Share

Leha Memperdalam Ilmu

Penulis: El Nurcahyani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-17 00:30:09

Bab 20

Di Tempat Nasi Goreng Langganan

Angin malam terasa menusuk tulang. Jaya dan Leha duduk di bangku kayu, di bawah lampu jalan yang temaram. Penjual nasi goreng sibuk di wajan, sementara Leha menatap kosong ke meja.

"Neng Leha, jangan khawatir. Akang udah konsultasi sareng Kiayi, guru ngaos Akang di pasantren." Jaya bicara dengan nada yakin. "Kiayi bilang, kudu ada ruqyah di rumah itu. Kukun gak bisa dibiarkan terus-terusan, neror keluargamu."

( Sareng = Dengan )

( Ngaos = Ngaji)

Leha mengangkat kepalanya, wajahnya bingung. "Ruqyah? Tapi, apa bisa, Kang? Kalau benar itu warisan, apa mungkin bisa diputus begitu saja?"

Jaya menatap Leha dalam-dalam, menggenggam tangannya di atas meja. "Bisa, Neng. Tapi kita harus berani. Kiayi juga bilang, perjanjian dengan hal kayak gitu harus diakhiri dengan niat tulus. Jangan pernah ragu."

Leha menunduk, menggigit bibirnya. Ia tahu, keputusan ini bukan perkara kecil. "Terus kata akang kemarin punya rencana? Apa itu? Kan akang tahu, justru Kukun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Semakin Jadi Buruan

    Bab 21.Dengan tatapannya yang tajam, tiba-tiba Jaya tersenyum tipis, menyingkirkan tangan Leha dari wajahnya dengan lembut. "Neng, Akang cuma lagi mikir. Kamu itu luar biasa, tahu? Akang gak nyangka Neng bisa seberani ini. Biasanya kan suka ragu sama keputusan besar."Leha tersipu, tapi cepat-cepat memalingkan wajah. "Ih, Akang mah bisa aja. Ini bukan soal berani atau enggak, tapi Leha gak mau terus-terusan hidup di bawah bayang-bayang Nyi Kukun. Hidup Leha, hidup keluarga Leha, harus bebas."Jaya menatap Leha dengan bangga. "Nah, itu dia. Itu yang Akang suka dari Neng sekarang. Semangat kayak gini yang bakal bikin semuanya selesai, Neng. Jangan banyak pikiran bercabang dulu. Selesaikan satu-satu."Leha mengangguk dengan senyum semangatnya. Membuat Jaya tambah gemas kalau Leha sudah bersikap manis dan energik seperti itu.Penjual nasi goreng datang membawa sepiring nasi goreng yang mengepul hangat. Jaya langsung menerima piringnya sambil mengucapkan terima kasih, lalu menyerahkan pir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Gangguan Tengah Malam

    Bab 22Setelah mengantar Leha ke rumah, Jaya segera pergi, meninggalkan rumah yang mulai sepi. Hanya terdengar suara angin yang sesekali mengetuk jendela, mengiringi malam yang baru saja dimulai.Leha baru saja memutar kunci pintu, membuka rumah yang gelap, saat tiba-tiba telinganya menangkap suara bisikan. Suara itu terdengar pelan, namun jelas:"Aku menantimu tuan ...."Darah Leha seolah berhenti mengalir sesaat, tapi kali ini, anehnya, ia tidak begitu terkejut. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, ketika suara itu membuatnya hampir pingsan. Ia justru menghela napas panjang, lalu menjawab dengan nada datar, seakan berbicara pada seseorang yang sudah ia kenal lama."Jangan ganggu aku."Kakinya melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. Ia menyadari sesuatu yang aneh—seolah dirinya mulai terbiasa dengan kehadiran makhluk-makhluk astral di rumah ini. Sejak kecil, ia tidak merasakan apa pun yang aneh. Entah karena Juju dan Aminah pandai menyembunyikan, entah karena dia memang masih ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Hambatan Menuju Kekuatan

