, Ibu," rengek Brandon sambil mengucek matanya."Jangan bercanda, dari tadi Ibu ada di sini!" seru Camilia."Ibu! Aku takut. Ibu jangan perg

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14

Bab terbaru

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   45. Pengakuan Martin

    Brandon menjalani serangkaian operasi di bagian lengan dan tangan karena beberapa jemarinya nyaris putus. Ia yang terbaring di meja operasinya pikirannya berkecamuk, sesaat sebelum obat bius bereaksi di tubuhnya. Bayangan wajah ibunya, Martin, Angel bahkan gadis yang ia sangka Emily memenuhi otaknya silih berganti.Pandangannya makin lama makin kabur saat gorden ruang operasi telah ditutup. Kesadarannya perlahan hilang, meskipun masih mendengar apapun di sekitarnya. Brandon berharap operasi di tubuhnya lancar dan ia bisa kembali beraktivitas. Bahkan ia juga ingin membuat perhitungan dengan Martin.Sementara, Angel yang setia menunggu Brandon di rumah sakit merasa cemas. Butiran rosario ia genggam kuat sambil mengucap doa demi kelancaran proses operasi pemuda yang diam-diam ia cintai."Nona Angel! Nona sebaiknya pulang dulu, atau setidaknya makanlah di kantin. Saya khawatir dengan Nona," ucap Martin dengan wajah cemas.

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   44. Kecelakaan Kerja

    "Kamu mau ke mana?" tanya Angel begitu Brandon beranjak dari duduk.Brandon menoleh, menatap Angel dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ia kemudian terkekeh, melihat gadis di hadapannya itu wajahnya bersemu merah."Kenapa bertanya aku mau ke mana? Kamu mau ikut?" tanya Brandon kemudian, tetapi Angel malah menggeleng."Gak usah tanya mau ke mana, kalau kamu gak mau ikut. Cantik-cantik, kok, plin-plan!" sindir pemuda itu sambil melirik genit ke arah Angel yang masih terpaku."Tapi!""Tapi, apaan?""Temani nonton, yuk!" seru Angel lantas tertunduk. Gadis itu tiba-tiba memberanikan diri mengajak Brandon."Nonton ke mana? Memangnya kamu gak malu jalan sama aku?" tanya Brandon yang urung melangkah keluar kamar."Kenapa aku harus malu? Kamu baik, tampan. Tapi kadang ngeselin, sih!""What

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   43. Berdua dengan Angel

    Brandon berada di stasiun telah hampir setengah jam lamanya. Pemuda itu sebentar-sebentar mengedarkan pandangan ke arah pintu keluar-masuk stasiun. Bahkan ia juga berusaha mengamati setiap penumpang yang naik maupun turun.Sebuah buku yang bertuliskan nama gadis tersebut masih dalam genggaman tangannya yang basah oleh keringat dingin. Brandon tiba-tiba merasakan degup jantungnya berdebar hebat, bersaing dengan suara laju kereta api yang melintas. Ia merasa grogi dan gugup sejak tadi, hingga batinnya berprasangka jika pemilik buku tersebut benar-benar milik gadis yang disukainya saat masih bocah.Tak terasa waktu terus merangkak naik, akan tetapi gadis bernama Emily itu tak kunjung ditemui Brandon. Bahkan batin Brandon sudah tidak sabar. Petugas informasi stasiun mengabarkan jika saat ini tepat jam sembilan pagi. Hal itu, pertanda jika Brandon telah berada di stasiun lebih dari dua jam lamanya.Brandon akhirnya memutuskan

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   42. Berharap itu Emily

    Brandon memasuki halaman luas sebuah rumah mewah. Beruntung, saat dirinya menyelinap, melewati gerbang para penjaga sedang tertidur. Dia lantas berhenti sesaat di halaman, membayangkan deretan masa lalunya. Masa lalu yang begitu menyakitkan baginya, membuat ia ingin membalas dendam atas kesakitannya itu.Sebuah bangunan rumah kecil berhadapan langsung dengan taman, lampunya tampak menyala terang. Pertanda ada seseorang yang Brandon kagumi sedang berada di sana. Perlahan kaki kekarnya melangkah mendekati bangunan rumah itu.Brandon mencari posisi yang tepat untuk mengintip aktivitas di dalam sana. Dia lantas bersembunyi di balik pagar dengan sesekali menyibakkan ranting tumbuhan pagar tersebut. Ekor matanya menatap sang ayah yang sedang beraktivitas di sana. Ayahnya yang telah dua belas tahun ia tinggal gara-gara mencari keberadaan Camilia.Lamunan Brandon mengembara. Ia ingin sekali membalas dendam kepada orang-orang yan

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   41. Salah Paham

    Brandon terkesiap dan lantas menarik lengan salah satu staf yang menolongnya. Ia bergegas menyingsingkan lengan kemeja lelaki itu. Namun, rasa kecewa justru ia dapatkan."Busyet! Kamu mencurigai diriku?" tuduh staf tersebut sembari menatap tajam, seakan-akan merasa jika Brandon tak tahu terima kasih telah ditolong. Brandon justru mencurigainya."Maafkan aku, Tuan!" pintanya sembari menangkupkan kedua tangan dan mencoba tersenyum meskipun sudut bibir Brandon terluka, begitupun dengan lelaki yang menolongnya itu.Tuan Jordan yang mengetahui Brandon dan salah satu stafnya itu sama-sama terluka, kemudian menyuruh kembali ke mes. Staf karyawan yang tidak sebegitu terluka itu kemudian menuntun Brandon menuju mes. Brandon sesekali meringis merasakan perih di beberapa bagian wajahnya.Brandon tiba di rumah yang merangkap kantor tersebut. Saat hendak melewati anak tangga menuju lantai atas, Angel melihatnya.

