Beranda / Urban / Pesona sang Biduan / Ditimang alun asmara

Share

Ditimang alun asmara

Penulis: alfatihsronan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-14 18:33:55

Jam setengah tujuh malam, Erick tampak sedang memarkir mobilnya agak jauh dari rumah Tiara lalu berjalan kaki ke sana.

Ia sengaja seperti itu karna tak mau di ceramahi oleh Tiara lagi tentang tetangganya yang sering mencibirnya karna mobil mewah yang menjemputnya.

"Selamat malam," sapa Erick

"Iya, ... siapa?" Terdengar suara Bu Ratri dari dalam rumah, kemudian perlahan pintu rumah itu terbuka.

"Oh nak Erick!"

"Selamat malam bu!" sapanya kepada Bu Ratri.

"Ayo!, silahkan masuk!, ... saya akan panggilkan Tiara dulu," kata bu Ratri seraya tersenyum mempersilahkan Erick masuk dan segera memanggil Tiara.

"Tiara, .... !" Panggil Bu Ratri melihat ia tak ada di kamar.

Bu Ratri mencari ke dalam, dan kemudian mengetahui kalau Tiara sedang di kamar mandi.

"Tiara!, kamu sedang mandi!?" seru bu Ratri dari luar

"Iya Bu, ... ibu kenapa?"

"Gak, ... 'tuh ada yang menunggu kamu!"

"Siapa bu?" Ucapannya tak begitu jelas karna terhalang oleh guyuran air di wajahnya.

Tanpa menjawab pertanyaa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona sang Biduan   Nasehat dari Dewi

    "Tiara, kamu mau kemana malam-malam begini?" tanya Bu Ratri melihat Tiara akan pergi ke suatu tempat. Sikapnya berubah akhir-akhir ini tidak seperti biasanya. "Aku mau ke cafe aku kangen sama mba Dewi, aku mau ngobrol saja sebentar." "Tumben, biasanya kamu malas." Tiara tak menghiraukan kata-kata ibunya yang meledeknya. Tiba di sana ia langsung menemui Dewi yang baru saja selesai bernyanyi, "Loh Tiara!? dari mana aja mba kangen sama kamu." "Aku juga kangen sama mba, makanya aku ke sini." "Yuk kita ngobrol di dalam," ajak Dewi seraya menggandeng tangan Tiara ke ruang karyawan. "Mba Tiara!" Sapa karyawan-karyawan di sana. "Tiara, maafkan mba ya!?" "Maaf untuk apa mba?" "Tentang Masalah di cafe ini." ucap Dewi, sendu. "Gak apa-apa kok, justru aku senang mba bisa bernyanyi di sini." "Terima kasih ya sayang, aku memang tidak salah menilai kamu Ra!," Jawab Dewi seraya memeluk tubuh moleknya Tiara. "Hmm, ... gimana ya?, aku mau cerita tentang sesuatu sama mba." "Boleh, kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-15
  • Pesona sang Biduan   Alter Ego

    Erick melangkah masuk ke dalam ruangan yang sesak dengan kepulan asap rokok, di sana sudah menunggu Gilbert yang terlihat duduk sangat santai menyilangkan kedua kaki di atas meja."Apa kabar om?" Sapa Erick lalu duduk di sebuah kursi di depan Gilbert."Kabarku baik!, lihat saja aku tampak baik-baik saja 'kan!?" Jawab Gilbert seraya menurunkan kakinya yang bersilang di meja."Ada hal penting apa yang akan kau bicarakan?, bicara saja sekarang jangan membuang-buang waktuku," kata Gilbert seraya menghisap dalam-dalam rokok dan menghembuskan kepulan asapnya."Aku ingin bicara soal cafe ini?" Kata Erick."Oh tentu, ... silahkan!""Aku ingin mundur dari cafe ini, aku rasa om jauh lebih layak dan tahu bagaimana mengembangkan cafe d'Arts."Mendengar ucapan dari Erick matanya membelalak dan tampak binar-binar senang terpancar dari matanya."Erick ternyata kau baru sadar diri sekarang.""Kenapa baru sekarang?, aku sih sudah menduga sebelumnya bahwa kamu tidak akan betah di sini," kata Erick terk