    Bab 23Namun, sebuah tawa melengking terdengar, mengisi ruangan dengan aura yang begitu mencekam."Hahaha... Kau pikir doa-doamu bisa menyingkirkan kami? Kau sudah menjadi bagian dari kami sejak lama. Kau hanya perlu menerima, dan semuanya akan mudah. Kau yang memimpin... kami yang melayani."Leha menggenggam tangannya kuat-kuat, tubuhnya bergetar. Ia menutup mata, berusaha fokus membaca doa dengan lebih khusyuk. Tapi tiba-tiba, ia merasakan sesuatu menyentuh pundaknya.Perlahan, ia menoleh ke kanan. Tak ada siapa-siapa. Namun, ketika ia menoleh ke kiri, wajah makhluk menyerupai neneknya muncul tepat di hadapannya, dengan senyuman lebar yang menampakkan gigi hitam busuk."Kami sabar menunggumu, Leha. Jangan buat kami marah."Leha menjerit keras, tubuhnya terjatuh ke lantai. Dengan gemetar, ia meraih Al-Qur'an di meja dekat tempat tidurnya dan mulai membaca ayat-ayat suci secepat yang ia bisa. Tawa itu terdengar lagi, namun perlahan menghilang.Ia terisak, tubuhnya basah oleh keringat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Tipu Daya NYI Kukun

    Bab 24 Leha berusaha mengabaikan perasaan ganjil itu, namun semakin jauh ia melajukan motor, beban di belakangnya terasa semakin berat. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya, meski udara sore itu cukup sejuk."Ujang, kamu baik-baik aja kan?" tanya Leha, mencoba memastikan."Muhun, Bu. Aya naon?" suara Ujang terdengar biasa, namun ada sesuatu yang tidak wajar dalam intonasinya—terlalu datar, terlalu dingin.(Muhun = Iya)Leha melirik spion. Ia melihat Ujang duduk dengan kepala tertunduk, wajahnya tidak terlalu jelas terlihat. Tapi ada satu hal yang membuat jantungnya berdegup kencang: bayangan Ujang di spion tidak bergerak, seolah-olah ia adalah patung.Motor berhenti mendadak. Leha memutar tubuhnya dengan cepat, tapi Ujang sudah tidak ada di belakang."Ujang?" panggilnya, suaranya nyaris bergetar.Ia turun dari motor, menoleh ke kanan dan kiri, tapi jalanan kosong. Tidak ada jejak siapa pun. Napasnya mulai memburu, dan ketakutan menyelimuti hatinya.Lalu terdengar suara tawa kec

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Teror Kukun Tak Henti

    BAB 25 "Leha...! Leha...!"Suara-suara itu masih terus terdengar, namun kali ini lebih jelas. Leha menggigil, tubuhnya terasa semakin lemah. Meski begitu, ia tetap bertahan di atas motor, memaksa dirinya untuk tidak jatuh. Genggamannya pada stang motor begitu erat, seakan itu satu-satunya pegangan yang membuatnya tetap waras.Matanya terpejam, dan ia menarik napas dalam-dalam. "Aku nggak boleh kalah..." bisiknya, mencoba mengusir ketakutan yang mencekik. Namun, suara aneh itu masih terus mengelilinginya, menggema di antara pohon-pohon tinggi di sekitarnya.Tiba-tiba, ada sentuhan lembut di pundaknya.Leha terkejut, membuka mata dengan cepat. Namun, kali ini sentuhan itu tidak terasa menyeramkan atau dingin. Ada sesuatu yang menenangkan. Ia menoleh dengan ragu, dan matanya langsung bertemu dengan wajah-wajah yang sangat dikenalnya."Teh Leha, ini aku, Renata!" Suara Renata terdengar khawatir. Di samping Renata, Jaya berdiri dengan wajah tegang, namun ada kelegaan di sana."Neng, Aya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Hambatan Ruqyah