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   40. Keributan di Gudang

    Brandon terpaksa menerima keadaan untuk berbagi kamar dengan Jimmy. Walaupun dia sebenarnya kurang menyukai pemuda yang tampak sombong tersebut. Apalagi Jimmy juga menampakkan sikap kurang bersahabat dengannya.Kini, anak dari Camilia itu menghabiskan waktu lagi, untuk belajar sekaligus bekerja di kantor ayahnya Angel. Gadis yang terkadang membuat Brandon kesal. Selain belum diterima sepenuhnya oleh teman-teman untuk bergabung di perusahaan kontraktor tersebut, Brandon juga mendapat perlakuan tidak senang dari ayahnya Angel tersebut.Jika tidak karena Tuan Josh, mungkin pemuda itu tidak kembali ke tempat tersebut. Apalagi misinya untuk menemukan sang ibu belum juga berhasil. Jangankan menemukan sang ibu, menemukan orang bertato naga itu saja belum berhasil hingga kini."Hai, sekarang kamu bantu pindahin kayu-kayu itu ke gudang!" perintah ayahnya Angel membuat lamunan Brandon buyar seketika.Sejenak d

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   39. Dipaksa Kembali

    Setelah beberapa lamanya mengikuti tes tertulis dan praktik tahap pertama, Brandon lolos dengan hasil yang cukup memuaskan. Dia yang hanya mengandalkan pengalaman belajarnya dengan sang ayah dan tidak mengikuti pendidikan formal khusus di bidang itu, wajar saja dengan hasil ujian yang dicapainya.Hari berganti Minggu, begitu seterusnya. Usai mengikuti beberapa tahapan ujian, Brandon dinyatakan lolos semuanya dan berhak diterima ikut bekerja di kantor konsultan sekaligus perusahaan property tersebut. Namun, sekian lama bekerja dan menimba ilmu di sana, orang yang dicarinya tak jua ketemu, hingga pemuda itu merasa frustrasi.Brandon mengemasi semua barang miliknya dan memasukkan ke dalam tas ransel. Sejenak, dirinya berpamitan kepada Tuan Josh beserta keluarganya, tak terkecuali dengan Angel. Tuan Josh, membujuk dan menghalangi Brandon agar tidak meninggalkan mess. Namun, dengan berat hati Brandon tetap ingin pergi.***

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   38. Malaikat Penolong

    "Tunggu, Kek!" teriak Brandon, sambil berlari mengejar lelaki tua tersebut. Lagi-lagi dirinya mengusap kasar air mata yang sempat membasahi pipinya.Lelaki lanjut usia itu tampak menghentikan langkah dan menoleh ke arah Brandon. "Kakek, sepertinya aku memilih jalan yang kedua. Tapi bagaimana caranya masuk ke rumah itu untuk menyampaikan pilihan itu, Kek?" tanya Brandon begitu telah sampai di dekat lelaki tua itu. Napasnya tampak tersengal-sengal, meskipun hanya berlari dengan jarak yang dekat."Serius, kamu dengan pilihanmu?" tanya lelaki tua itu.Brandon mengangguk. Sejurus kemudian lelaki tua itu membalikkan badan dan berjalan ke arah rumah yang merangkap kantor konsultan property di seberang jalan. Anak dari Camilia itu lantas mengikuti langkah orang yang dipanggilnya kakek itu."Maaf, Kakek, kenapa tidak langsung ke gudang? Orang itu berada di sana, Kek," protes Brandon yang merasa heran, karena

  • Pewaris Tunggal Sang Presdir   37. Perdebatan Panjang

    Brandon bangkit dari tersungkurnya, kemudian melawan lelaki bertubuh kekar itu lagi. Tak hanya adu fisik, anak Camilia yang niatnya merasa terhalangi terus saja menyerocos dengan nada emosional. Sang pemilik gudang pun tak terima dengan sikap Brandon yang ugal-ugalan."Keluar dari gudang ini segera!" teriak lelaki yang baru saja melayangkan bogem mentah ke arah Brandon."Aku tidak mau. Aku harus menemukan orang itu! Aku tadi melihatnya ada di sini!" bantah Brandon yang tidak merasa takut sedikitpun."Sudah kubilang, tidak ada orang yang kamu cari di sini. Keluarlah segera, jika tidak ingin aku menghajarmu lagi!" hardik orang itu lagi kepada anak Camilia tersebut."Aku tidak akan keluar dari sini sebelum menemukannya. Hayo siapa dari kalian yang mempunyai tato naga di lengan!" teriak Brandon lagi."Rupanya kamu ingin melawanku, ya? Oke!" Lelaki yang menghardik itu kemudian mengham

DMCA.com Protection Status