BERSAMBUNG
Hagu tak tahu kalau Alex White di anggap sebagai warga ke hormatan oleh negara ini, karena punya sebuah rumah kasino yang lumayan besar dan datangkan devisa bagi negeri ini.Hagu kini duduk termenung di kafe ini, memikirkan akan kemana lagi, sebab dia benar-benar tak hapal daerah ini, bingung akan kabur kemana.“Duhh…kenapa aku malah jadi borunan…ahh aku lupa, di sini bukan Timteng, pasti ada hukum…aghh bodohnya aku, harusnya tak perlu di bikin mati, cukup di beri hajaran saja,” batin Hagu sambil hela nafas.Namun nasi sudah jadi bubur, tak mungkin lagi Hagu tarik mundur.Sejak masuk ke kafe ini, seorang wanita cantik sekaligus pemilik kafe merangkap pelayan terus menatapnya. Lalu wanita ini mendekati Hagu.“Halo ganteng, namaku Crea, kamu siapa?” sapa seorang wanita cantik ini gunakan Bahasa Inggris yang fasih.“Namaku…Hagu.” sahutnya cepat.“Tampaknya tuan Hagu baru pertama kali ke sini?” pancing Crea sambil minum bir dan menawarkan apakah Hagu mau menambah minumannya lagi.Tapi Hagu
Kini Hagu duduk bersama 3 orang ini dan dia mendengarkan cerita dari wanita yang bernama Sari, yang mengaku berasal dari Sukabumi ini.Plakk…!Hagu tak sadar menepuk jidatnya, baru nyadar kebodohannya, dirinya terlalu lugu dan polos begitu saja percaya dengan wanita bernama Crea ini dan kin terjebak di tempat ini.“Jadi kita semua di sini menunggu calon pembelli ginjal, kalau ada yang butuh dan berani bayar tinggi, maka siap-siapa salah satu atau bahkan kita semuanya akan di ambil ginjalnya,” cetus Sari lagi lalu sambil memusut air matanya.Sari juga bilang, mereka sudah hampir 1,5 bulan berada di sini. Ternyata bukan sehari dua hari Hagu dan di sekap bersama ke 3 orang ini, tapi kini sudah hampir 2 mingguan.Selama itu pula, secara tak langsung Hagu mulai paham bahasa Indonesia, otaknya yang cerdas dan miliki daya ingat kuat, membuat Hagu mulai bisa bercakap-cakap gunakan bahasa ini. Selain Sari, dua orang lainnya bernama Ona dan Boby.“Tenang saja, kita tak akan mati konyol di sini
Lalu Hagu keluar dari mobil ini dan dia di pandang heran oleh Boby, Sari dan Ona, karena Hagu terlihat berjalan hati-hati menuju ke kafe di seberang jalan lumayan ramai di pelabuhan ini.Hagu sengaja tutupi wajahnya dengan topi, dia masuk ke kafe milik Crea. Dendamnya ke wanita ini membuat Hagu ingin ‘selesaikan’ Crea saat ini juga.Hagu mempunyai sifat dendam yang akut, dia tak akan puas kalau musuhnya tidak habis, inilah hasil dia jadi milisi selama bertahun-tahun di Timteng, hawa membunuhnya sangat kuat.Hagu kini berpura-pura sebagai pengunjung kafe ini, tapi matanya mengawasi di mana si Crea berada. Kafe malam menjelang malam ini lumayan ramai, walaupun kafe ini tak begitu luas.Setelah pesan bir, ia sengaja duduk di pojokan dan mengamati tempat ini, orang yang dia cari-cari belum terlihat.Hampir 1 jam Hagu duduk akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu terlihat, namun Hagu tetap sabar menunggu.Tak lama kemudian, Crea terlihat baru datang mulai sibuk perintah ini itu pada anak buahn
Tiba-tiba tangan Hagu bergerak. Dorrr…dorrr…dorr…dorr…dorrr pistolnya menyalak sampa 5X, Korsan dan 4 anak buahnya terjengkang dengan perut berlumuran darah terkena tembakan cepat Hagu.Korsan tak pernah menyangka, Hagu adalah mesin pembunuh berdarah dingin dan sekali bertindak tak pernah tanggung-tanggung.Crea sampai berlutut saking kaget dan tidak menyangka cepatnya Hagu bertindak.Hagu lalu injak dada Korsan. “Di mana kamu sekap anak Crea?” dengus Hagu sambil todongkan pistolnya ke wajah Korsan.Korsan terlihat kebingungan karena tak bisa Bahasa Inggris. Crea lalu buru-buru terjemahkan ucapan Hagu.Dengan wajah ketakutan, Korsan sebutkan tempatnya dan…setelah itu kepalanya terkulai, dengan berdarah dingin Hagu injak dada Korsan dengan keras dan pentolan penjahat ini mati seketika.Crea sampai menutup wajahnya, saking takutnya melihat kekejaman Hagu.“Cepat Crea, ambil anakmu itu, sebelum orang-orang berdatangan,” cetus Hagu kalem dan dengan kaki gemetaran Crea masuk ke markas ini d
