Beranda / Romansa / Pesona Sang Peri / Bab 83. Perundingan

Share

Bab 83. Perundingan

Penulis: IyoniAe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Hari-hari Fjola selanjutnya dihabiskan dengan menanamkan kepada dirinya sendiri bahwa di sanalah tempatnya. Menikah dengan Barrant adalah takdirnya. Menjadi arti sebuah negeri adalah pilihannya. Ia menyibukkan diri dengan mempelajari protokol istana, peraturan dan adab-adab dalam istana. Ia sangat sibuk. Sampai ketika seorang pelayan memberikan sebuah bungkusan kecil yang dikirimkan oleh Sofia dari Negeri Haust, Fjola mengernyit. Kini kamarnya sudah berpindah lagi, di samping kamar sang pangeran, kamar yang ditempati oleh Lilija dulu.

Meskipun kamar itu bekas Lilija, tak ada satu pun benda yang mengingatkannya kepada gadis itu. Sebab, setelah Lilija meninggal, barang-barang di kamar itu dibawa pergi bersama kereta yang berisi jasad gadis itu ke negeri kelahirannya. Tirai-tirai, sprei, bahkan ranjangnya pun sudah diganti. Lemari juga diganti dengan yang baru. Dan, semenjak kejadian menghilangnya Fjola dulu, Ishak tak lagi jauh-jauh dari gadis itu. Ia selalu menempel ke mana pun Fjola p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Sang Peri   Bab 84. Kegagalan

    Sementara Fjola tengah menuju gerbang perbatasan, Fannar yang misinya gagal malah murung. Beberapa hari ia mengunci diri di kamarnya. Setelah melarikan diri dari istana kemarin, ia bersama anggota Garda lari ke rumah persembunyian yang lain. Untuk menghindari kecurigaan, mereka berpisah. Ia dan Zoe kembali ke rumah persinggahan yang berada di tengah kota dulu, rumah pertama kali ia bertemu dengan sang ketua. Sedangkan Rowan dan Luke bersembunyi entah di mana.Kemarin Mr. Q datang menjenguk mereka. Itu adalah pertama kalinya ia berkunjung ke sana setelah insiden peracunan itu. Ia berkata kepada Fannar bahwa tidak apa-apa pemuda belia itu salah dalam memberikan racun. Toh, membunuh Pangeran Barrant merupakan langkah awal mereka. Meski yang terbunuh akhirnya orang lain, tujuan mereka sebenarnya tercapai. Mereka ingin membuat orang-orang tahu dan sadar bahwa Garda memang nyata, bukan dongeng maupun isapan jempol semata. Dan, mereka juga ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa Garda me

  • Pesona Sang Peri   Bab 85. Peri Satunya

    Jantung Fjola rasanya mau copot ketika kereta yang membawanya semakin mendekati gerbang perbatasan. Ingatan ketika ia mendekati gerbang itu dari sisi yang berlainan dulu membuat darahnya seolah mendesir cepat. Tamparan serta tuduhan dari komandan berbadan besar namun berotak mini membuat wajahnya panas karena menahan amarah. Namun, setelah dipikir-pikir, ia merasa lucu.Mungkin, kalau komandan itu tidak menampar dan mencegahnya masuk, Fjola sudah menjadi debu sekarang. Ia tak akan percaya kepada Arnor. Dan, ia tak akan melakukan perjalanan panjang dengan peri itu.Teringat Arnor membuat Fjola mengutuk dirinya sendiri. Ia memutar-mutar cincin yang dikenakannya untuk mengingatkan bahwa ia sudah memutuskan akan melupakan peri itu dan menerima Barrant sebagai suaminya. Lagi pula, bukankah Arnor menginginkan hal ini juga? Nyatanya, ketika berpisah di celah tembok dulu, dia menyuruh Fjola untuk bersama Barrant dan melupakannya.Kalau memang utusan para peri itu adalah Arnor, ia akan menghad

