Beranda / Romansa / Pewaris CEO yang Terbuang / Apa yang Dia Rencanakan

Share

Apa yang Dia Rencanakan

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tubuh Rose menegang. Tangannya serasa lunglai hingga tidak sanggup lagi memegang lukisan itu. Beruntung Luke dengan sigap menyangga lengan Rose.

"Kamu tidak apa-apa? Berikan lukisannya padaku."

Luke mengambil alih lukisan itu dan mengamati setiap goresannya.

Sebagai seorang pelukis, dia bisa memahami makna yang tersirat di dalamnya. Sudah jelas lukisan itu dibuat hanya untuk memberikan tekanan mental kepada Rose. Mawar adalah Rose, hitam mewakili nama keluarga Black, dan warna merah darah melambangkan bagaimana sang pengirim menginginkan kematian Rose.

"Ini lukisan murahan, tidak usah terlalu dipikirkan," ucap Luke menenangkan Rose.

"Tapi Luke orang ini tidak main-main buktinya kemarin...." kata Rose terbata. Ia tidak meneruskan ucapannya karena tidak mau membuat pamannya bertambah cemas.

"Rose, jika kamu takut laporkan saja kejadian ini kepada pihak kepolisian. Dan mulai sekarang jangan bepergian sendiri. Harus ada orang yang menemanimu," ucap Josh prihatin.

"Tidak perlu melibatkan p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Dua Sisi Berbeda (Part 1)

    Sesuai perkataan Luke, dua buah truk datang ke panti asuhan. Truk yang lebih besar berisi perabotan seperti tempat tidur, meja belajar, dan lemari baju. Sedangkan truk yang lain memuat bahan makanan, snack, dan pakaian untuk anak-anak. Rose sampai kewalahan menerima barang-barang itu. Apalagi anak-anak saling berebut untuk memilih bagian mereka.Dengan dibantu para suster, Rose mengatur tata letak barang, menyingkirkan perabotan lama, dan membagikan pakaian yang sesuai dengan ukuran masing-masing anak. Entah berapa lama waktu yang dia habiskan dalam kesibukan itu. Namun Luke masih belum terlihat. Hanya Suster Kepala yang keluar dari kantornya untuk menemui Rose. Ia terkagum-kagum melihat kondisi panti yang telah berubah total. Ditambah wajah anak-anak tampak begitu ceria."Wow, Luke membelikan banyak sekali barang. Dia sangat dermawan. Nona Rose, terima kasih sudah membantu kami. Kalian memang pasangan yang serasi, sama-sama baik hati. Semoga Tuhan selalu memberkati kalian dengan keba

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Dua Sisi Berbeda (Part 2)

    Rose mengikuti langkah Luke ke arena menembak. Di depan mereka terpasang beberapa papan target yang telah disiapkan. "Pakai perlengkapan ini untuk melindungi diri," kata Luke menyerahkan alat pelindung yang lengkap kepada Rose. Setelahnya Luke mengambil pistol yang telah terisi penuh lalu bersiap membidik papan target. "Perhatikan cara menembak yang benar. Posisikan lenganmu seperti ini. Pusatkan perhatianmu di satu titik target. Konsentrasi penuh, pandangan lurus, lalu tarik pelatuknya," ujar Luke mengacungkan pistolnya. Dalam sekejap, ia menembak berturut-turut dan semuanya tepat sasaran. Rose berdecak kagum melihat keahlian Luke, tapi ia tidak mau memperlihatkannya agar pria itu tidak besar kepala. "Aku sudah memberikan contoh padamu. Sekarang giliranmu," kata Luke menyerahkan pistolnya kepada Rose. "Aku tidak bisa. Aku belum pernah mencobanya." Melihat keraguan Rose, Luke segera bertindak. Ia bergeser dan memeluk gadis itu dari belakang. Tangan Luke membenarkan posisi pistol

