Beranda / Urban / Pesona sang Biduan / Perempuan jalang

Share

Perempuan jalang

Penulis: alfatihsronan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-02 20:51:10

Frida mengibas-ngibaskan sebuah majalah bekas di ruang tamu, ia gerah dengan hawa panas hari ini yang terasa membakar tubuh.

"Tiara kamu di mana 'sih!, lama banget!" seru Frida yang mulai tak tenang.

"Ayo aku sudah siap 'nih."

"Iya kamu sudah siap dan kelihatan segar baru saja berdandan, ... aku hampir dehidrasi menunggu kamu di sini, besok kalau sudah jadi istri manajer kamu beli kipas angin ya!" Kata Frida mengomel.

"Yuk ah, mengomel melulu." Kata Tiara sambil menarik lengan Frida.

Hari ini Frida akan mentraktir Tiara makan di sebuah restoran yang baru di buka.

"Kita makan di mana Frid?"

"Di restoran baru buka 'gak jauh 'kok dari cafe jadi kita bisa hemat waktu yang lumayan di pakai untuk bersantai."

Perasaan Tiara ada yang terasa kurang dengan makan siang hari ini tanpa kehadiran teman-temannya yang lain, "Kamu tidak mengajak yang lain?"

"Ajak sih, tapi semua pada sibuk, tidak ada waktu kamu saja yang 'gak dan selalu ada untukku, ah so sweet." kata Frida.

"Tapi sepertiny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona sang Biduan   Teman baru di cafe

    Sore sudah menghampiri gelap, matahari sudah kembali keperaduannya ketika sebuah mobil sedan berwarna pink cerah melaju memasuki parkiran cafe d'Arts.Dengan sangat terburu-buru Tiara dan Frida keluar dari dalam mobil, sebentar lagi ia harus bekerja, setelah beberapa hari mendapat skors."Tiara aku duduk di sana ya!" ucap Frida menunjuk ke suatu meja di dalam cafe."Iya aku ganti pakaianku dulu."Setelah beberapa hari tidak bekerja suasana di dalam cafe terlihat berbeda dari sebelumnya, tampak beberapa wajah-wajah baru di sana."Kamu mau ke toilet?" Tanya seseorang karyawan melihat Tiara berdiri di depan sebuah kamar toilet."Iya mba." Jawab Tiara dengan tersenyum.Karyawan itu mempersilahkan Tiara untuk masuk lebih dulu, "Kalau begitu kamu duluan saja ke dalam."Ia menyuruh Tiara masuk ke toilet padahal dirinya lebih dulu berada di sana."Loh mba kan lebih dulu sebelum saya.""Gak apa-apa kok sepertinya kamu sedang buru-buru masuk saja," ucap wanita itu dengan sopan kepada Tiara."Te

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • Pesona sang Biduan   Cafe M&M

    Jam sepuluh pagi Gilbert sudah terlihat di ruangannya dengan secangkir kopi, kepulan asap rokok sudah memenuhi seisi ruangan. Gaya hidupnya yang hedon terkadang memaksanya melakukan tindakan-tindakan tak masuk akal. "Kamu di mana!?, cepat ke sini sekarang!" bentak Gilbert kepada Erwin melalui telepon. "Iya bos saya segera ke sana." Perang urat syaraf dua pemilik cafe tampaknya semakin tak terhindarkan, apa yang terlihat dari luar seakan semua baik-baik saja, sungguh kontras dengan kejadian yang sebenarnya, cafe d'Arts sedang dalam masalah. Erick sudah membersihkan beberapa orang karyawan cafe yang menjadi kaki tangan Gilbert namun sepertinya manusia Hedon itu tak kehilangan akal. Erwin seorang pimpinan organ tunggal dipilihnya sebagai kawan dalam rencananya. Dan hari ini Erwin bersama dua orang wanita cantik sudah terlihat berada di ruangannya. "Ini surat kontrak untuk kalian, tanda tangan!." Kata Gilbert dengan melempar sebuah map ke mejanya. Setelah mengambil berkas yang t