Mendengarkan niatan Boby, Sari dan Ona yang akan pergi dari negeri ini, Crea pun mengangguk paham, dia bahkan berniat akan bantu ke 4 nya kabur dari negara ini.Namun masalah muncul, karena paspor mereka di tahan kelompok Korsan dan lupa di cari di markas komplotan itu.“Satu-satunya jalan, kalian harus ikut kapal motor yang akan melewati sungai di belakang rumahku ini, kapal motor ini biasanya memang sering bawa penumpangnya kabur ke Malaysia. Tapi masih 3 harian lagi baru lewat. Jadi kalian ku minta tetap bersembunyi dulu di sini,” saran Crea.“Iya itu masuk akal juga, kita tak bisa balik ke pelabuhan, pasti di sana paspor kita akan di tanya. Kalau paspor kita tidak ada, bisa jadi kita akan di tangkap aparat dan di tuding sebagai pendatang haram,” sela Sari, yang selama ini bersama Ona hanya jadi pendengar yang baik.“Baiklah, mau tak mau kita akan menunggu di sini selama 3 harian,” sahut Hagu dan kini makin percaya dengan Crea, pastinya diam-diam kagum juga dengan kecantikan wanita
Tiba-tiba Hagu kaget, saat tangan lentik Crea meraba pahanya, jantung Hagu kontan berdetak kencang. Anehnya kali ini dia diam saja, beda saat bersama Arai, tangan wanita itu dulu di kibaskan.“Kata orang, kalau di pegang langsung tegang, benaran perjaka!” canda Crea sambil berbisik, sampai dengus nafasnya menerpa wajah Hagu.“Masa sih, jadi kamu belum percaya…coba pegang!” tantang Hagu mulai terbawa suasana.Dan Hagu kaget setengah enak, saat tangan lentik dan halus Crea mulai menyelusup ke celana nya dan memegang ularnya…dan dalam hitungan detik pelan-pelan mulai terbangun.“Benaran perjaka tuan, sudah mulai keras…besar lagi,” bisik Crea terkaget-kaget sekaligus mulai terbakar sendiri. Tak menyangka pemuda ini memiliki size di atas rata-rata. Tak ada apa-apanya milik mantan suamiku, batinnya.Di usianya yang sudah hampir 22 tahunan, inilah pertama kalinya benda keramat milik Hagu di pegang seorang wanita dewasa.Reaksi Hagu…diam saja menikmatin, tanpa ada niat menghentikan ulah nakal
Dari ngantuk berubah jadi lenguhan manja dan akhirnya Crea pasrah menikmati layanan istimewa pemuda ini, yang tak ada puas-puasnya melumat apem rimbunnya tersebut.Crea sudah mengajari bebek berenang dan kini si bebek makin tak terkendali."Tahu enak gini, si Arai dulu ku sikat juga,' batin Hagu makin mabuk olehh nafsunya sendiri.Hagu yang baru pertama kali adu kelamin, kembali mengajaknya melayang di babak kedua.Kali ini Crea tak segan ‘ajari’ bebek berenang ini gaya-gaya yang mendebarkan jakun. Hagu…makin tenggelam dalam indahnya percintaan dengan Crea.Yang namanya nikmat pasti ingin mengulang dan terus mengulang, begitu juga keduanya. Apalagi Hagu dia tak bisa ngerem nafsunya dengan Crea. Paginya Boby, Sari dan Ona saat sarapan yang di sediakan ART Crea sampai saling pandang, saat terdengar suara desahan di kamar sang tuan rumah.Sari dan Ona sampai senyum-senyum di kulum dan mereka agak memerah wajahnya. Boby yang aslinya ada dikit-dikit ngondek mengedipkan mata pada dua sahaba
