Share

15. Kematian Marcus

Author: Isqa
last update Last Updated: 2023-03-31 18:19:25

Perdebatan dari dua sosok anggota inti Robert hanya ditatap tenang oleh Marcus. Terlihat mereka saling berperang menyemburkan air, begitu menikmati hidup di kapal mewah ini.

Sementara pasangan muda yang diburu, turun kapal dengan sekoci, dan dua ajudan yang jadi supirnya ikut mengiringi. Mencoba lolos, demi menempuh hidup bahagia. Laju kendaraan darurat itu berlawanan arah sekarang.

“Hei! Robert memberitahuku kalau dia akan segera sampai,” tukas Antonio yang sedang memegang ponselnya. Pertengkaran dengan Barbara telah usai, mereka basah kuyup dan menjadi tontonan mata-mata para pemuja.

Langit siang pun mulai diselimuti rentangan tangan sore. Langkah kaki beraturan dari pantofel hitam, seakan membisikkan keadaan. Mulai berdiri diam di depan salah satu pembatas, dan membuka pintu kamar yang memperlihatkan sosok tiga anggota inti kesayangannya.

“Selamat datang,” sapa Barbara yang sedang merokok di sofa. Dua lainnya hanya menatap tenang tanpa menyapa.

Namun, seringai tipis dikibarkan soso
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesona Wanita Terkutuk   16. Pesan Terakhir

    Tersentak, dua sosok yang berpikir takkan ditemukan justru ketahuan. Mereka mendelik kaget pada rupa menawan di belakang sana dengan langkah angkuhnya.“R-Robert!” pekik Evelin. “Bagaimana bisa?!” gadis itu gemetaran. Cristhian terkejut, nama yang di dengar tak asing dan membuatnya berdiri di depan sang pujaan. Sebagai pelindung, jika terjadi apa-apa.Tersenyum. Perlahan guratan itu melebar membentuk seringai. Membelah wajah untuk memperlihatkan seberapa menakutkan sosok yang berjalan dan akhirnya berdiri tenang sejarak lima meter dari mereka.“Lari dan terus lari. Mau sampai kapan? Sudah kukatakan bukan? Pengkhianatan harganya mati,” dan ia pun melemparkan kalung perak tepat di hadapan mereka.Terbungkam.Evelin terbelalak, kakinya gemetar pelan dan mencoba melangkah ke depan.“Evelin!”Cegatan Cristhian diabaikan karena perasaan sudah hancur tak tertahankan. Sang gadis muda, akhirnya meraung keras mendapati kalung yang terbuang di hadapan. Sesak di dada di mana itu ternyata merupaka

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   17. Lucius dan Lucia

    Gadis itu terperangah saat mendengar suara serak di sampingnya. Sontak saja ia bangkit dan memasang kuda-kuda aneh sebagai bentuk perlawanan.“Kakak kenapa? Kaget begitu,” tanya sang pemuda.“Kakak? Kau siapa?! Seenaknya saja memelukku!”Wajah berkerut bingung pun tersirat di rupa asing itu. “Apa ini? Masa Kakak tidak kenal aku. Aku Lucius, adikmu.”“Adik? Kau gila?! Aku tidak mungkin punya adik sepertimu!”“Oh, ayolah, Kak. Jangan bercanda begitu. Tunggu! Atau jangan-jangan kau hilang ingatan? Masa iya? Kuda itu tidak mungkin menendang kepalamu sekeras itu!” paniknya dengan tangan memegang wajah sang gadis muda.“Brengsek! Berani-beraninya kau menyentuhku!” marahnya sambil mengunci lehernya.“Agh! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan, Kak?! Kau gila?! Kau mau membunuhku!” rontanya mencoba membebaskan diri dari cekalan perempuan itu.“Katakan dengan jujur! Kau siapa?! Kenapa kau mengaku sebagai adikku?! Sekali lagi kau berbohong kupatahkan lehermu!”“Kau benar-benar gila sialan!” sontak