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-16
  • Pesona sang Biduan   Pesta di Apartemen

    Frida masih serius mendengarkan Tiara berkeluh kesah tentang dirinya yang dirundung kebimbangan. "Apakah Erick punya rencana di balik semua ini, tiba-tiba saja ia ingin aku menjadi kekasihnya?" "Seseorang yang menyatakan cintanya kok di bilang ada apa-apanya, kamu terlalu berpikir jauh Ra, seharusnya kamu senang dong, malah bingung seperti itu," nasehat Frida. "Iya, tapi kenapa baru sekarang, setelah begitu banyak perasaan kecewa yang aku rasakan." ucap Tiara. "Mengapa baru sekarang katamu?, ... ya! karna Erick yang mencintaimu tahu betul apa yang harus ia lakukan dan kapan harus melakukannya." "Tiara lihat dirii kamu!, ... sebesar apa rasa kecewa yang kau rasakan?, bukankah hidup memang mengajarkan kita untuk melalui rasa kecewa lebih dulu sebelum semua keindahan itu datang." Sambung Frida. "Aku hanya tidak mau terlalu cepat menaruh harapan Frid, aku takut jika perasaan ini hanya singgah bukan sungguhan yang pada akhirnya kenyataan seperti itu akan membuatku sakit." ucap Tiara

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Pesona sang Biduan   Mahkota Tiara

    Bu Ratri sudah terlihat mulai cemas menunggu Tiara pulang. "Kemana anak itu kok sampai jam begini belum juga pulang," gumam bu Ratri. Tidak seperti biasanya Tiara pergi begitu lama tanpa berkabar kepadanya, tadi siang ia hanya meminta ijin kepada bu Ratri untuk menemui Maria di cafe. "Ditelpon juga gak di angkat, kemana sih?" Bu Ratri cemas. Maria yang mengajak Tiara untuk ikut dalam sebuah pesta di apartemennya sudah sampai di sana. Namun sepertinya Tiara tidak terlalu menyukai hal seperti itu, ia yang sudah berada di dalam apartemen mewah itu terperangah melihat apa yang terjadi di sana. Di dalam apartemen itu terdapat sebuah meja yang sudah terisi dengan beberapa macam wine, juga ada makanan yang tersaji di meja lainnya. "Hai semua!, maaf ya aku agak telat." "Kenalkan ini Tiara." Maria mengenalkan Tiara dengan beberapa rekan bisnisnya yang ada di sana. "Hai Tiara!" Sahut taman-teman bisnis Maria. Tampak dari wajah-wajah mereka adalah para pebisnis yang masih sebaya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Pesona sang Biduan   Nyonya Smith

    Matahari sudah membubung tinggi sinarnya, Tiara masih terlelap pulas di pembaringan di dalam kamarnya, jauh kedalam mimpinya. Ia tak merasa ketika bu Ratri menutupi tubuhnya yang setengah telanjang dengan selimut. Bu Ratri menghela nafas menatap Tiara tertidur pulas, sebagai orang tua ia merasa enggan membangunkannya melihat Tiara semalam pulang larut entah dari mana, mungkin ia sangat lelah, begitu pikir Bu ratri. Bu Ratri tidak tahu jika Tiara semalam sedang mabuk di sebuah apartemen milik Maria, jika ia tahu mungkin ia akan murka. Ia kembali sibuk dengan urusan kue-kuenya yang sebentar lagi akan di bawanya ke kios untuk di jual. Maria yang mengajak Tiara mabuk semalam juga masih tengah terlelap di apartemennya setelah semua teman-teman pemabuknya sudah diusirnya dari sana. Ia kecewa dengan salah seorang dari mereka yang hampir saja meniduri Tiara. Yang membuatnya sakit hatii karna pria itu adalah kekasih gelap Maria yang hanya datang saat Maria membutuhkannya di atas ranjang,