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • Pesona sang Biduan   Maria dan masa lalunya

    "Selamat sore mba, selamat datang di cafe M&M," Kata seorang pelayan sambil menyerahkan buku menu. Tiara dan Frida menuliskan beberapa makanan di dalam pesanan mereka. "Frid kok pesannya banyak banget!?" kata Tiara seraya melongo. "Kita 'kan jadinya banyak pilihan mana yang enak, kita coba dulu makanannya," jawab Frida tersenyum-senyum melihat Tiara yang sedang bingung melihatnya. "Eitss tunggu, ... !" "Apaan lagi sih Frid?" tanya Tiara semakin bingung dengan tingkah Frida. "Sekarang kamu telpon mba Maria dan bilang kalau kita sekarang ada di sini," kata Frida. "Kok aku?, ... kamu saja deh," Kata Tiara, matanya mengerjap. Frida segera mencari-cari ponselnya di dalam tas kemudian menelpon nomor kontak yang ada di kartu nama Maria. Beberapa kali Frida menelponnya namun tidak ada jawaban. "Kenapa Frid, 'gak di jawab?" tanya Tiara. "Iya tersambung sih tapi 'gak di jawab, mungkin mba Maria lagi sibuk." "Tuh makanannya sudah datang, kita makan aja dulu nanti kita telpon lagi," K

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-05
  • Pesona sang Biduan   Nelangsa

    "Halo Tiara, ... apa kabar?" sapa Erwin melalui telepon."Kabar baik, ada apa bang?""Hahaha Tiara, santai saja saya hanya mau tahu kabar kamu sekarang, karena sebentar lagi kamu sepertinya harus mencari pekerjaan baru,""Maksud bang Erwin apa?" Kata Tiara yang menjadi geram dengan ucapan Erwin."Aku atasan kamu yang baru, kamu tahu kan maksudku?, tidak lama lagi kamu akan kupecat dari cafe," ucap Erwin seraya tertawa terbahak-bahak."Gila!, ... itu saja kan yang bang Erwin mau sampaikan, terima kasih!" Tiara menutup telepon."Hahaha, ...." Erwin tertawa terbahak-bahak merasa puas mendengar Tiara kesal.Sepertinya rencananya untuk memancing kemarahan Tiara berhasil, ia terus melakukan segala macam cara untuk membalas sakit hatinya terhadapnya.Di hotel merkuri pagi itu Erick terlihat menunggu seseorang, ia tampak sesekali melirik jam tangan merk Alexandre Christie di tangannya."Kamu kok lama banget sih, aku ada jadwal meeting jam sebelas hari ini, aku sudah sejaman tunggu kamu!" Seru

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Pesona sang Biduan   Sebuah kecelakaan

    Tiara berjalan meninggalkan cafe dengan perasaan getir di hatinya, kesakitan yang dialaminya bukan perihal asmara namun kesakitan karna sebuah impian yang kembali terpatahkan dan itu tak kalah pedihnya dari sekedar perihal cinta. Desiran angin malam itu, sepertinya tak mampu membawa pergi kegetirannya, hanya awan yang terlihat gelap malam itu membawa rintik hujan seakan turut merasakan kesedihan Tiara. "Halo pak, ... Tiara baru saja pulang hatinya sakit harus menerima hal ini." "Baik aku akan susul dia," Kata Erick yang baru saja bertemu seorang rekan bisnisnya, kemudian bergegas keluar dari hotel dan menancapkan gas mobilnya. Beberapa kali Erick menghubungi ponsel milik tiara namun tak ada jawaban, menimbulkan rasa was-was dan cemas yang 'kian menyelimutinya. Ia tahu kalau Tiara saat ini mungkin kecewa dengannya tapi bagaimanapun ia harus menemuinya, dengan perasaan yang berkecamuk itu Erick semakin memacu laju mobilnya berharap bahwa ia bisa segera bertemu Tiara. Mobil yang dik