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Balas Ciumanku

    "Menikah? Apa kamu bercanda Luke? Kita tidak saling mencintai dan kamu juga sangat membenciku," tukas Rose tidak percaya. Bahu Rose terguncang pelan menahan gemuruh yang menyesakkan di dalam dadanya. Rose berusaha memalingkan wajahnya dari Luke, tapi pria itu menahan dagunya. "Tatap aku! Mau tahu apa alasanku ingin menikahimu?" tanya Luke dengan tatapan seekor singa yang ingin menerkam mangsanya. Pria di hadapannya ini telah berubah menyeramkan. Sangat berbeda dengan sosok Luke yang dilihatnya di panti asuhan tadi. "Untuk membalas dendam padaku," jawab Rose getir. Hatinya terasa sakit ketika mengatakan itu, layaknya sasaran tembak yang ditembus oleh ribuan peluru. "Tebakanmu sangat akurat, Miss Black. Aku ingin kamu merasakan pernikahan yang menyakitkan sama seperti ibuku. Hidup terikat dengan pria yang mengabaikanmu dan tidak mencintaimu. Itu adalah hukuman yang paling pantas untuk anak perempuan Karen Black." Rose berusaha keras untuk tidak menangis. Ia tidak mau terlihat lemah

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Jangan Berani Menyebut Namanya

    Sulit sekali bagi Luke untuk bisa memejamkan mata. Setelah rentetan peristiwa hari ini, ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak hal yang melintas di pikirannya, terutama rencana pernikahannya dengan Rose.Ia yakin seratus persen jika Rose akan setuju untuk menikah dengannya. Namun ia justru tidak yakin pada diri sendiri. Sisi terang dan gelapnya sedang berperang satu sama lain. Entah dia sanggup atau tidak untuk melancarkan aksi balas dendamnya terhadap Rose. Pasalnya ia tidak terbiasa menyiksa batin seorang wanita. Namun sayang, tidak ada jalan baginya untuk mundur.Luke masih ingat bagaimana mendiang ibunya membuatnya bersumpah untuk membalas perbuatan Karen Black. Dan sebagai anak yang berbakti, ia tidak bisa melanggar janji itu."Lebih baik aku melukis untuk menenangkan diri," pikir Luke turun dari tempat tidur.Luke mengambil peralatan melukisnya lalu berjalan menaiki tangga. Pikirannya tertuju pada lukisan Rose yang belum selesai. Hari Senin gadis itu harus membawa lukisanny

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kesepakatan Pernikahan (Part 1)

    Saat terbangun, Rose melihat sisi sebelah kiri tempat tidurnya telah kosong. Artinya Luke telah keluar dari kamar itu. Namun ia mendengar suara ribut-ribut dari luar kamar. Rose menyibakkan selimutnya lalu bergegas turun dari tempat tidur. Dia ingin melihat apa yang terjadi di dalam mansion."Selamat pagi, Nona Rose. Kenapa Anda turun dari tempat tidur? Tuan Muda mengatakan Anda kurang sehat akibat kejadian teror semalam," tanya Esme cemas. Dia sedang membersihkan sisa-sisa pecahan kaca di kamar Rose bersama dua orang pelayan wanita lainnya."Aku baik-baik saja, Esme. Ada keributan apa di bawah?""Tuan Muda sedang marah besar kepada Ben dan para petugas keamanan, Nona.""Kenapa dia marah?""CCTV di bagian depan mansion rusak tapi mereka tidak melaporkannya kepada Tuan Muda."Mendengar laporan dari Esme, Rose bergegas menuruni tangga. Tanpa menghiraukan penampilannya yang masih menggunakan gaun tidur, Rose berjalan ke ruang tamu. Ia melihat Luke berdiri dengan wajah tegang di depan par

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kesepakatan Pernikahan (Part 2)