  • Pesona Sang Peri   Bab 86. Mengintip Pikiran

    Fjola merasa seolah melayang. Meski tubuhnya masih berada di tempatnya berada, pikirannya seolah tersedot ke tempat dan waktu yang lain. Rasanya ia berputar-putar sebentar sebelum penglihatannya kembali jernih. Ia tak lagi berada di depan gerbang, melainkan di sebuah balairung terbuka yang indah sekali. Jalinan ranting berkelidan di atasnya sebagai sebuah atap. Pohon-pohon yang sangat besar berdiri di sekelilingnya. Pohon-pohon itu bahkan memiliki undakan pada batangnya yang besar. Fjola ingin menelusuri undakan itu sampai ke ujungnya, tetapi tak bisa. Sebab, matanya tak bisa bergerak sesuai keinginannya. Namun, dari jauh, ia dapat melihat pohon-pohon besar itu membentang luas hingga ke depan. Daun-daunnya tampak rimbun dan berwarna warni. Sebuah pohon di sebelah kirinya, yang memiliki jarak lumayan jauh hingga tertangkap oleh matanya, berdaun yang berwarna merah menyala. Di pohon lain bunganya tampak biru legam, tetapi di antara daun-daun itu terdapat bunga yang memancarkan cahaya.

  • Pesona Sang Peri   Bab 87. Gagal

    Dunia Fjola seakan runtuh ketika kembali ke tubuhnya yang diguncang-guncang. Telinganya berdenging nyaring sekali sampai-sampai suara Barrant yang berada tepat di sampingnya tak terdengar. Bahkan, kepanikan sang calon suami yang telah menjadi-jadi tak mampu memulihkan kesadarannya. Ratusan anak panah berterbangan menembus tubuh para peri yang berdiri di depan gerbang perbatasan. Namun anehnya, anak panah-anak panah itu tak ada yang mampu membunuh mereka. Panah-panah itu menembus tubuh mereka yang semula padat perlahan berubah menjadi asap lantas menghilang. Hal itu karena kemampuan Agis yang rupanya mampu mengopi tubuh mereka sama baik dengan aslinya. Dalam kenyataannya, mereka berdua berada jauh di dalam hutan, melakukan perjalanan panjang untuk pergi ke Negeri Abadi, tempat di mana tak ada lagi yang akan mengganggu ketenangan mereka."Fjola! Fjola! Apa yang terjadi?" Ishak yang sedari tadi menunggu di kereta pun turun dan ikut menyadarkan gadis itu. Namun, seolah mati, Fjola hanya

  • Pesona Sang Peri   Bab 88. Berkelit

    Fannar tidak boleh berbicara berdua dengan Fjola, batin Barrant tegas. Tidak sekarang, saat gadis itu sedang tidak dalam kondisi yang mampu berpikir jernih. Ia harus mencegah Fannar bertemu dengan Fjola saat ini, bahkan jika harus mengurung pemuda belia itu. Jadi, setelah seorang prajurit membisikkan bahwa adik sang calon permaisuri ingin bertemu dengan kakaknya, Barrant langsung mengambil tindakan.“Katakan kepadanya bahwa Fjola sedang tidak sehat.”Prajurit itu pun menunduk hormat. “Baik, Yang Mulia.” Ia lantas berbalik. Namun, sebelum prajurit itu pergi, Barrant berubah pikiran dengan berkata,“Tunggu, tunggu! Biar aku saja yang menemuinya.” Ia lantas berderap ke ruang pertemuan, di mana pemuda belia itu menunggu. Ketika melewati sudut istana, ia dapat melihat sosok kurus Fannar di depan ruang pertemuan. Pemuda itu tampak mondar-mandir dengan gelisah. Dan, ketika melihat pangeran yang berjalan mendekat, wajah pemuda itu seketika berubah. Ia tampak kesal lantas berbalik badan dan ka