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   18. Sosok tak terduga

    Terbungkam. Seolah-olah dia tahu apa saja yang ingin ditanyakan Evelin. Bahkan jeda untuk bersuara juga tidak diberikan.“Kakak dan aku saling memanggil dengan nama panggilan, Luc. Sehingga takkan ada yang tahu kalau kita berasal dari Tenebris. Bagaimanapun juga, perjuangan untuk bisa hidup sampai saat ini tidaklah mudah. Ada banyak yang dikorbankan dan itu neraka. Kuharap cepat atau lambat ingatanmu kembali, Lucia.”Terdiam. Sentuhan yang ditorehkan Lucius ke pipi Evelin menusuk kesadarannya. Tak terlihat kasih sayang sebagai saudara, dan entah kenapa sensasi anehnya mengingatkan pada sosok tidak diharapkan.Robert.Dan Lucius terasa agak mirip dengannya.“Bersiaplah, karena siang ini kita harus bekerja.”Selesai mengatakan itu, sang pemuda pun pergi meninggalkannya. Menjelang waktu yang ditentukan, keduanya sudah bersiap dengan pakaian bak pengelana. Dihiasi jubah gelap sebagai luaran, Evelin tertegun menyaksikan penampilan adiknya.“Kenapa kau menutup mata kirimu?”“Karena kita uni

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   19. Cristhian dan Kaizer

    Tiba-tiba, hunusan pedang kasar pun diarahkan ke Lucius. “Ugh!” geram sang pemuda akibat serangan yang menekan.“Berani-beraninya kau membunuh komandan, Bocah!” hardik Kaizer.Tapi justru seringai yang diberikan Lucius. “Selamat tinggal, Pangeran,” ia pun memutar tubuh dan memberikan tendangan ke perut lawan.“Yang Mulia!” teriak prajurit lainnya.Dan tanpa keraguan Lucius menarik lengan Lucia. Mengejutkan gadis itu juga musuh-musuhnya.“Berhenti!” teriak sosok yang memakai zirah putih tadi.Tapi terlambat. Lucius juga Lucia, melompati tebing yang ternyata aliran sungai menantinya. Sungguh mereka tak bisa berkata-kata akibat keberanian keduanya.“Mereka kabur,” Kaizer berujar santai.“Terus? Apa yang harus kita katakan pada Raja? Pembunuh tangan kirinya kabur. Begitu?” sosok berzirah putih menatap jengkel lawan bicara. Laki-laki yang beradu pedang dengan Lucius tadi hanya diam. Sorot matanya, masih memandangi aliran sungai di bawah sana. Deras, namun ia yakin dua orang itu baik-bai

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   20. Raja Kaztas

    “Darkas?”Lucius hanya tersenyum menanggapi keheranan sang kakak. Wajar jika Evelin bingung. Jika Darkas kerajaan musuh, kenapa adik anehnya itu setuju menjalankan misi darinya? Padahal saat membahas Orion, ucapannya seolah-olah ingin menguliti mereka.“Jika mereka yang menghancurkan Tenebris, kenapa kam—”“Karena kita miskin,” potongnya tiba-tiba. “Tak peduli gelar apa yang kita miliki, itu tidak menolak kenyataan kalau sekarang kita cuma dua bersaudara miskin. Apa yang bisa diharapkan? Bahkan singgasana ayah untuk dipamerkan juga tidak ada. Jika bisa menjilati salah satu dari mereka dan mendapatkan uang, apa salahnya? Kita juga bisa mengadu domba lainnya.”Evelin terdiam. Ucapan Lucius memang mengejutkan tapi ada benarnya. Di posisi mereka, yang bisa dilakukan hanya menerima semua uluran di depan mata. Entah itu pekerjaan berdarah atau bantuan kemiskinan.Tapi saat mendengarnya langsung, aneh tetap merasuki hati. Mungkin Evelin sudah menerima kenyataan yang ada. Di mana sosoknya mer