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Pesona sang Biduan   Harapan seorang Maria

    Tiara masih mengurung diri di dalam kamarnya hal yang menjadi kebiasaannya di lakukan ketika perasaannya sedang lara, ia mungkin masih terbawa perasaan sedihnya.[Hai Tiara cantik, bagaimana? kamu sudah tahu kan sekarang bagaimana jika berani untuk menolak keinginanku?][Lihatlah sekarang kamu sudah kubuat pergi dari cafe ini hehehe, ayolah Tiara jangan terlalu jual mahal seperti itu.]] sebuah pesan singkat dari Erwin.Tiara tak menghiraukannya ia tak mau lagi terbawa emosi dengan perkataan orang semacam itu yang hanya membuang-buang waktunya untuk berpikir jernih.Erwin dan Gilbert naik daun di cafe setelah tragedi kecelakaan yang Erick alami.Sebagai penggantinya sementara nyonya Smith mengandalkan Lucy di sana.Tiara terlihat resah tak mengerti apa yang ingin ia perbuat sekarang."Apa yang harus aku lakukan sekarang?, aku harus tetap mengejar impianku," Kata Taira dalam hatinya.Bu Ratri bahkan tak pernah berkomentar perihal yang dia alami sekarang, ia tahu Tiara bukan anak kecil l

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08
  • Pesona sang Biduan   Pertemuan Tiara dan Erick. 2

    Hari ini Tiara sudah terlihat cantik dan segar, pagi-pagi tadi setelah membereskan kamarnya ia berolah raga dan senam sedikit, memanfaatkan waktu senggangnya setelah menarik diri dari cafe d'Arts. [Tiara kamu 'gak tahu ya kalau Erick sedang di rawat rumah sakit dia kecelakaan, lukanya parah.] kata Maria terdengar melebih-lebihkan keadaan erick yang sebenarnya. [Aku sedang di rumah sakit sekarang menjenguknya.] "Hahh, ... ya tuhan!, pak Erick kecelakaan?" pesan dari Maria semalam baru dibacanya sekarang. Sekujur tubuhnya bergetar membaca pesan singkat dari Maria di ponselnya, mulutnya setengah terbuka, ia mendadak menjadi bingung bercampur risau dengan apa yang terjadi dengan Erick. "Apa yang menyebabkan ia kecelakaan?, bagaimana keadaan dia sekarang?" pertanyaan-pertanyaan itu menyeruak di benak Tiara, raut wajahnya menunjukkan rasa kekhawatiran. "Mengapa tak seorang pun yang mengabari aku tentang kejadian kecelakaan pak Erick, Lucy atau teman-teman yang lain di cafe?" Ia membat

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • Pesona sang Biduan   Biduan baru cafe M&M

    "Bagaimana mungkin Tiara tahu kalau Maria adalah mantan kekasih pak Erwin, pikiran itu muncul di benak Lucy ketika berpisah dengan Tiara di depan rumah sakit. Menjadi susah rasanya membuat Tiara dan Erick menjadi dekat jika Tiara telah tahu banyak tentang Maria, apalagi Tiara sampai mempercayainya."Hahh kenapa sih aku di beri tugas sampai serumit ini, menjodohkan dua orang yang sama-sama tidak mengerti dengan perasaan mereka sendiri," Lucy mengomel sendiri dalam risaunya.Namun ada seseorang yang lebih risau di luar sana, sudah hampir setengah jam menunggui Frida, Tiara sudah merasa tak sabar jangankan datang pesan pun tak ada."Hei ayo, ...!" Tegur Frida yang tiba-tiba saja sudah di depannya ia datang dengan mengendarai sebuah motor.Tiara bangkit dari tempatnya menunggu, hampir saja ia kesal menunggunya lama, wajahnya sudah terlihat kusam karena teriknya matahari siang itu."Habis jenguk mas Erick kok mukamu jelek begitu ya, hehehe, ....""Aku di sini hampir kering menunggumu, ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-10