    Bab 26 Jaya menghela napas panjang, lalu berbisik pelan, "Mereka tahu tujuan kita, Neng. Itu sebabnya mereka menggencarkan gangguan."Leha menggigil lagi. "Jadi... mereka mau rencana kita gagal?"Jaya mengangguk, lalu menatap Renata. "Ren, kita nggak boleh berhenti di sini lama-lama. Ini tempat terbuka. Mereka pasti akan mencoba lebih banyak hal untuk menghentikan kita.""Aku setuju. Kita harus cepat pergi," balas Renata.Pada akhirnya, mereka turun dari motor. Percuma saja menarik gas, jika sulit untuk jalan. Niatnya pakai motor supaya cepat, tapi malah habis energi dan menguras kesabaran.Tiba-tiba, suara angin kencang berputar di sekitar mereka, membuat daun-daun beterbangan. Leha memeluk Jaya erat, ketakutannya kembali membuncah."Kang... itu apa?" bisik Leha, suaranya bergetar."Tenang, Neng. Jangan panik," Jaya mencoba menenangkan. Namun, ia sendiri terlihat siaga penuh.Jaya memang tidak bisa melihat makhluk itu. Namun, Jaya bisa merasakan jika anda makhluk lain di sekitar me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Datang Tak Diundang

    Bab 27 Kiayi Soleh berdiri. “Baiklah, kita mulai. Tapi sebelumnya, tolong siapkan tiga baskom besar.”Jaya mengernyit bingung. “Tiga baskom, Kiayi? Kenapa besar-besar pula? Bukankah biasanya kotoran yang keluar hanya sedikit?”Kiayi menatap Jaya serius. “Yang kita hadapi kali ini berbeda, Jaya. Nyi Kukun tidak main-main. Dia sudah menanamkan sesuatu yang lebih dalam di tubuh Leha. Aku khawatir yang keluar bukan hanya cairan, tapi juga hal-hal lain yang lebih mengerikan.”Jaya menelan ludah, sementara Leha dan Renata saling pandang dengan wajah tegang. Namun, tanpa banyak tanya lagi, Jaya pergi mengambil tiga baskom besar.Leha mengenakan mukena milik ibu Jaya, sementara Kiayi Soleh mengenakan sarung tangan tebal. Ia memulai dengan membaca doa-doa perlindungan, suaranya tegas dan berwibawa. Di sekelilingnya, Jaya, Bu Sifa, Renata dan Pak Marwan -- ayahnya Jaya -- duduk memejamkan mata, mencoba memusatkan kekuatan hati mereka.Leha mulai merasakan tubuhnya panas. Keringat dingin memba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Nyi Kukun Menampakkan Diri

    Ketukan semakin keras. Kini disertai suara seretan yang aneh, seperti sesuatu yang berat sedang diseret di teras depan. Jaya berhenti di tempat, tubuhnya mulai berkeringat dingin.“Ada sesuatu di luar, Kiayi,” katanya dengan suara hampir berbisik.Kiayi berdiri perlahan, mengambil tasbih dari kantongnya. “Bukan sesuatu, Jaya. Tapi seseorang—atau lebih tepatnya, apa yang tadi kita lawan di sini.”Renata mundur, mendekati Leha yang masih terbaring lemah. Suasana semakin tegang. Dari arah pintu, terdengar suara perempuan yang memanggil dengan nada lembut tetapi menyeramkan.“Leha... Buka pintunya...”Renata menahan nafas, tubuhnya membeku. Ia mengenali suara itu—suara perempuan yang memanggil Leha di hutan tadi. Jaya meraih kayu dari dekat lemari, bersiap jika harus menghadapi sesuatu.“Jangan panik,” ujar Kiayi Soleh sambil mendekati pintu dengan tenang. Ia mulai membaca doa perlindungan. Namun, suara itu kembali terdengar, kali ini lebih keras.“Leha...! Buka pintunya!”Pintu depan mul