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   21. Atlea sang singa

    “Serang!” teriak laki-laki itu.Dan puluhan prajurit Orion yang bersamanya pun langsung bergerak maju dengan beringas.“Sial, Luc!” gadis itu menoleh pada saudaranya. “Ayo kita bantai mereka,” seringai Lucius tiba-tiba.Sang pemuda pun maju sambil menarik salah satu pedang di pinggang. Evelin yang menyaksikan itu terperangah. Masih ragu dengan keputusan gila adiknya.“Dasar!” umpatnya.Tak ada pilihan, mereka diserang. Bertarung atau mati musuh-musuhnya pasti takkan memberikan ampunan. Tanpa keraguan pedang yang tak bersegel pun ditariknya. Sepertinya, keputusan akhir memang hanya mengamuk saja.Lucius sudah duluan melancarkan serangan brutal pada lawan. Pola bertarung serampangan miliknya, jelas mengusik Atlea. Ini pertama kali baginya melihat ksatria asing terlebih pembunuh bayaran bergerak seperti itu.Tak begitu menarik untuk ditiru namun berhasil membunuh lawan dalam sekali tebasan. Membuatnya yakin kalau rumor eksekutor berdarah tanah gelap pantas disandang dua orang di depannya

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   22. Dua tenebris dan singa Orion

    Hening.Semua berisik seolah ditelan penampakan di luar dugaan. Mata merah layaknya ukiran berlian abadi, merona di netra seorang Lucius.Semua pandangan yang menyaksikan, merasakan desiran aneh ketika menatapnya. Seakan tersihir agar mendekat pada sosoknya.Sayangnya raut berbeda ditampilkan Atlea. Bahkan jika dia terpengaruh, tapi fokusnya luar biasa. Segera ia alihkan pandangan sekilas dan melirik dingin musuhnya.“Jadi mata aneh itulah yang ada di balik penutup. Kau, apa kau seorang penyihir? Menilik kemampuanmu, aku tak yakin kau sekadar pembunuh bayaran biasa. Kau bangsawan bukan?” Perlahan Lucius mengangkat tangannya. Menyisir poni yang menutupi mata kanan sehingga semakin angkuh perawakan.Segaris lekukan tipis membentuk senyuman. Dan suaranya mendingin berbeda dengan sebelumnya. Lucia yang masih setia memandangi, merasakan hawa tak biasa. Seakan kematian berdiri tepat di depannya.“Luc—”“Siapa pun aku, apa pedulimu?” Lucius malah memotong ucapan Lucia. “Bahkan kalau pun k

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pesona Wanita Terkutuk   23. Ambisi sang Pangeran

    Senyum merekah terpatri. Begitu indah rasanya, sangat pantas dipamerkan laki-laki bermata aquamarine itu. Rambut perak dengan poni menyentuh alis rapi membingkai wajah, ditambah ukiran rupa selayaknya dewa, sungguh menggoda untuk mencuci mata.Namun sorot mata sayu yang menajam itu mengernyitkan dahi penontonnya. Merasa penasaran akan jawaban karena tak kunjung dilontarkan.“Pangeran?”“Aku menginginkan utusan itu.” Behella Nel Markaz terdiam. “Aku menginginkan utusan itu, Paman. Bisakah kau bawakan padaku?” sorot matanya memancarkan ambisi.Sang wakil Raja hanya terkekeh menanggapi. Mendekat, namun langkahnya tertuju pada kuda di belakang sana. Di mana hewan itu sibuk mencari makan di dekat pinggiran sungai.“Apa yang kamu inginkan? Mereka cuma pembunuh pinggiran.”Siez berpaling, melirik Behella lewat sudut mata. Seringai melebar di bibirnya dan itu jelas tak terlihat di pandangan adik ayahnya.Lagi pula, cerita yang dilantunkan wakil raja Darkas menjadi hiburan tersendiri baginya.