  • Pesona Sang Peri   Bab 89. Pernikahan ke dua

    Fannar terbangun karena percikan air yang dikipatkan Zoe ke wajahnya. Matanya mengerjap. Lengan kirinya berdenyut lagi, tapi tak separah tadi."Apa yang terjadi?" tanya Zoe.Fannar mengangkat tangannya yang sakit. Ada perban di pergelangannya."Aku memutar sendimu tadi. Kurasa sedikit bergeser. Aku sudah mencoba memperbaikinya sewaktu kamu pingsan tadi," jelas Zoe."Trims." Fannar menumpukan siku kanannya ke lantai untuk membantunya bangkit. Tenaganya hampir habis. "Jam berapa sekarang?""Kau belum melewatkan jam makan malam, kok," jawab Zoe mengedikkan kepalanya ke arah meja dapur. Di sana tergeletak berbagai makanan yang diperoleh Zoe. Ada daging panggang yang menggugah selera."Dari mana kau dapatkan daging itu?" tanya Fannar mengernyit."Tetangga kita memberikannya." Zoe berjalan ke dapur, menggeret satu kursi dan mendudukinya. Dengan satu tangannya yang sehat, Fannar melakukan hal yang sama."Kau membahayakan kita. Bagaimana kalau mereka tahu kita Garda?"Zoe memebelah sebongkah

  • Pesona Sang Peri   Bab 90. Usaha Penggagalan

    Keesokan harinya semua orang seakan-akan ingin ikut merayakan pernikahan Pangeran Barrant. Mereka berbondong-bondong ke depan istana yang tentu saja tertutup. Kali ini, mereka tidak diperkenankan hadir, atau bahkan hanya melihat dari kejauhan. Sebab, para prajurit tak mau kecolongan lagi.Nanti, setelah pemberkatan usai, pengantin akan diiring menggunakan kereta ke alun-alun sebentar kemudian pulang. Para prajurit menyuruh mereka ke sana saja jika ingin mengucapkan sesuatu kepada pangeran maupun mempelainya. Lagi pula, dari pengumuman kemarin, Raja telah menyiapkan pesta untuk rakyat di alun-alun.Dengan sedikit kecewa, mereka beralih ke alun-alun kota. Namun, ketika sampai di sana, raut kekecewaaan orang-orang itu tergantikan dengan senyuman. Sebab, di alun-alun banyak makanan dan bir maupun jus yang bebas dimakan secara gratis. Pemain musik bermain dengan gembira, menghibur orang-orang yang mengelilinginya. Sebagian orang yang bisa menari, menari mengikuti irama tersebut, mengajak t

  • Pesona Sang Peri   Bab 91. Hal yang Tak Terduga

    Rencananya, Fannar akan mematik api di bangunan tempat penyimpanan anggur yang letaknya tak jauh dari dapur. Tentu, dengan begitu ia yakin istana akan hancur. Namun, dalam prosesnya ternyata tidak semudah yang dia kira. Tempat penyimpanan anggur itu terkunci. Setiap beberapa menit, ada saja pelayan yang hilir mudik mengambil tong-tong anggur itu. Jadi, dengan sedikit inprovisasi, ia mengubah targetnya menjadi menara tak terpakai di bagian belakang istana.Tanpa diketahui Fannar, menara itu merupakan menara yang sama tempat kakaknya dulu dijebak dan diculik. Zoe membantu pemuda itu mencuri alkohol untuk disiramkan ke kayu-kayu yang bertumpuk di menara. Saat ia kembali, ia melihat Fannar bersembunyi di pohon besar dekat menara itu. Melihat tingkahnya yang aneh, Zoe pun mendekatinya dengan langkah sepelan mungkin.“Ada apa? Kenapa kau bersembunyi di sini?” tanyanya berbisik.Fannar menempelkan telunjuk di bibir, kemudian menunjuk pintu menara yang terbuka. “Aku melihat Rowan dan Luke mem