Hagu ternyata komit dengan niatnya, uang dari kelompok Al Harun dulu, benar-benar dia bagi-bagikan buat siapa saja yang membutuhkan dan Boby, Sari dan Ona kini giliran yang dapat uang darinya.Begitu sampai di pelabuhan Muara Sungai Mekong, tanpa buang waktu, Hagu cs beli tiket kapal fery, kini tujuan mereka ke Malaysia.Kalau sebelumnya mereka melewati sungai, kini mereka melewati Laut Cina Selatan yang sangat luas dan wajah ke 4 nya kini lega bukan main, sebab sudah berhasil keluar dari mimpi buruk.Padahal sebelumnya bermimpi akan dapat kerja enak dan gaji tinggi, hingga rela meninggalkan negeri sendiri.Diam-diam sebenarnya masih banyak warga Indonesia yang terjebak di sana. Boby, Sari dan Ona hanyalah 3 orang yang beruntung selamat setelah bertemu Hagu.Akhirnya, sampailah mereka di pulau Penang Malaysia.Boby, Sari dan Ona terkejut, saat Hagu bilang akan bertahan di Malaysia, dia tak ikut menuju ke Indonesia.“Kalian lanjutkan saja perjalanan ke Indonesia, aku ingin bertahan di M
Hagu…tak ragu mengiyakan, api nafsu yang berkobar sudah terlanjur tak bisa di tahan lagi dan butuh penyaluran saat ini juga.Hagu mau-mau saja bersumpah dan di bimbing Park Hymin.Park Hymin yang kini bahagia dan sudah berstatus ‘istri’ Hagu, kini tak ragu melepaskan pakaiannya di depan suami keduanya ini.“Sekarang…aku adalah milikmu suamiku, lakukanlah sesukamu,” bisik Park Hymin, dan si bangor ini bak kucing garong melihat ikan segar, langsung menyerbu tubuh putih dan mulus ini.Bercumbu di alam terbuka beralaskan pasir putih hangat menimbulkan sensasi aneh bagi Hagu.Hagu lupa, ini bukanlah alam masa depan di mana dia tinggal, tapi alam masa lalu yang rentang waktunya puluhan tahun.Tapi Park Hymin beda lagi, bertemu pria tampan dari alam masa depan, justru bikin dirinya mabuk kepayang sejak awal melihat Hagu.Saat bersama roh Datuk Hasim Zailani, Park Hymin tak sungkan-sungkan lagi bertanya siapa Hagu ini.Awalnya wanita jelita ini kaget bukan main saat tahu kalau Hagu bukan bera
Mata Hagu terus menatap Dean.“Benaran jadi mirip dengan kakek buyut? Kata kakek Chulbuy, kakek buyut saat kecil supel. Tapi berubah jadi pendiam saat tahu kalau Bahar Irwansyah, suami kedua nenek buyut bukan ayah kandung kakek buyutku…!” pikir Hagu dan senyum sendiri melihat kelakuan Dean yang tak kaku pada siapapun.Sepanjang jalan, Dean selalu menyapa warga dan dengan bersemangat acungkan genggam, tanda merdeka.Hagu kadang menahan tawa melihat kelakuan Dean begitu. "Benar-benar anak aneh, tak beda jauh dengan ayah kandungnya," batin Hagu.Akhirnya setelah satu bulanan, mereka sampai juga di desa di mana Park Hymin berada, kedatangan keduanya di sambut si cantik ini.“Pacar paman kakek cantik sekali, jangan di lepas ya paman kakek, kapan lagi dapat wanita secantik ini..!” ceplos Dean lugu, hingga Hagu melotot, tapi Park Hymin malah tertawa dan membelai kepala Dean."Huss...kamu jangan ngomong sembarangan, anak kecil mau tau ajee urusan orang dewasa," tegur Hagu, pura-pura marah, pa
Hagu terus berlari dan tidak peduli berondongan senjata pasukan Jepang, dia merasa seolah Datuk juga berlari bersamanya.Dia juga tak takut nyasar, karena suara Datuk selalu membimbingnya, Hagu juga tak menyadari sudah berlari hampir satu malaman tanpa merasa lelah, padahal sambil pondong tubuh Dean dan kini sudah sangat jauh meninggalkan markas Jepang ini.Begitu tiba di ujung sebuah desa dan hari sudah pagi, Hagu terheran-heran melihat semua warga desa sedang berpesta pora. Orang tua, anak-anak, pria dan wanita tumpah ruah ke jalanan.“Ada apa ini?” tanya Hagu pada seorang warga desa.“Jepang kalah perang, sekarang kita merdeka dari jajahan mereka, saatnya kita pesta dan rayakan kemenangan ini sobat!” kata warga ini dengan wajah sumringah.“Oh syukurlah..!” batin Hagu lalu menurunkan si anak kecil ini yang ternyata sepanjang malam ketiduran dalam pondongannya.Kini mereka berjalan berdua sambil gandengan tangan, persis seperti ayah dan anak saja, sambil melihat kemeriahan pesta ini.