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • Pesona sang Biduan   Menunggu

    "Lucy, untuk sementara waktu kamu bekerja di hotel ini dulu sampai kita membuka cafe baru lagi," kata Erick kepada Lucy. "Iya pak!" Jawab Lucy. Setelah membantu Lucy ke bagian personalia hotel merkuri ia buru-buru pergi lagi untuk bertemu dengan seseorang yang akan membantunya mendesain sebuah cafe baru. Ia akan membangun lagi sebuah cafe yang baru yang jauh berbeda dari cafe dArts yang saat ini telah dimiliki sepenuhnya oleh gilber pamannya. Entah mengapa ia kini semakin tertarik dengan bisnis cafe, padahal masih banyak bisnis dari perusahaannya yang lain yang bisa di gelutinya. Jam tujuh seperti janjinya kepada Erick, malam itu Tiara telah bersiap-siap dengan gaun terbaiknya untuk pertama kali dalam hidupnya menyatakan tentang perasaannya terhadap laki-laki. Alunan asmaranya bak bunga yang baru saja mekar, begitu semerbak. Tiara berjalan menuju sebuah pangkalan ojek di gang sebelah, seperti biasa jika tanpa ada yang menjemputnya ia memakai jasa ojek di pangkalan. Jam tujuh t

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-21
  • Pesona sang Biduan   Kau yang tak menepati janji

    Tiara terkesiap mendengar siapa yang memanggil namanya di depan cafe ketika ia sudah akan beranjak pulang. Menunggu Erick tanpa kepastian hanya membuatnya lelah di sana. Cepat-cepat dihapusnya air matanya, kemudian memalingkan wajah melihat siapa yang menyapanya. "Mba Lucy!?" Sapa Tiara melihat Lucy yang baru saja keluar dari dalam sebuah mobil. "Mba dari mana?, Mba sudah tidak bekerja di sini?" tanya Tiara. "Tiara itu 'gak penting, ... Sekarang kamu ikut aku!" "Ikut mba, ... ke mana? tanya Tiara tidak mengerti maksud Lucy yang mengajaknya. "Aku akan mengantarmu bertemu seseorang, ia tidak bisa datang menemuimu," kata Lucy berbicara dengan cepat seperti sedang di buru. "Maksud mba, Er ...." Belum usai ucapan Tiara lengannya sudah di tarik oleh Lucy ke dalam mobil. Mobil itu membawa mereka tiba di sebuah gedung perkantoran yang begitu megah, Tiara belum mengerti apa sebenarnya yang terjadi sampai Lucy membawanya ke tempat itu. "Mba kita mau ke mana?" tanya Tiara. "Ikut aja,

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-22
  • Pesona sang Biduan   Asmara itu yang membuat nyaman

    Seiring hembusan angin sore yang indah itu, dan sedikit baluran sunblock di wajahnya Tiara melempar umpannya ke dalam air di sebuah sungai tempat Erick dengannya sedang memancing. Tiara dan Erick menghabiskan waktu mereka berdua dengan memancing di sebuah sungai, "Mas aku kok gak di ajak ke mall shopping atau ke salon?, malah di ajak mancing" tanya Tiara. "Kita 'gak seperti kebanyakan orang, untuk apa berfoya-foya menghabiskan uang, lebih baik seperti ini kita bisa belajar menghargai dan menikmati hidup, iya kan?" Tiara hanya mengangguk mendengar ucapan kekasihnya, ia sebenarnya hanya ingin melihat reaksi Erick dengan pertanyaannya itu, sama sekali hal seperti itu bukanlah kebiasaan seorang Tiara. Seorang gadis miskin apa adanya yang berjuang untuk meraih impiannya. Dengan memiliki kekayaan seperti dirinya apa susahnya melakukan hal yang seperti yang dikatakan Tiara, namun ia tidak sama kebanyakan orang kaya yang suka bersenang-senang. "Kamu sering ke tempat ini?" "Gak sering j