Bab terbaru

  • Pesona Sang Peri   Ban 99. Tamat

    Fjola bakal percaya kalau dirinya sudah mati apabila makhluk buas yang tadi menyerangnya menghilang. Karena bagaimanapun, ia yakin bahwa makhluk sekeji itu tak mungkin dapat masuk ke dalam dunia kekal nan nyaman serta indah. Lagi pula, saat ia menengok ke samping, Barrant masih tertelungkup tak berdaya.Yang paling membuatnya yakin ini hanya mimpi adalah keberadaan Arnor yang berdiri di depannya, menahan pedang makhluk menyeramkan yang berniat membunuhnya. Padahal, dari kilasan yang pernah dikirimkan oleh Eleanor, saudara kembar Arnor yang memiliki kekuatan pikiran, ia mendapat kabar bahwa Arnor sudah mati. Ditambah ucapan Malakora ketika menyerangnya, Fjola kian yakin bahwa peri itu telah tiada. Namun sekarang, sang peri berdiri di depannya. Tubuhnya solid dan utuh. Meski baru bisa melihat punggungnya, gadis itu yakin Arnor baik-baik saja. Ia hidup.Hati Fjola lega luar biasa. Bahkan saking lega dan bahagia, ia sampai menitikan air mata. Dalam hati, ia bersyukur dapat bertemu lagi de

  • Pesona Sang Peri   Bab 98. Kembali

    Fannar merasa sia-sia melepaskan anak panah ke makhluk yang sedang mengayunkan pedang secara membabi buta di depannya. Pasalnya, kulit makhluk itu sulit dilukai hanya dengan sebuah panah bermata besi. Meski dalam jarak yang dekat serangannya tak mampu melukai lawan. Yang ada si lawan malah bertambah murka.Makhluk itu menusukkan pedangnya yang panjang ke tubuh kecil Fannar tanpa ampun. Dengan kegesitan yang luar biasa, pemuda belia itu mampu menghindar. Tangannya yang bebas meraih benda apa pun di dekatnya untuk dilempar ke makhluk itu. Ia malah tampak seperti anak kecil yang merajuk. Hal itu membuat si makhluk semakin jengkel.Makhluk yang adalah salah satu panglima terkuat Malakora itu pun menyapukan pedangnya memutar ke sekelilingnya. Hal itu menyebabkan baju bagian dada Fannar terkena ujungnya lalu robek.Zoe yang datang setelah memastikan kuda yang membawa lari Fjola dan Pangeran Barrant sudah melaju dan tak kembali pun menghujamkan belatinya ke punggung sang makhluk ketika lenga

  • Pesona Sang Peri   Bab 97. Makhluk Itu

    Langkah makhluk itu tampak mantap saat mendaki bukit. Meski tubuhnya berat sehingga mata kakinya terbenam dalam tumpukan salju, ia berjalan dengan langkah ringan. Seringai menghiasi wajahnya yang jelek, membuatnya semakin jelek. Pedangnya yang tajam dan panjang diseret hingga bagian ujungnya membelah salju di bawah, menciptakan bekas yang mengalur di samping jejaknya. Matanya menatap lurus ke tujuan. Setelah dua hari mengikuti, akhirnya ia mampu mengejar buruannya.Meski rajanya tidak memerintahkan secara langsung untuk memburu mereka, namun dari pengalamannya, Malakora selalu membunuh anggota kerajaan dari negeri yang diserangnya. Ia ingat ketika mereka menyerang salah satu kerajaan yang mayoritas penduduknya merupakan bangsa kurcaci. Waktu itu hampir semua prajurit mereka binasakan. Namun, Malakora tak berhenti membantai.“Sudahlah! Biarkan sisannya kita pekerjakan sebagai budak. Bukankah mereka pandai membuat senjata?” katanya.Malakora yang baru saja merenggut seorang bayi dari de