Bab terbaru

  • Pesona sang Biduan   Bujuk rayu tuan Gilbert

    Sebuah hubungan cinta harus berjalan bersama, jika di dalamnya ada tujuan yang berbeda maka ia harus saling memahami dan tebuka, bukan saling menutupi dan saling menyalahkan. Begitu pula yang harus dlakukan oleh Tiara dan Erick, ada sesuatu hal yang tidak berjalan semestinya diantara mereka, membuat hubungannya yang baru saja seumur jagung seakan terombang ambing tak tentu arah. "Memiliki hubungan itu ribet ya," ucap Tiara. "Ribet seperti apa maksud kamu, gak juga kok kalau kamu dan Erick saling memahami, dan mau saling terbuka," sahut Frida. "Aku?, ... Apa yang aku tutupi darinya Frid?, apa aku saja yang harus memahaminya sementara dia?" sahut Tiara. Frida terdiam mendengar Tiara mulai tersulut emosi, ia biasanya akan menenangkan jika sahabatnya itu mulai meninggikan nada suaranya. Mobil mereka melaju membelah jalan kota, suasana sudah mulai tampak lengang, tak banyak lagi kendaraan yang berseliweran seperti biasanya di jam-jam itu. Sementara Erick dan Maria serta teman-temann

  • Pesona sang Biduan   Apakah ini cinta yang salah?

    Tiara dan Frida urung menjalankan rencananya melihat Erick yang tengah duduk bersantai dengan Maria di sebuah meja tepat di depan panggung. "Jadi mau gimana lagi, kita harus menjalankan rencana lainnya, ayo silahkan mba Tiara," kata Frida seraya menunjuk ke arah panggung. Tanpa melihat sedikitpun ke arah mereka Tiara langsung menggebrak panggung. Erick terhenyak menyaksikan Tiara, ia tak menyangka sedikitpun jika kekasihnya itu yang menjadi biduan di live musik cafe malam itu. "Pantas saja Tiara gak mau aku ajak, dia ternyata nyanyi di sini." Erick bergumam. Ia tak dapat menyembunyikan rasa heran di depan Maria, "Erick kamu kok terlihat heran seperti itu, kamu kaget kalau Tiara itu nyanyi di sini?" "Gak, ... Aku cuma kaget saja tiba-tiba bertemu dia di sini," sanggah Erick sedikit ingin menutupi dari Maria, tak terjadi apa-apa di antara Tiara dan dirinya. "Daripada harus membicarakan dia, kita bernostalgia saja dengan kenangan kita, bagaimana?" Rayu Maria. "Nostalgia yang sep

  • Pesona sang Biduan   Tiara panik mengetahui Erick akan datang

    Malam hari tiba, terlihat cerah secerah hati Tiara yang sudah kasak kusuk mempersiapkan diri sembari menunggu dijemput Frida. Bu Ratri hanya nampak tersenyum melihat anak gadisnya terlihat sibuk di depan cermin tak hentinya menatap wajahnya melihat riasan yang dipakainya. Tak lama kemudian Frida datang menemui Tiara di kamarnya yang tengah sibuk itu. "Udah beres kan dandannya?" tanya Frida. "Gimana menurut kamu udah bagus kan?" "Iya gitu aja gak usah lama, ingat tempatnya di puncak loh!" kata Frida. "Yuk kita berangkat sekaramg!" Tiara dan Frida berangkat bersama menuju cafe M&M tempat Tiara akan menyanyi dan untuk pertama kalinya di cafe ini. "Kamu santai aja dong, kok seperti pertama nyanyi saja kamu," kata Frida melihat Tiara terlihat sedikit gugup. "Iya nih, gak tahu aku kok sedikit gugup ya, apa karna lama gak nyanyi ya?" "Kamu sih, aku ajak nyanyi ke acara kampusku kamu tolak, makanya sekarang jadi grogi kelamaan gak manggung." Mobil yang dikendarai Frida sudah melam