    "Ini dokumen perjanjiannya, Tuan Luke. Silakan dibaca dulu," ucap Tuan Franklin menyerahkan map file berwarna biru kepada Luke.Luke membuka map tersebut lalu membaca isinya dengan teliti. Bola mata lelaki itu bergerak ke kiri dan ke kanan, menelusuri setiap kalimat tanpa ada yang terlewatkan. Selesai membaca, senyuman puas merekah di bibirnya. Rose yang duduk di samping Luke hanya tertunduk dalam diam. Ia merasa seperti orang yang paling bodoh di dunia karena menjerumuskan diri sendiri ke dalam lubang buaya.Mereka bertiga sedang duduk bersama di satu meja berbentuk persegi panjang. Rose tidak mengerti mengapa Luke memilih restoran Italia sebagai tempat untuk membuat kesepakatan dengannya. Mungkin ini adalah bagian dari rencana besar Luke untuk merayakan kemenangannya."Baca dan tanda tangani. Kalau ada yang tidak kamu mengerti, tanyakan saja pada Tuan Franklin," ucap Luke menyodorkan perjanjian itu ke tangan Rose.Dengan wajah datar, Rose menerimanya. Yang dilakukan Luke hanyalah se

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Temui Kekasihmu

    Rose saat ini sedang berdiri di depan cermin besar. Ia dipaksa mencoba sejumlah gaun putih oleh sang pemilik butik. Hampir satu jam ia bertahan, tapi tidak ada satu pun gaun yang mampu menarik minatnya. Penyebabnya bukan karena gaunnya yang jelek, tapi perasaannya yang kacau."Bagaimana, Nona Rose? Gaun mana yang Anda pilih?""Yang mana saja, Nyonya. Tolong bantu pilihkan untuk saya," jawab Rose enggan.Wanita pemilik butik itu keheranan. Selama ini ia belum pernah bertemu calon mempelai wanita yang lesu dan tidak bersemangat dalam memilih gaunnya."Sebentar saya akan mengambilkan koleksi gaun yang lain."Ketika wanita itu berjalan keluar, ia berpapasan dengan Luke."Nyonya Viola, apa Rose sudah memilih gaunnya?""Belum, Tuan Luke. Nona Rose tidak menyukai gaun putih yang saya tunjukkan.""Mungkin warna putih tidak cocok dengan kepribadiannya. Coba carikan warna lain. Yang ada motif mawar misalnya.""Mawar?""Iya sesuai namanya, Rose.""Kami punya satu gaun dengan payet mawar merah. A

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Penolakan yang Menyakitkan

    "Jangan coba melepaskan alat itu. Ingat, aku selalu memantau pergerakanmu dari kejauhan," ucap Luke sebelum Rose melangkah dari pintu.Tanpa menghiraukan Luke, Rose berjalan menuju ke gerbang. Entah kenapa pria ini begitu terobsesi untuk mengontrol hidupnya. Bahkan tidak mau membiarkannya bebas untuk beberapa jam saja."Daddy," panggil Rose. Begitu melihat Rose, Denzel langsung turun dari mobil. Dengan sikapnya yang gentleman, Denzel membukakan pintu untuk Rose."Silakan masuk, Nona.""Terima kasih, Daddy," ucap Rose duduk di samping Denzel.Sesaat Denzel terpesona dengan penampilan Rose yang sangat berbeda hari ini. Dewasa, cantik dan lebih berani. Hal ini semakin menyadarkan Denzel bahwa Rose telah tumbuh menjadi wanita yang menawan. Bukan lagi gadis remaja yang pemalu seperti dulu."Maaf, Daddy harus menunggu di gerbang. Luke memang keterlaluan membuat peraturan seperti ini.""Saya tidak keberatan, Nona. Saya setuju selama tujuannya untuk melindungi Nona. Ini untuk Nona," kata Denz