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Jenazah Aminah Hilang

    Bab 36. Aminah menoleh, tapi dia tidak berbicara apa pun."Ibu, ayo. Nanti Ibu kecapean," paksa Leha.Berkali-kali Leha memaksa, karena Aminah cuma diam dan terus berjalan, setelah menatap Leha."Ibu, jangan kaya gitu. Leha gak tega kalau harus pulang sendiri. Padahal ibu kerepotan," paksa Leha sekali lagi.Aminah menggeleng pelan, dengan sorot mata redup tapi tajam. Bahkan tangannya sedikit terangkat, menandakan penolakan.Leha terdiam, ada rasa merinding melihat tatapan ibunya."Yaudah, kalau gitu Leha pulang duluan ya Bu."Aminah tidak merespon. Yang Leha lihat Aminah terus berjalan sambil menenteng kresek besar, yang kelihatannya terasa berat.Dalam perjalanan pulang, Leha berpikir. Mungkin ibunya tidak mau diajak, karena takut bau amis darah dari pembalut mengotori motor, atau membuat Leha tidak nyaman. Dia berpikir positif saja.###Ketika Leha tiba di rumah, suasana sudah berubah mencekam. Banyak orang berkerumun di halaman, beberapa bahkan menangis histeris."Bendera kuning?"

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Jenazah yang Tidak Lazim

    Bab 35 Leha mendengarkan dulu suara speaker masjid yang memberitahu ada orang meninggal. Tenyata itu anak dari salah satu tetangganya. Leha tahu dia seorang gadis."Jangan-jangan... ulah Nyi Kukun," gumam Leha. "Aku harus bersikap biasa saja," lanjutnya.Saat perjalanan menuju sekolah, Leha dihentikan seorang tetangga yang tergesa-gesa. Wanita itu, seorang kerabat dari orang yang meninggal di kampung mereka, tampak panik dan bingung.“Leha, tolong! Bisa antar aku ke rumah ibumu? Jenazah keluargaku keadaannya... sangat mengerikan,” ujarnya dengan suara gemetar.Leha menelan ludah, bingung harus bagaimana. Ia sudah terlambat menuju sekolah, tetapi tetangga ini memohon dengan begitu mendesak.“Tapi, Bu, saya harus ke sekolah...” jawab Leha ragu.“Saya nggak tahu harus minta tolong siapa lagi. Ibumu kan biasanya yang tahu cara menangani jenazah seperti ini,” katanya lagi, hampir menangis.Leha merasa serba salah. Akhirnya ia mengalah. “Ya udah. Baik, Bu. Ayo, saya antar ke rumah.”Sepanj

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Mulai Menentang Terang-terangan

    Bab 34 "Teteh, Renata mah kayanya gak sanggup deh, harus dzikir sebanyak ini," keluh Renata, yang berada i kamar Leha. "Semampunya aja Rena. Syukur-syukur kamu usahakan. Sambil membiasakan rajin ibadah. Selama ini kamu kan ...," goda Leha pada adiknya. "Iya-iya, Rena sadar. Kalau sekarang kan ada Teteh. Jadi kaya beda aja gitu suasana, Rena pasti bisa kebawa rajin kaya Teteh." "Ya udah, sana. Fokuslah. Semakin kita dekat sama Allah, bukan tentang menghadapi makhluk-makhluk gaib saja, kita sanggup lebih kuat dari mereka. Tapi, buat diri kita juga jadi serba lancar untuk mencapai keinginan." Rena mengangguk. Dia paham dan ngena sekali, nasihat yang disampaikan Kakaknya. ### Sejak azan Magrib berkumandang, Leha memutuskan untuk tidak keluar kamar. Ia memusatkan seluruh pikirannya pada dzikir, salat sunah, dan doa-doa yang diajarkan oleh Kiyai Soleh. Hatinya terasa lebih tenang, meski masih ada rasa was-was yang mengintai. Sementara itu, di kamarnya, Juju duduk bersemedi de