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-23

Bab terbaru

  • Pesona sang Biduan   Bujuk rayu tuan Gilbert

    Sebuah hubungan cinta harus berjalan bersama, jika di dalamnya ada tujuan yang berbeda maka ia harus saling memahami dan tebuka, bukan saling menutupi dan saling menyalahkan. Begitu pula yang harus dlakukan oleh Tiara dan Erick, ada sesuatu hal yang tidak berjalan semestinya diantara mereka, membuat hubungannya yang baru saja seumur jagung seakan terombang ambing tak tentu arah. "Memiliki hubungan itu ribet ya," ucap Tiara. "Ribet seperti apa maksud kamu, gak juga kok kalau kamu dan Erick saling memahami, dan mau saling terbuka," sahut Frida. "Aku?, ... Apa yang aku tutupi darinya Frid?, apa aku saja yang harus memahaminya sementara dia?" sahut Tiara. Frida terdiam mendengar Tiara mulai tersulut emosi, ia biasanya akan menenangkan jika sahabatnya itu mulai meninggikan nada suaranya. Mobil mereka melaju membelah jalan kota, suasana sudah mulai tampak lengang, tak banyak lagi kendaraan yang berseliweran seperti biasanya di jam-jam itu. Sementara Erick dan Maria serta teman-temann

  • Pesona sang Biduan   Apakah ini cinta yang salah?

    Tiara dan Frida urung menjalankan rencananya melihat Erick yang tengah duduk bersantai dengan Maria di sebuah meja tepat di depan panggung. "Jadi mau gimana lagi, kita harus menjalankan rencana lainnya, ayo silahkan mba Tiara," kata Frida seraya menunjuk ke arah panggung. Tanpa melihat sedikitpun ke arah mereka Tiara langsung menggebrak panggung. Erick terhenyak menyaksikan Tiara, ia tak menyangka sedikitpun jika kekasihnya itu yang menjadi biduan di live musik cafe malam itu. "Pantas saja Tiara gak mau aku ajak, dia ternyata nyanyi di sini." Erick bergumam. Ia tak dapat menyembunyikan rasa heran di depan Maria, "Erick kamu kok terlihat heran seperti itu, kamu kaget kalau Tiara itu nyanyi di sini?" "Gak, ... Aku cuma kaget saja tiba-tiba bertemu dia di sini," sanggah Erick sedikit ingin menutupi dari Maria, tak terjadi apa-apa di antara Tiara dan dirinya. "Daripada harus membicarakan dia, kita bernostalgia saja dengan kenangan kita, bagaimana?" Rayu Maria. "Nostalgia yang sep

  • Pesona sang Biduan   Tiara panik mengetahui Erick akan datang

    Malam hari tiba, terlihat cerah secerah hati Tiara yang sudah kasak kusuk mempersiapkan diri sembari menunggu dijemput Frida. Bu Ratri hanya nampak tersenyum melihat anak gadisnya terlihat sibuk di depan cermin tak hentinya menatap wajahnya melihat riasan yang dipakainya. Tak lama kemudian Frida datang menemui Tiara di kamarnya yang tengah sibuk itu. "Udah beres kan dandannya?" tanya Frida. "Gimana menurut kamu udah bagus kan?" "Iya gitu aja gak usah lama, ingat tempatnya di puncak loh!" kata Frida. "Yuk kita berangkat sekaramg!" Tiara dan Frida berangkat bersama menuju cafe M&M tempat Tiara akan menyanyi dan untuk pertama kalinya di cafe ini. "Kamu santai aja dong, kok seperti pertama nyanyi saja kamu," kata Frida melihat Tiara terlihat sedikit gugup. "Iya nih, gak tahu aku kok sedikit gugup ya, apa karna lama gak nyanyi ya?" "Kamu sih, aku ajak nyanyi ke acara kampusku kamu tolak, makanya sekarang jadi grogi kelamaan gak manggung." Mobil yang dikendarai Frida sudah melam