Bab terbaru

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kekuatan Cinta

    Sebastian membisikkan sesuatu ke telinga Luke. Kemudian ia memberi isyarat pada asistennya untuk melepaskan ikatan Denzel. "Baiklah, Peter, kita akan barter. Bebaskan Rose, Tuan Josh, dan Franky. Aku akan membebaskan Denzel." "Tidak bisa, aku akan menukar Rose dengan Denzel. Sedangkan kedua pria ini akan kulepaskan setelah kalian membiarkan aku dan putraku pergi." "Luke, turuti saja kemauannya. Yang terpenting Rose selamat," bisik Sebastian. Luke pun mengangguk. Ia berjalan dan menghampiri Denzel lalu menahan tubuh pria itu. "Aku hitung sampai lima. Kita sama-sama melepaskan mereka!" tegas Luke. Rose yang berada dalam genggaman Peter hanya bisa pasrah. Ia berharap dapat kembali secepatnya ke sisi Luke. Namun ketika bersitatap dengan Denzel, Rose menundukkan kepala. Ia merasa sangat bersalah melihat kondisi Denzel yang memprihatinkan. Apalagi sebagian wajahnya memar karena terkena bekas pukulan. Sebaliknya Denzel menatap nanar kepada Rose dan ayahnya. Hatinya sudah membeku sampa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Lepaskan Istriku

    Saat Rose turun ke bawah, ia melihat kondisi kediaman Gonzalez yang sangat lengang. Entah kemana semua orang saat ini. Sang suami dan mertuanya juga tidak ada, hanya ada empat orang pengawal yang berjaga-jaga di depan pintu."Nyonya, Anda mau kemana?" tanya salah seorang pengawal di kediaman Gonzalez. Rose tidak tahu nama-nama para pengawal itu sehingga ia bingung harus memberi jawaban apa."Maaf, Tuan, kemana Luke?" tanya Rose mencoba mencari tahu."Nama saya Franky, Nyonya. Tuan Muda dan Tuan Besar keluar rumah karena ada urusan penting. Sebaiknya Anda kembali ke kamar," jawabnya. Ia tidak mengatakan kemana Luke pergi sesuai dengan perintah dari Tuan Besarnya.Rose yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka. Terlebih Luke sengaja meninggalkan ponselnya di kamar sehingga ia tidak bisa dihubungi. Padahal Rose tidak bisa menunda lagi untuk segera membebaskan sang paman. Rose pun memberanikan diri untuk meminta tolong pada pria kekar bernama Franky itu."Franky, bisa aku minta tol

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 2)

    "Siapa kalian?" tanya Denzel bersiap merogoh pistol yang terselip di pinggangnya. Ia memang selalu membawa senjata untuk berjaga-jaga. Sialnya salah satu orang yang mengepungnya ternyata lebih waspada. Ia segera mengacungkan pistol ke arah Denzel."Buang senjatamu dan angkat tangan sekarang!!! Jika tidak, aku akan langsung menembakkan peluru ini ke kepalamu!" serunya dengan suara menggelegar.Karena tidak punya pilihan, Denzel terpaksa menurut. Ia membuang pistol miliknya ke tanah lalu menatap sengit orang-orang yang mengepungnya."Coba saja tangkap aku jika kalian berani! Tapi jangan menyesal bila setelahnya kalian semua akan mati secara mengenaskan. Kalian pasti sudah tahu siapa aku," tantang Denzel. Dilihat dari gerak-geriknya, jelas sudah bahwa orang-orang ini adalah bagian dari kelompok mafia. Hanya saja Denzel belum mengetahui secara pasti nama organisasi mereka.Beberapa dari mereka tertawa terbahak mendengar ancaman Denzel. "Kamu yang belum tahu siapa kami. Bahkan ayahmu pas

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 1)

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Pembalasan untuk Kejahatan

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Terpaksa Bertunangan Dengannya

    "Ini kamu, Rose?" tanya Gwen menggoyangkan lengan Rose. Ia bahkan menyuruh Rose berputar untuk meyakinkan bahwa yang di hadapannya ini adalah sahabatnya, bukan makhluk jadi-jadian."Tentu saja ini aku, Gwen," jawab Rose tenang."Tapi aku baru saja ke kamarmu dan kamu tidak ada.""Benar, Rose. Kami baru akan ke danau Blue Stone untuk mencarimu," timpal Suster Mary.Karena telah membuat semua orang panik, Rose pun memberikan penjelasan."Maafkan saya, Suster. Tadi pagi-pagi sekali saya pergi ke salon untuk mempersiapkan diri."Gwen memanyunkan bibirnya karena kecewa dengan pengakuan Rose."Padahal aku susah payah bangun pagi untuk meriasmu, ternyata kamu malah ke salon. Dan gaun cantik ini, dari mana kamu mendapatkannya?""Maafkan aku, Gwen. Aku berpikir lebih baik ke salon supaya tidak merepotkanmu. Gaun ini juga pihak salon yang menyediakan.""Kalau begitu kita masuk ke aula saja. Tuan Denzel pasti datang sebentar lagi," ucap Suster Mary menggandeng tangan Rose.Sepanjang jalan menuju