    Last Updated : 2023-03-31

Latest chapter

  • Pesona Wanita Terkutuk   48. Pedang Sova

    “Sova, seandainya kita mati, bagaimana?” pertanyaan sosok bersurai merah itu membuat laki-laki berambut coklat terang di depannya mengernyitkan dahi. “Kau takut?” Bharicgos terkekeh pelan. Perlahan pandangan diedarkan ke sekitar, sayup-sayup suara gagak menyusup masuk ke telinga. Semakin lama semakin terdengar keras mengiringi langkah keduanya. “Aku hanya bertanya, kenapa jawabanmu malah seperti itu?” “Kita takkan mati dengan mudah. Apa lagi kau Bharicgos, mereka hanya membuang nyawa ke hadapan kita.” Dan ringkik kuda yang terasa jelas mulai menghampiri keberadaan mereka. Tampak di halaman istana Tenebris, kehadiran beberapa prajurit berzirah merah. Semangat yang tercetak di wajah mereka, senjata beserta bendera yang dikibarkan di tangan pun menjadi tanda dimulainya pertarungan keduanya. “Begitu ya, kau benar juga. Terima kasih sudah menghiburku, Sova Aviel Ignatius.” “Sova, padahal kau bilang kita tidak akan mati. Lalu kenapa pedang iblismu ada di bocah ini?” bersamaan dengan o

  • Pesona Wanita Terkutuk   47. Hion & Bharicgos

    Hempasan angin kasar menghantam mereka. Semua disebabkan oleh senjata Haina dan juga Lucius yang beradu. Rantai berduri ataupun pedang terselubung itu tampak seimbang. "Kau Tenebris. Kenapa menyerang?" Mendengar itu Haina menyentak rantainya. Memaksa Lucius mundur beberapa langkah. Walau sosoknya terluka namun tak meruntuhkan kekuatan Haina. Selain tampang angkuh yang sekarang melekat di muka. "Bukankah sudah jelas? Tentu saja untuk membasmi kalian." Seketika mata Lucius menyipit tajam. Jawaban konyol barusan jelas bukanlah yang ia harapkan. Sementara di satu sisi, Hion sekarang sedang berhadapan dengan dua Darkas. "Hati-hati. Dia sepertinya menguasai beberapa aliran pedang." Tentu saja penjelasan Bharicgos menyentak pendengaran rekan-rekannya. "Sepertinya Ignatius memang terlahir luar biasa ya," Siez menggeleng pelan. Teringat kembali dengan sosok Lucius di seberang. Pemuda delapan belas tahun itu pun juga serupa. Dilihat dari keahlian berpedangnya bisa dipastikan ia memaka

  • Pesona Wanita Terkutuk   46. Pertemuan para Ignatius

    Sorot mata tenang sosok berambut perak itu, terus saja memandangi pemuda bersurai coklat. Bahkan setelah pertemuan para utusan delapan kerajaan berakhir dengan ketegangan, Lucius tak terlihat menyesal. Ia bahkan sempat menatap remeh pada laki-laki di depan mata. Siez Nel Armarkaz. Penolongnya yang sudah membuat mereka bisa pergi dari sana. Andai Lucius tetap gigih memprovokasi Orion, mungkin saja beberapa orang yang menganggapnya ancaman akan segera membantainya. Terlihat dari tatapan tajam ratu Virgo kepadanya. "Darkas, apa kalian berkhianat?" pertanyaan Raja Aquarius saat Siez dan pamannya maju untuk menengahi keadaan memantik sebuah kenyataan. "Berkhianat?" Siez tersenyum hangat. "Dia rekan kami. Tak peduli siapa sosoknya, sudah tugas Darkas untuk melindungi orang-orang yang bekerja sama dengannya. Bukankah begitu? Pangeran Kaizer." Tapi tak ada tanggapan dari laki-laki yang diajak bicara. Selain tatapan tajam memenuhi suasana. Tanpa kata Lucius berlalu dari sana dan diiri