  • Pesona sang Biduan   Maria yang menyimpan cinta masa lalu

    "Tiara bagaimana jika pamanmu tidak terima dengan pengakuan kita padanya tentan rumah ini yang sudah dijual," "Terserah dia saja bu, kali ini aku tidak akan takut dengan ancamannya, kita sudah lama diperlakukan semena-mena olehnya, dia harus berpikir bahwa Tiara sudah berubah sekarang," jawab Tiara dengan semangat."Dan aku rasa mba Maria akan sepenuhnya membantu dalam masalah ini, ibu jangan khawatir," kata Tiara kembali membuang segala ketakutan ibunya."Kamu angkat dulu telpon kamu," ucap Bu Ratri mendengar ponsel yang berdering.[Halo Tiara, maaf ya kalo aku ganggu kamu malam-malam takutnya kalau nunggu besok aku bisa lupa] kata Maria.[Ada apa ya mba?][Besok kamu bisa mulai nyanyi di cafe hari ini semua persiapan panggung sudah siap][Ok mba aku akan mulai besok] kata Tiara begitu senang mendengar kabar dari Maria."Ibu mulai besok aku bisa kerja di cafe mba Maria, aku senang banget loh bu," "Ibu juga senang mendengarnya nak, semoga saja kamu betah di sana, apa Frida sudah tah

  • Pesona sang Biduan   Pesan singkat dari Erick

    Tiara masih menatap tajam pria paruh baya yang ada di hadapannya, seorang kakak dari ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki tapi memiliki hati begitu tega perlakuannya terhadap Tiara dan ibunya."Ayo duduk jangan berdiri seperti itu di hadapanku, semakin memperjelas bahwa kau tak pernah di ajari sopan santun dari orang tuamu," kata Novo yang begitu menyakitkan.Tiara masih saja terdiam, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya, hanya tatapannya yang semakin tajam ke arah Novo, sorot matanya berapi-api.Tidak seperti Bu Ratri yang masih terlihat tenang menghadapi keadaan ini, ia memberi isyarat agar Tiara menurutinya untuk duduk di sampingnya.Dengan wajah kaku Tiara menurutinya dan mulai angkat bicara, "Paman Novo, aku menganggap paman sebagai seorang pengganti dari ayahku namun aku ternyata salah," kata Tiara."Seorang ayah tidak pernah membuat anaknya jatuh ke dalam kondisi yang begitu sulit seperti ini, paman sungguh tega mengusir kami dari rumah yang ayah bangun dari

  • Pesona sang Biduan   Mulut manis paman Novo

    Setelah melakukan rembuk bersama, Tiara dan Frida beranjak meninggalkan cafe menuju kantor polisi untuk menemui Maria yang sedang menjadi saksi sebuah kasus. Sampai di sana Tiara dan Frida oleh petugas tidak di perbolehkan menemui Maria, karna sesuatu hal. "Mba Maria sedang jadi saksi atas kasus apa pak!?" tanya Frida kepada salah seorang petugas. "Maria menjadi saksi atas kepemilikan barang terlarang, jadi untuk sementara beliau belum bisa menemui siapapun." Tiara dan Frida tersentak mendengar apa yang diucapkan petugas itu, terlebih Tiara yang sepertinya harus mengurungkan niatnya untuk minta tolong padanya. "Kamu kan lebih mengenal dekat mba Maria bahkan pernah di ajak ke apartemennya, dia itu orangnya seperti apa sih, kok bisa jadi saksi segala?" tanya Frida pada Tiara. "Waktu di ajak kemarin sih hanya pesta kecil saja, dan ada beberapa teman bisnisnya di sana yang pesta mabuk malam itu," jelas Tiara. "Tuh kan, mungkin teman-teman bisnisnya itu yang jadi pemilik barang terl