  • Pesona sang Biduan   Maria yang menyimpan cinta masa lalu

    "Tiara bagaimana jika pamanmu tidak terima dengan pengakuan kita padanya tentan rumah ini yang sudah dijual," "Terserah dia saja bu, kali ini aku tidak akan takut dengan ancamannya, kita sudah lama diperlakukan semena-mena olehnya, dia harus berpikir bahwa Tiara sudah berubah sekarang," jawab Tiara dengan semangat."Dan aku rasa mba Maria akan sepenuhnya membantu dalam masalah ini, ibu jangan khawatir," kata Tiara kembali membuang segala ketakutan ibunya."Kamu angkat dulu telpon kamu," ucap Bu Ratri mendengar ponsel yang berdering.[Halo Tiara, maaf ya kalo aku ganggu kamu malam-malam takutnya kalau nunggu besok aku bisa lupa] kata Maria.[Ada apa ya mba?][Besok kamu bisa mulai nyanyi di cafe hari ini semua persiapan panggung sudah siap][Ok mba aku akan mulai besok] kata Tiara begitu senang mendengar kabar dari Maria."Ibu mulai besok aku bisa kerja di cafe mba Maria, aku senang banget loh bu," "Ibu juga senang mendengarnya nak, semoga saja kamu betah di sana, apa Frida sudah tah

  • Pesona sang Biduan   Pesan singkat dari Erick

    Tiara masih menatap tajam pria paruh baya yang ada di hadapannya, seorang kakak dari ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki tapi memiliki hati begitu tega perlakuannya terhadap Tiara dan ibunya."Ayo duduk jangan berdiri seperti itu di hadapanku, semakin memperjelas bahwa kau tak pernah di ajari sopan santun dari orang tuamu," kata Novo yang begitu menyakitkan.Tiara masih saja terdiam, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya, hanya tatapannya yang semakin tajam ke arah Novo, sorot matanya berapi-api.Tidak seperti Bu Ratri yang masih terlihat tenang menghadapi keadaan ini, ia memberi isyarat agar Tiara menurutinya untuk duduk di sampingnya.Dengan wajah kaku Tiara menurutinya dan mulai angkat bicara, "Paman Novo, aku menganggap paman sebagai seorang pengganti dari ayahku namun aku ternyata salah," kata Tiara."Seorang ayah tidak pernah membuat anaknya jatuh ke dalam kondisi yang begitu sulit seperti ini, paman sungguh tega mengusir kami dari rumah yang ayah bangun dari

  • Pesona sang Biduan   Mulut manis paman Novo

    Setelah melakukan rembuk bersama, Tiara dan Frida beranjak meninggalkan cafe menuju kantor polisi untuk menemui Maria yang sedang menjadi saksi sebuah kasus. Sampai di sana Tiara dan Frida oleh petugas tidak di perbolehkan menemui Maria, karna sesuatu hal. "Mba Maria sedang jadi saksi atas kasus apa pak!?" tanya Frida kepada salah seorang petugas. "Maria menjadi saksi atas kepemilikan barang terlarang, jadi untuk sementara beliau belum bisa menemui siapapun." Tiara dan Frida tersentak mendengar apa yang diucapkan petugas itu, terlebih Tiara yang sepertinya harus mengurungkan niatnya untuk minta tolong padanya. "Kamu kan lebih mengenal dekat mba Maria bahkan pernah di ajak ke apartemennya, dia itu orangnya seperti apa sih, kok bisa jadi saksi segala?" tanya Frida pada Tiara. "Waktu di ajak kemarin sih hanya pesta kecil saja, dan ada beberapa teman bisnisnya di sana yang pesta mabuk malam itu," jelas Tiara. "Tuh kan, mungkin teman-teman bisnisnya itu yang jadi pemilik barang terl