  • Pesona Wanita Terkutuk   45. Tantangan Ratu Virgo

    Pertarungan antara Kaizer atau pun Eran Lybria dengan para pengganggu memang telah selesai. Tapi tidak dengan Fabina, pedang di tangan pun diarahkan pada leher Lucius yang sudah tak lagi menyerangnya. "Hei! Apa yang kau lakukan?" Dusk Teriel masih bingung dengan mereka. "Musuh memang sudah tak ada. Tapi kita tak bisa menutup kemungkinan akan Tenebris yang tersisa." Orang-orang di sana pun kembali terhenyak. Dan menatap tak percaya pada sosok yang berbicara. "Ada bukti?" Lucius menyeringai. "Tutup mulutmu, hanya karena matamu sekarang tidak merah lagi bukan berarti kau bisa menipuku. Kau sendiri bukan yang mengatakan akan perperangan itu." Dan tak disangka, sebuah hempasan kasar pun menghantam Fabina. Tubuhnya langsung menghantam tanah akibat ulah perempuan yang menatap murka. "Yang Mulia!" Agrios syok melihatnya. Karena bagaimanapun juga dirinya jelas tak mengira kalau sang ratu akan menyerang kerajaan rekan mereka. "Fabina!" Kaizer pun menghampirinya. "Kau baik-baik saja?!"

  • Pesona Wanita Terkutuk   44. Dua iblis Tenebris

    Kehadiran pria itu sontak membuat para utusan Libra murka. Tanpa ragu Tarbias dan juga Eran menarik pedang mereka. Berbeda dengan seseorang yang hanya bersikap waspada pada pembantai kerajaannya. Prizia D'Librias. Sosoknya justru tak terlihat marah. "Siapa kau?!" Dusk Teriel jelas terkejut melihat respons para utusan Libra. "Tel Avir Ignatius. Jadi, apa kalian juga ingin bertarung denganku?" Ignatius.Nama belakang itu menyentak Lucius. Ia menatap tak percaya pada laki-laki yang bisa dipastikan berasal dari kerajaannya. Namun rupa asing Tel Avir membuatnya waspada. Karena bagaimana pun tak semua Ignatius sejalan dengan prinsip Tenebris. Apa lagi orang asing di depan mata tak pernah tampak di kerajaan semasa hidupnya. "Berani-beraninya keparat sepertimu muncul di sini!" suara senjata yang beradu pun melukiskan suasana. Pedang sang komandan Eran Lybria, dan juga pisau panjang tamu tak diundang itu saling bertemu dengan percikan di mata bilah keduanya. Seolah tak peduli lagi pada

  • Pesona Wanita Terkutuk   43. Tenebris Pengganggu

    Kalimat laki-laki itu pun memaksa beberapa orang memasang muka masam. Hanya seseorang yang menyeringai, siapa lagi kalau bukan Siez Nel Armarkaz. Sosoknya yang berpakaian serba hitam itu memang mampu membuat Orion menatap murka. Dan akhirnya Kaizer hanya bisa mengepal erat kedua tangannya. Sorot mata yang tak lepas dari dua utusan Darkas menandakan kalau dirinya masih tak terima. Tapi senggolan pelan yang dilayangkan Fabina menyadarkan sang pangeran. "Tenanglah, kita akan berurusan dengan mereka nanti." Kaizer terpaksa membuang muka. Pertanda kalau dirinya setuju akhirnya. "Jadi, apa yang ingin di bahas pada pertemuan ini?" Aqua D'Rius Argova bersuara. Raja kerajaan Aquarius itu menatap lekat utusan salah satu kerajaan yang memicu kehadirannya di sana. Dan orang-orang yang duduk di meja itu ikut menatap sumber pandangan. Tiga utusan dari kerajaan Libra pun dilirik bergantian. Sampai akhirnya salah seorang yang memiliki surai pirang dan bermata hazel menghela napas pelan. "Juj