  • Pesona sang Biduan   Meminta pertolongan kepada Maria

    Malam itu hanya ada wajah-wajah murung yang nampak di raut muka Tiara dan ibunya, kedatangan Novo semalam hanya membuat keadaan semakin buruk bagi mereka. Bagaimana mungkin bu Ratri merelakan rumah, satu-satunya harta peninggalan almarhum suaminya yang mereka miliki harus mereka tinggalkan. Pikiran Tiara berkecamuk, entah dengan siapa kali ini ia harus meminta tolong dengan masalah yang seperti ini. Malam sudah larut Bu Ratri masih bersandar lemas di sebuah kursi di depan teras rumahnya. Ia sudah terkantuk-kantuk namun masih saja di tahannya untuk menemani Tiara yang juga tengah nestapa sama sepertinya. "Bu sebaiknya ibu ke dalam, istirahat dulu masalah ini biar aku yang memikirkan," ucap Tiara melihat ibunya sudah menguap menahan rasa kantuknya. "Kenapa ya Bu, paman Novo sampai setega itu pada kita?" tanya Tiara dengan suara yang berat. Bu Ratri belum menjawab apapun, ia selama ini berbaik hati pada Novo karna menganggap ia adalah kakaknya sendiri, namun sepertinya ia salah.

  • Pesona sang Biduan   Amarah seorang biduan

    Tiara masih saja berdiri dari balik tirai jendela ia belum membuka pintu sebelum melihat siapa pria yang ada di depan. "Tiara siapa yang datang!?" Sahut Bu Ratri dari dalam. Bahkan pertanyaan ibunya 'tak dijawabnya agar ia tidak ketahuan sedang mengintip dari balik tirai. Siapa sih orang ini kok 'gak berbalik gumamnya, pikiran yang muncul pun bermacam-macam memenuhi isi kepalanya, jangan-jangan ibu punya utang lagi dan orang ini datang menagih. Beberapa menit Tiara menunggu pria itu berbalik untuk melihat wajahnya, namun ia hanya asyik menghisap rokoknya. Apa sebaiknya aku tinggalkan saja orang ini, menyebalkan membuang waktu saja, pikir Tiara. Namun baru aja ia berniat kembali ke dapur sosok pria itu kembali mengeruk pintu, lalu Tiara kembali membuka sedikit tirai jendela untuk melihat siapa orang itu. Alangkah terkejutnya ia melihat paman yang sangat di benci olehnya yang datang berkunjung. Tanpa membuka pintu ia kembali ke dalam dapur dengan kesal, wajahnya memerah menahan

  • Pesona sang Biduan   Akibat pesanan kue

    Frida yang sejak tadi menelpon Maria tak juga menerima panggilan darinya, seperti biasa di waktu-waktu seperti itu ia banyak menghabiskan waktunya bekerja atau mungkin malah sedang mengadakan pesta. "Ponselnya aktif tapi 'gak di angkat, kali aja dia sedang sibuk?" "Mungkin saja, mba Maria 'kan banyak kerjaan sebagai bos di beberapa bisnisnya." Kata Tiara mengamini ucapan Frida. Jika ada kabar dari mba Maria, aku akan kesini besok, kita datang saja ke cafenya bagaimana Tiara?" "Ok!, besok aku tunggu ya!" Jawab Tiara dan mengantarkan Frida hingga ke pintu depan, lalu kembali ke aktifitasnya seperti biasa duduk untuk menulis di buku diary miliknya. Tiara menuliskan kata demi kata dalam buku diary itu, apa yang di alami kemarin bersama Erick tak lupa ia tuangkan di dalamnya. Namun kata-kata indah yang mengalir harus terhenti mendengar teriakan ibunya yang memanggil dari dalam dapur. "Tiara tolong belanjakan ibu bahan kue, untuk pesanan, hari ini ibu terlalu sibuk jadi tidak sempat

DMCA.com Protection Status