  • Pesona sang Biduan   Meminta pertolongan kepada Maria

    Malam itu hanya ada wajah-wajah murung yang nampak di raut muka Tiara dan ibunya, kedatangan Novo semalam hanya membuat keadaan semakin buruk bagi mereka. Bagaimana mungkin bu Ratri merelakan rumah, satu-satunya harta peninggalan almarhum suaminya yang mereka miliki harus mereka tinggalkan. Pikiran Tiara berkecamuk, entah dengan siapa kali ini ia harus meminta tolong dengan masalah yang seperti ini. Malam sudah larut Bu Ratri masih bersandar lemas di sebuah kursi di depan teras rumahnya. Ia sudah terkantuk-kantuk namun masih saja di tahannya untuk menemani Tiara yang juga tengah nestapa sama sepertinya. "Bu sebaiknya ibu ke dalam, istirahat dulu masalah ini biar aku yang memikirkan," ucap Tiara melihat ibunya sudah menguap menahan rasa kantuknya. "Kenapa ya Bu, paman Novo sampai setega itu pada kita?" tanya Tiara dengan suara yang berat. Bu Ratri belum menjawab apapun, ia selama ini berbaik hati pada Novo karna menganggap ia adalah kakaknya sendiri, namun sepertinya ia salah.

  • Pesona sang Biduan   Amarah seorang biduan

    Tiara masih saja berdiri dari balik tirai jendela ia belum membuka pintu sebelum melihat siapa pria yang ada di depan. "Tiara siapa yang datang!?" Sahut Bu Ratri dari dalam. Bahkan pertanyaan ibunya 'tak dijawabnya agar ia tidak ketahuan sedang mengintip dari balik tirai. Siapa sih orang ini kok 'gak berbalik gumamnya, pikiran yang muncul pun bermacam-macam memenuhi isi kepalanya, jangan-jangan ibu punya utang lagi dan orang ini datang menagih. Beberapa menit Tiara menunggu pria itu berbalik untuk melihat wajahnya, namun ia hanya asyik menghisap rokoknya. Apa sebaiknya aku tinggalkan saja orang ini, menyebalkan membuang waktu saja, pikir Tiara. Namun baru aja ia berniat kembali ke dapur sosok pria itu kembali mengeruk pintu, lalu Tiara kembali membuka sedikit tirai jendela untuk melihat siapa orang itu. Alangkah terkejutnya ia melihat paman yang sangat di benci olehnya yang datang berkunjung. Tanpa membuka pintu ia kembali ke dalam dapur dengan kesal, wajahnya memerah menahan

  • Pesona sang Biduan   Akibat pesanan kue

    Frida yang sejak tadi menelpon Maria tak juga menerima panggilan darinya, seperti biasa di waktu-waktu seperti itu ia banyak menghabiskan waktunya bekerja atau mungkin malah sedang mengadakan pesta. "Ponselnya aktif tapi 'gak di angkat, kali aja dia sedang sibuk?" "Mungkin saja, mba Maria 'kan banyak kerjaan sebagai bos di beberapa bisnisnya." Kata Tiara mengamini ucapan Frida. Jika ada kabar dari mba Maria, aku akan kesini besok, kita datang saja ke cafenya bagaimana Tiara?" "Ok!, besok aku tunggu ya!" Jawab Tiara dan mengantarkan Frida hingga ke pintu depan, lalu kembali ke aktifitasnya seperti biasa duduk untuk menulis di buku diary miliknya. Tiara menuliskan kata demi kata dalam buku diary itu, apa yang di alami kemarin bersama Erick tak lupa ia tuangkan di dalamnya. Namun kata-kata indah yang mengalir harus terhenti mendengar teriakan ibunya yang memanggil dari dalam dapur. "Tiara tolong belanjakan ibu bahan kue, untuk pesanan, hari ini ibu terlalu sibuk jadi tidak sempat

DMCA.com Protection Status