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Maafkan Aku, Luke

    Masih berpelukan satu sama lain, Rose membelai lembut wajah Luke. Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada suaminya ini, namun tiba-tiba Rose teringat sesuatu. Rasa bersalah pun memenuhi hatinya. Dengan mata berair, Rose menatap Luke."Maaf Luke, aku sudah bersalah padamu. Aku....," ucap Rose tidak dapat melanjutkan kalimatnya.Luke menarik napas kasar kemudian melerai pelukannya. Ia mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Rose terkejut karena Luke seperti sedang menahan kegusaran terhadap sesuatu. Terlihat wajah tampannya mengetat dengan tangan yang mengepal erat."Aku tahu apa yang mau kamu katakan, Rose. Jangan menyampaikannya di depanku karena mungkin aku tidak bisa menahan diri," tukas Luke. Suaranya berubah dingin sedingin aura yang terpancar dari tubuhnya.Rose terhenyak. Jantungnya berpacu dengan kencang mendengar ucapan Luke. Mungkinkah Luke semarah ini karena sudah mengetahui rencana pertunangannya dengan Denzel? Jika itu benar, lalu bagaimana caranya menjelaskan kepa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Cintaku Telah Kembali

    Entah berapa lama Rose tidak sadarkan diri. Tatkala membuka mata, ia terkejut karena berada di ruangan yang asing. Rose mengerjap beberapa kali untuk memastikan dia tidak berhalusinasi. Ruangan tempatnya berada kini hanya diterangi cahaya samar dari lampu tidur di atas nakas. Dalam suasana temaram, Rose melihat bahwa ia berbaring di atas ranjang besar. Selimut berbahan tebal menutupi setengah tubuhnya. Dari semua petunjuk ini, Rose menyimpulkan bahwa ia berada di sebuah kamar. Tapi kamar milik siapa? Berusaha untuk memulihkan nyawa seutuhnya, Rose duduk bersandar pada kepala ranjang. Masih sedikit pening, Rose coba mengingat apa yang terjadi. Sebelum pingsan, ia berada di Danau Blue Stone untuk menggambar. Namun mendadak datang seseorang yang membekapnya dari belakang. Sesudah peristiwa itu, ia tidak ingat apa yang terjadi. Rose menyibak selimutnya dan memandangi dirinya sendiri. Untunglah dia masih berpakaian lengkap. Dia juga tidak merasakan sakit sama sekali. Artinya orang yang m

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Keputusan yang Keliru

    Ada yang berani mengancammu? Siapa dia?" tanya Peter geram. Ia tidak akan terima bila putra kebanggaannya sampai diusik oleh orang lain. Apalagi ia adalah salah satu tokoh yang cukup disegani di kalangan mafia."Justru itu aku belum tahu. Dia ingin main-main denganku dan aku akan meladeninya," geram Denzel. Matanya berapi-api menggambarkan kemurkaan yang tengah memuncak di kepalanya."Kirimkan saja nomer ponselnya. Papa akan menyuruh anak buah kita untuk melacak lokasinya.""Tidak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri, Pa. Lagipula dia pasti memakai nomer samaran untuk menghubungiku.""Denzel jangan sekali-kali meremehkan orang itu. Kita harus waspada terhadap berbagai kemungkinan. Apalagi mayat Luke Brown belum kita temukan sampai sekarang."Denzel menghembuskan napas kasar untuk mengekspresikan kekesalannya."Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu sampai aku berhasil menikahi Rose."Peter Adams maju lalu menepuk bahu putranya."Bagus, Denzel. Beginilah seharusnya seorang Adams

DMCA.com Protection Status