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Hamil tapi Masih Haid

    Bab 33 Tempat BidanSetelah menempuh perjalanan yang tidak begitu lancar, Leha dan Aminah akhirnya sampai di tempat bidan. Suasana klinik kecil cukup sepi sore itu, sehingga mereka langsung mendapat giliran.Bidan Ida, seorang wanita paruh baya dengan senyum hangat, memeriksa Aminah dengan teliti. Ia menggunakan alat ultrasonografi sederhana untuk memastikan kondisi kandungan Aminah. Setelah beberapa menit, wajahnya tampak serius."Gimana Bu Bidan? Kandungan Ibu saya baik-baik saja?" tanya Leha, antusias. Bidan yang melihat Leha begitu antusias, merasa terharu dan kagum. Seorang anak yang begitu peduli pada ibunya. Bidan Ida bisa merasakan perasaan Aminah yang sebenarnya tidak nyaman jika kandungannya diperiksa. Dapat dirasakan dari raut muka Aminah dan beberapa interaksi saat diperiksa. “Neng dan Ibu Aminah,” kata Bidan Ida dengan nada hati-hati. “Ada sedikit kelainan dalam kehamilan ini.”Leha yang duduk di samping ibunya langsung menegang. “Kelainan apa, Bu Bidan?”“Usia kandung

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Kekuatan Misterius

    Bab 32Bu Aminah terlihat masih menenangkan diri setelah kakek Sastra mengeluarkan celetukannya. Wajah tua lelaki itu masih menyiratkan amarah, tapi ia bersedia mengikuti permintaan Aminah untuk masuk dan duduk di ruang tamu.Pak Marwan, yang masih berdiri di teras, memutuskan menunggu hingga Leha dan Renata siap. "Saya tunggu di sini saja, Bu. Sekalian antar mereka ke sekolah. Lagipula motor Leha masih di rumah, biar dia nggak kecapekan kalau harus bawa motor sendiri.""Kecapean? Em, maksudnya? Leha, kamu gak kenapa-kenapa bukan?" Aminah panik. Dia memeriksa beberapa bagian tubuh anaknya."Ibu, Leha nggak papa. M-maksud, ayahnya Kang Jaya, biar sekalian berangkat. Semalam ada acara di rumah Kang Jaya. Kami semua tidur malam." Leha sedikit gugup menjelaskan."Benar Bu. Keluarga A Jaya baik dan perhatian sekali. Takut kelelahan karena kurang tidur, jadi gak boleh bawa motor sendiri. Kata Ibunya A Jaya, bahaya." Renata menambah, supaya ibunya yakin.Aminah mengangguk pelan, “Oh, begitu

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Anak-anak Berdosa

    Bab 31Pagi yang tenang di rumah Jaya.Suara lantunan doa Subuh memenuhi ruang tamu. Leha dan Renata baru saja selesai salat berjamaah bersama keluarga Jaya. Mereka lalu duduk sejenak, menikmati ketenangan pagi sebelum bergerak ke dapur.“Leha, Renata, kalian mau tidur lagi gak papa. Ini masih pagi banget. Biar energi kalian pulih, sebelum pulang," ucap Bu Sifa. “E- enggak Bu. Saya udah baik-baik aja kok,” jawab Leha sambil tersenyum tipis, meski masih terlihat lelah. "Yaudah, yang penting kamu nyaman di sini ya. Nanti kalau mau apa-apa ambil sendiri aja ya. Gak usah canggung." "Iya, Bu. Makasih." Bu Sifa kemudian pergi ke dapur. Meski tugasnya Mbak, tapi Bu Sifa tidak selalu mengandalkan pembantu. Kemudian Renata menggamit tangan tetehnya, mengajak untuk segera ke dapur. "Ayo Teh, kita ke dapur aja. Malau kalau santai-santai." Leha juga merasakan hal yang sama. Meski Bu Sifa pasti maklum dengan keadaan Leha, tapi dia udah cukup segar untuk beraktivitas. Di dapur, suasana mulai