  • Pesona Wanita Terkutuk   42. Delapan kerajaan

    Rambut pirang sepinggang itu bergerak indah saat disapu angin. Mata ambernya, sosok tenang nan berwibawa, dialah Ratu Ariena Vergiva yang baru saja turun dari kereta kuda. Kerajaan Aries. Dialah pemimpinnya sekaligus utusan yang hadir di sana. Di sisi wanita itu turut hadir seorang pemuda yang tampak pemalu. Surai blonde dengan mata emerald nan sesekali melirik sekitarnya. Walau dirinya lebih banyak menunduk di samping sang ratu. Dusk Teriel. Komandan utama kerajaan Aries itu sesekali melempar senyum pada sosok yang ditemuinya. Pria 40 tahun dengan rambut, netra, dan juga kulit serba coklat. Walau begitu ia cukup menawan, apa lagi fisik kokoh miliknya, akan sangat menyenangkan bagi para pemuja untuk bersandar di dadanya. "Selamat datang di tanah Hades, Yang Mulia Ratu, suatu kehormatan bagi keluarga kami bisa menyambut anda di sini," begitulah sambutan dari kepala keluarga Hadesia. "Terima kasih, Tuan. Seharusnya aku yang berterima kasih karena kalian sudah memberikan izin bagi

  • Pesona Wanita Terkutuk   41. Wanita Penggoda

    Haina Ver Ignatius. 23 tahun, sosok yang memiliki tato di bahu kanan dan juga paha itu menggerutu pelan. Memakai pakaiannya yang cukup menggoda. Belahan dada yang terpamer nyata, atau keindahan pahanya menjadi sensasi tersendiri untuk cuci mata. Hanya saja ada satu orang yang selalu mengganggap badannya tak lebih dari sekadar buah busuk di dekatnya. Siapa lagi kalau bukan sang kembaran, Hion Ver Ignatius. Entah kenapa dia selalu menatap dingin pada wanita. Terkadang tatapan muak seakan ingin mengenyahkan mereka dari pandangan juga ikut tampil di mukanya. Satu hal yang menjadi keuntungan bagi Haina agar tak ditendang dari sisinya, cuma ikatan darah sebagai saudara kembar. "Hion, aku masih belum mandi," lirihnya manja. Tapi sosok itu mengabaikan, langkahnya terus menapaki jalanan ke arah hutan. Membuat sang kembaran menyorot sinis dirinya. "Lihat saja, suatu saat aku pasti akan membunuhmu." "Jika kau benar-benar leluhur pertama, kenapa kau tidak mati?" pertanyaan yang dilontark

  • Pesona Wanita Terkutuk   40. Logos

    "Kau-" ucap Lucia akhirnya. Bahkan pelukan dilepas secara tergesa-gesa. "Siapa kau?! Berani-beraninya kau bersikap kurang ajar padaku!" Sosok itu tertawa remeh. Pandangannya menyapu Lucia, seakan ada yang salah dengan penampilannya. "Bukankah kita sudah bertemu? Di istana agung Tenebris." Gadis itu terkesiap. Pikirannya melalang buana pada ingatan sebelumnya. Anehnya ia mendadak lupa. Dan begitu tangan kokoh sang lelaki menyentuh pipinya, dirinya tersadar seketika. Akan pertemuan yang dimaksudkan. "K-kau-" "Bharicgos Vez Ignatius. Leluhurmu, sayang." Lucia pun memandang jijik padanya. Tak habis pikir dengan sifat orang di depan mata. "Kenapa kau bisa ada di sini?" "Memangnya kenapa?" "Bukankah kau-" kalimat tak lagi dilanjutkan. Ia menengadah karena gemuruh di atas sana kembali berteriak. Menyampaikan insting yang berbahaya akan suasana sekitarnya. Tiba-tiba Bharicgos menunjuk keningnya. "Trucar en absència (memanggil dalam ketiadaan)" selesai mengatakan itu, penutup mata Lu

DMCA.com Protection Status