Kini keduanya duduk sambil menikmati bekal yang mereka bawa, kisah yang barusan Datuk sampaikan benar-benar bikin Hagu bergidik.Tak pernah dalam mimpi sekalipun, Hagu akan bertemu dengan roh Datuk Hasim Zailan junior, bahkan hebatnyamereka kini bisa bercakap-cakap layaknya dua manusia biasa.Kadang dia menatap wajah Datuk yang selalu muram, kadang tangannya sengaja menyentuh lengan Datuk, untuk memastikan, kalau roh ini benar-benar ‘hidup’.Datuk yang tahu kelakuan Hagu menahan senyumnya.“Jangan takut, aku saat ini tetap berujud manusia, tapi…asal kamu tahu, aku tak bisamembunuh siapapun. Lagianmasa takut dengan roh saudara sendiri…!” seloroh Datuk.“Masa sih Bang…minggu yang lalu kan saat kita bertempur Abang menembaki pasukan Jepang?”“Itu semua…kamulah yang melakukan! Emangnya kamu nggak sadar yaa saat berduaan dengan Park Hymin, ayahnya Park Min diam saja? Padahal asal kamu tahu Prem, tidak sedikit laki-laki yang ingin jadikan Park Hymin istri…!”Hagu tentu saja menggeleng mend
“Bang Hagu…hati-hati!”Park Hymin langsung pegang tangan Hagu, saat pamit meninggalkan tempat ini.“Iya…makasih?”Keduanya saling tatap dan kini tak ragu saling peluk. Datuk Junior hanya memandang keduanya, lalu angkat bahu, seakan memaklumi perasaan kedua orang muda ini.Sejak bicara kemarin pagi hingga kini, hubungan Hagu dan Park Hymin makin dekat, mereka sering curhat satu sama lain.Mereka seolah teman lama yang baru bertemu.Kadang keduanya berjalan-jalan di bibir pantai dan Park Min ayahnya termasuk Datuk anehnya, tidak melarang apalagi menegur keduanya.Awalnya Hagu sempat bertanya, kenapa Park Hymin tak suka dengan Datuk Junior.Park Hymin terkekeh dan bilang, dia sudah anggap Datuk itu pamannya sendiri saking dekatnya dan tak ada rasa cinta, kecuali cinta ponakan dan paman saja. “Kekasih Abang Datuk dulu adalah kakak aku, tapi mereka tak berjodoh, karena kakakku meninggal dunia tertembak pasukan Jepang, sejak saat itulah Bang Datuk selalu murung hingga ini…!” Hagu pun m
“Iya Park Hymin, aku ingin selamatkan salah satu keturunanku ini…inilah kenapa aku membawa adikku si Hagu dari alam berbeda. Yang kalau di masa depan dia paman luarku, untuk bantu aku di sini. Awalnya aku mau ajak Prem, tapi tak bisa, karena Ange sedang hamil, Prem tak bisa meninggalkanya, si Ange amat manja agaknya...!” sahut Datuk sambil hembuskan asap cerutunya, lalu senyum kecil.“He-he…Angelina…! Cakep banget ya nama salah satu cicitku di masa depan, sayang ya si Prem, terlebih si Ange tak bisa di bawa ke sini, penasaran aku mau lihat wajahnya, secantik apa dia?” sahut Park Hymin tiba-tiba, hingga mata Hagu melotot.“Kalau di bawa akan ada musibah besar Hymin, kita jangan berlebihan melawan gravitasi alam, aku saja dengan bolak-balik ke dunia masa depan, usiaku tak bakalan panjang lagi, inilah resiko yang harus aku terima…!” sahut Datuk lagi-lagi dengan suara pelan dan tenang.“Ihh segitunya…menakutkan sekali!” sahut Park Hymin terkaget-kaget.Hagu lalu muncul dan di tatap Park Hy