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Permintaan Dua Tumbal

    Bab 30 Waktu menunjukkan pukul 22:48. Leha duduk di sofa, bersandar bantal masih di ruang tengah rumah Bu Sifa. Wajahnya pucat, dan tubuhnya terlihat masih gemetar. Renata duduk di sampingnya, memegangi tangan tetehnya erat-erat, sementara Jaya berdiri tak jauh dari mereka, bersandar di pintu dengan ekspresi serius.“Neng Leha,” suara lembut Bu Sifa memecah keheningan, “Ibu rasa malam ini kamu tidur di sini saja. Kondisimu belum pulih benar, dan Ibu khawatir kalau kamu pulang sekarang, di perjalanan bisa saja terjadi sesuatu.”Leha mengangkat wajahnya perlahan, tampak bingung. “Tapi… Ibu, nenek, dan kakek pasti mencari Leha, Bu. Mereka tidak punya ponsel, jadi Leha tidak bisa memberi kabar apa pun.”“Tenang saja, Neng,” Jaya menyela, suaranya meyakinkan. “Besok pagi, Akang akan antar dan menjelaskan semuanya kepada keluarga. Malam ini, keselamatan Neng lebih penting.”Renata mengangguk, menatap Leha dengan penuh kasih sayang. “Teteh, jangan pikirkan apa-apa dulu. Aku juga akan tidur

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Benarkah Hanya Menggertak?

    Jaya, Renata, Pak Marwan dan Bu Sifa, mereka sepertinya ingin menyerah saja. Merasakan energi yang begitu berat. Meski mereka tidak bisa melihat makhluk itu, tapi mereka bisa merasakan kengerian yang terjadi. "Yah, gimana kalau Kiyai Soleh gak sanggup?" bisik Bu Sifa pada suaminya. "Tenang saja. Kita bantu doa juga. Sebisa-bisa kita jangan putus doa," jawab Pak Marwan, mencoba tenang. Padahal sebenarnya dia juga merasa khawatir. "Apakah Kiayi gak capek, A Jaya? Rena takut kalau Pak Kiyai tumbang, kita mungkin akan binasa di tangan hantu itu." Renata berbisik pada Jaya yang selalu ada di dekatnya. "Yakin aja Rena. Meski belia udah sepuh banget, Aa yakin, energi beliau masih bagus " Rena manggut-manggut, tubuhnya semakin mendekatkan di antara Jaya dan kedua orang tuanya. Mereka menyimak apa yang Kiyai Soleh lakukan. Sementara itu, Kiayi Soleh berdiri tegak di tengah ruangan, suaranya lantang melantunkan ayat-ayat suci yang menggema di udara, melawan kehadiran gelap yang memenuhi r

  • Pesugihan Nyi Kukun Peliharaan    Nyi Kukun Menampakkan Diri

    Ketukan semakin keras. Kini disertai suara seretan yang aneh, seperti sesuatu yang berat sedang diseret di teras depan. Jaya berhenti di tempat, tubuhnya mulai berkeringat dingin.“Ada sesuatu di luar, Kiayi,” katanya dengan suara hampir berbisik.Kiayi berdiri perlahan, mengambil tasbih dari kantongnya. “Bukan sesuatu, Jaya. Tapi seseorang—atau lebih tepatnya, apa yang tadi kita lawan di sini.”Renata mundur, mendekati Leha yang masih terbaring lemah. Suasana semakin tegang. Dari arah pintu, terdengar suara perempuan yang memanggil dengan nada lembut tetapi menyeramkan.“Leha... Buka pintunya...”Renata menahan nafas, tubuhnya membeku. Ia mengenali suara itu—suara perempuan yang memanggil Leha di hutan tadi. Jaya meraih kayu dari dekat lemari, bersiap jika harus menghadapi sesuatu.“Jangan panik,” ujar Kiayi Soleh sambil mendekati pintu dengan tenang. Ia mulai membaca doa perlindungan. Namun, suara itu kembali terdengar, kali ini lebih keras.“Leha...! Buka pintunya!”Pintu depan mul

DMCA.com Protection Status