  • Pesona Sang Peri   Bab 96. Pelarian

    Sementara itu, di sebuah ruangan kecil di istana Malakora, sebuah kotak seluas 2 x 3 meter yang tingginya hanya satu meter dan terbuat dari baja, dengan kaca sebagai jendela, dikunci sedemikian rupa sehingga hanya lubang sepanjang kepalan tangan yang disekat teralis menjadi satu-satunya jalan untuk udara. Seorang peri berambut cokelat kayu dipernis terikat dengan kedua tangannya terentang. Ia tergantung dengan posisi setengah berlutut. Kakinya yang lemah tertekuk ke belakang. Kepalanya menunduk. Bajunya koyak, beberapa bagian tampak bekas terbakar. Darah dan kotoran menghiasi sosoknya.Seorang peri cantik berjalan masuk ke ruangan itu bersama dua pengawalnya yang setia. Salah seorang pengawal itu menarik kursi sampai di depan kotak baja. Setelahnya, peri cantik tadi duduk di sana, menyilangkan kaki dan bersedekap. Matanya memandang kotak dengan pongah. Ia mengibaskan tangan, menyuruh pengawalnya untuk membuka pintu kotak itu.Salah satu pengawal itu tergopoh-gopoh menuju kotak baja, m

  • Pesona Sang Peri   Bab 95. Kematian

    Istal istana kosong melompong. Tak ada kuda maupun kereta yang tersisa. Semuanya lenyap. Ada satu kuda yang berbaring di kandang. Keadaannya tak lebih baik dari mereka. Kuda itu kurus dan lemas. Bahkan untuk mengangkat kepala saja sulit. Fjola tak mungkin memaksanya membawa mereka bertiga, mustahil.“Lepaskan aku,” rintih Barrant. “Aku harus membunuh peri itu.”“Diamlah, Barrant!” Fjola yang kelelahan tambah frustrasi. “Kita ke pintu belakang. Semoga saja ada kuda yang dapat kita gunakan,” tambahnya memberi aba-aba kepada Ishak yang memapah sang pangeran di sisi satunya.Untungnya, pintu belakang istana tidak terkunci, bahkan menjeblak terbuka. Fjola menyeret tubuh Barrant yang langkahnya diseret melewati pintu besi itu. Namun, saat berhasil keluar, Fjola harus kecewa karena tak ada apa pun di sana kecuali seorang prajurit telanjang yang pingsan. Ia dan Ishak berusaha menyeret tubuh Barrant yang kini pingsan menjauh dari istana.Sebuah gerobak berisi tong-tong bekas makanan teronggok

  • Pesona Sang Peri   Bab 94. Penyerangan

    Fjola tengah ditanya apakah ia bersedia menerima Barrant apa adanya, dalam susah maupun senang, dalam sehat maupun sakit, dalam kaya maupun miskin, ketika guncangan itu terjadi. Ia memakai gaun terindah yang pernah dikenakannya, terlembut yang pernah disentuh oleh kulitnya, teringan yang pernah disangganya. Rambutnya yang pendek setengah teralin ke belakang. Sepatunya yang tinggi tampak mengilap dan bersih. Bunga yang disusun indah digenggamnya dengan mantap. Matanya yang sembap karena lagi-lagi menangis, berhasil ditutupi olesan bedak oleh Ishak.Meskipun demikian, kecantikan Fjola hanya menarik decak kagum dari tamu para tamu khusus itu sebentar saja. Sebab, setelah guncangan yang membuat gedung tempat dilaksanakan upacara pernikahan itu bergoyang, orang-orang yang ada di dalamnya terpekik terkejut. Dengung bagai lebah terdengar dari mulut mereka. Tak lama berselang, guncangan itu terjadi lagi. Saking besarnya sampai-sampai tanah bergetar, atap runtuh. Seketika keadaan menjadi kacau