Pesta pun berakhir setelah hampir tengah malam, Hagu tentu saja di buat kagum dengan gaya Datuk Junior yang sangat berwibawa dan gayanya sangat berkharisma.“Pantas Bang Prem bilang, kalau ingin attitude dan gaya berbusana, contoh-lah Bang Datuk ini…benar-benar falmboyan sejati, cara pakaian dan cara bicaranya benar-benar top habis…!” batin Hagu.“Hagu kita pindah ke pondok yang disediakan Tuan Park Min.” Datuk ajak Hagu bangkit.Hagu pun mengangguk dan mengikuti langkah Datuk. Saat berjalan begini, tiba-tiba Hagu teringat, orang tuanya Ange atau besann-ya Prem marga-nya juga Park...?Jangan-jangan mereka ini ada hubungan, pikir Hagu.“Bang Datuk….apakah Park Min ini…kakek buyutnya si Ange?” ceplos Hagu tiba-tiba dan tanpa di duga-duga Datuk langsung mengangguk ambil senyum.Hagu kontan melongo.“Dan…ini kelak ada hubungannya dengan kamu juga salah satu keturunan kamu di masa depan!” sahut Datuk, lagi-lagi dengan suara kalem.“A-apa…maksud Abang..???”“Aku tak bisa menjelaskan saat ini
"Kita melawan tentara Jepang, ini tahun 1945! Saat ini kita membantu Korea, yang di jajah negara kate ini,” sahut Datuk sambil membidik dua tentara Jepang dan tak lama...door...doorr, dua serdadu bidikannya terjungkal, terkena tembakan akurat Datuk.“Bang, aku bisa mati nggak kalau kena peluru?” Hagu masih ngeyel bertanya, sambil kagum melihat tembakan Datuk yang hebat ini.“Tentu saja, makanya kamu hati-hati agar jangan tertembak, sudah jangan banyak tanya, ayo kita tembaki pasukan Jepang, agar desa ini bisa di pertahankan pasukan Korea.”Usai berkata begitu Datuk lalu berlari dan berlindung di sebuah lubang.Tuinggg…“Sompretttt…hampir aku kena!” teriak Hagu dan dia buru-buru merunduk dan kini dia pun mulai bidik pasukan musuh. "Ini bukan mimpi, ini nyata!" batin Hagu mulai waspada.Pertempuran benar-benar seru dan Hagu yang tak pernah berkhayal berada di masa lalu berkali-kali hampir saja kena tembak musuh.“Bangsat…ini sih bukan ilusi, ini benaran!” dengus Hagu marah bukan kepa
Ryan paham anak sulungnya ini sedang galau, kehilangan wanita yang di sayangi memang terlihat dari wajah anaknya ini.Hagu rupanya tipikal orang yang tak suka pura-pura, dia lalu curhat pada ayahnya. Ryan senyum saja, tuh dia juga punya dua istri. Aneh kok bisa nurun ke Hagu, pikirnya geli sendiri.“Kalau kamu ingin pergi ke Korea, tidak apa-apa silahkan! Tapi ingat tetap waspada, kamu masih di incar orang-orang jahat, yang namanya musuh, di manapun kamu berada pasti akan di buru. Ada baiknya kamu latihan menembak dulu dengan Prem,” sara Ryan.Sebagai mantan milisi Ryan tahu Hagu kadang suka bertindak sembrono dan nekat, terbawa darah mudanya yang gampang panas.Dan...Hagu juga tak kenal takut! Benar-benar turunan Klan Hasim Zailani sejati, yang tak keder dengan musuh. Hagu pun mengangguk, dia senang sekali ayahnya ternyata sangat bijak. Ibunya beda lagi, malah mendesak padanya agar segera menikah!Tak main-main, Fareeha bilang...ibu kandung Saleha, yang juga sepupunya sering menanyak