  • Pesona Sang Peri   Bab 93. Serangan

    “Jadi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Zoe setelah melihat Margaret pergi dari menara.Fannar bungkam. Banyak pertanyaan yang berkelebat di kepalanya. Apakah isi tong itu racun? Kenapa membawanya ke gerbang? Dituang di mana? Apakah wanita tua itu bermaksud meracuni seluruh prajurit yang menjaga gerbang? Untuk apa? Apakah dia berniat melarikan diri ke luar tembok? Kenapa perlu meracuni prajurit? Fannar sungguh bingung.“Hei! Bagaimana? Jadi tidak membakar menara ini?” tanya Zoe lagi.Fannar memutuskan, “Kurasa kita harus ganti rencana.” Ia segera menyusul Mr. Quin. Zoe mengikutinya dengan kesal.“Kenapa tiba-tiba?” tanya gadis itu.“Wanita tadi jahat. Kurasa dia tengah merencanakan sesuatu yang berbahaya.”“Tapi, dia petinggi Garda.”Fannar menggeleng. “Kita ditipu, kau ditipu, Garda ditipu.”Mendadak, Zoe berhenti. “Apa?”“Tak ada waktu untuk menjelaskannya.” Fannar menarik tangan gadis itu bersamanya. “Kita harus menghentikan racun itu.”Mereka memelesat mengikuti sang ketua Gard

  • Pesona Sang Peri   Bab 92. Pengkhianatan

    Margaret melenggang ke menara belakang istana dengan mata berbinar-binar. Akhirnya rencananya selama ini berjalan dengan sempurna. Ia akan berkuasa. Meski beberapa kali Barrant menjegal langkahnya, ia tak menyerah. Ia sudah berkorban banyak, termasuk waktu yang lama untuk dihabiskannya dengan berpura-pura mengabdi kepada negara bobrok yang tak berguna ini. Dengan bantuan anak-anak bodoh yang ditipunya, ia mampu mengeksekusi ramuannya yang berharga. Wanita tua itu sudah mencari resep dari tempat yang bahkan berbahaya untuk dimasuki. Demi tujuannya menjadi penguasa, ia bahkan rela kehilangan hati nurani. Ia sudah muak hidup di tengah para manusia bodoh yang selalu merendahkannya. Ia ingin mereka tunduk di kakinya.Setelah hadirnya Fjola kembali ke negeri tersebut, ia tahu bahwa rencana yang telah disusunnya jauh-jauh hari gagal lagi. Ia yang semestinya menjadikan Lilija penguasa pun luput. Semua karena ulah para Garda yang bodoh itu. Seharusnya, ia tak mempercayakan tugas penting itu k

  • Pesona Sang Peri   Bab 91. Hal yang Tak Terduga

    Rencananya, Fannar akan mematik api di bangunan tempat penyimpanan anggur yang letaknya tak jauh dari dapur. Tentu, dengan begitu ia yakin istana akan hancur. Namun, dalam prosesnya ternyata tidak semudah yang dia kira. Tempat penyimpanan anggur itu terkunci. Setiap beberapa menit, ada saja pelayan yang hilir mudik mengambil tong-tong anggur itu. Jadi, dengan sedikit inprovisasi, ia mengubah targetnya menjadi menara tak terpakai di bagian belakang istana.Tanpa diketahui Fannar, menara itu merupakan menara yang sama tempat kakaknya dulu dijebak dan diculik. Zoe membantu pemuda itu mencuri alkohol untuk disiramkan ke kayu-kayu yang bertumpuk di menara. Saat ia kembali, ia melihat Fannar bersembunyi di pohon besar dekat menara itu. Melihat tingkahnya yang aneh, Zoe pun mendekatinya dengan langkah sepelan mungkin.“Ada apa? Kenapa kau bersembunyi di sini?” tanyanya berbisik.Fannar menempelkan telunjuk di bibir, kemudian menunjuk pintu menara yang terbuka. “Aku melihat Rowan dan Luke mem

DMCA.com Protection Status