Beranda / Urban / Pesona Sang CEO / Bab 44. Hubungan Petak Umpet

Share

Bab 44. Hubungan Petak Umpet

Penulis: Zedanzee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-06 05:57:43

“Selamat siang? Bolehkah aku masuk?” tanya Rangga dengan kuluman senyum teramat manis.

Wajah putih Devi berubah menjadi semu merah. Kaget bercampur rindu telah menjadi satu. Sudah seminggu tak bertatap muka dengan kekasih, karena urusan duniawi kini pria itu telah berdiri gagah.

“Wah, baru aja diomongin!” ucap Susi sambil berdiri. “Ya udah aku mau keluar dulu, ada pasien yang mau aku priksa.” Susi bohong. Padahal itu hanya alabi untuk memberikan kesempatan pada sepasang kekasih untuk membayar rindu.

Devi berdiri dan Rangga melangkah menghampiri lalu mengecup kening Devi. Mereka berpelukan saling melepas rindu. Berkali-kali Rangga mencium pipi Devi yang membuat sensasi geli saat bulu tipis dan tajam di area wajah Rangga bertemu dengan kulit Devi.

“Bulu halus ini membuatku geli.” Jemari Devi meraba bulu halus yang tubuh diarea bibir Rangga.

 <

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yunique Djafar
jadi Jessy anak siapa dong, kok bisa
goodnovel comment avatar
Bujang Bal
kok gak up lagi ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Sang CEO   Bab 45. Operasi Gagal!

    Tepat enam puluh menit akhirnya seorang dokter yang masih mengenakan baju operasi warna hijau daun tua membuka pintu, mengatakan jika operasi berjalan lancar. Meskipun ada sedikit masalah namun bisa diatasi.Dengan sigap perawat mendorong tempat tidur Devan menuju ruang rawat inap. Dewi melangkah dengan wajah sumeringah lengkap dengan tetes air mata di sudut mata, penuh haru.Devan tersenyum memandang wanita yang setia duduk di sebelahnya. Pandanganya begitu teduh bak rembulan kala purnama. Dari wajah Dewi terpancar sesuatu yang berbeda, cinta, kesetiaan, ketulusan dan penghormatan semua terletak pada Dewi.Meskipun kadang kala seperti bocah, tapi dari situlah Devan menemukan sesuatu yang dimiliki dari seorang anak kecil. Ketulusan. Entah mengapa baru sekarang Devan merasakan begitu besarnya cinta Dewi padanya. Ke mana saja selama ini baru menyadari hal itu?Dialah wanita yang paling menerima kondisi Devan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Pesona Sang CEO   Bab 46. Garis Takdir

    Di dalam mobil yang Devan kendarai hanya terdengar suara derung mobil dan bising suasana jalan siang itu. Sesampainya di rumah Devan melangkah melewati pintu dengan gontai lalu merebahkan badan di sofa halus ruang tamu. Sedangkan Dewi berjalan kearah dapur mencari minuman segar di kuklas. Diraihnya jus dalam kemasan kotak rasa jambu biji kemudian dituangkan kedalam gelas. “Minumlah Mas!” ucap Dewi sambil duduk di sebelah Devan. Devan kemudian meraih segelas jus dari tangan Dewi kemudian mencicipi sedikit. “Terimakasih,” ucap singkat Devan. Kesegaran jus jeruk nyatanya tidak berefek dengan suasana hatinya sekarang. Cemas, sedih, kalut telah tercampur rata memenuhi isi kepala Devan. “Aku akan hubungi beberapa teman dan mencari informasi ke teman-temanku dokter, Mas.” Dewi duduk tepat di samping Devan, kemudian memeluk dan bersandar tepat di bahu Devan. Keesok harinya Dewi dengan semangat duduk di atas ranjang kamar menunggu Devan keluar dari kamar mandi. Tanpa basa basi saat suaminya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-29
  • Pesona Sang CEO    Bab 47. Panggilan Yang Mengusik

    Devi merapatkan tangannya di atas dada sambil menatap Jessy dan Rangga bermain lempar bola di halaman belakang. Hatinya kembali kacau ketika mengetahui Devan menghubungi Rangga. Sebenarnya hal yang wajar seorang kakak telfon adiknya. Tapi bagi Devi itu hal yang mengusiknya. Itu tak biasa.Terlebih lagi Devan menghubungi hingga lima kali panggilan. Jika waktu bisa diputar mungkin lebih baik dirinya tak membuka ponsel Rangga. Agar tak melihat yang tak seharusnya.Rangga melambaikan tangan. Isarat untuk mengajak Devi bergabung. Tapi Devi tak bernafsu.“Aku akan buatkan minuman untuk kalian.”“Ide bagus!” Rangga mengakat kedua jempolnya diikuti Jessy. Sesaat Devi meletakan jus jeruk lengkap dengan es batu yang menyegarkan. Jessy dan Rangga berlari menghampiri meraih gelas masing-masing. Rangga menhabiskan jus jeruk seketika itu juga. Dan Jessy men

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Pesona Sang CEO   Bab 48. Pertemuan Devan dan Devi

    "Lebih baik kita pulang saja Rangga." Tatapan Devi ke arah jalan, dengan segala pikiran yang berkecamuk. "Bahkan kamu lama sekali tidak berkunjung ke apartemen, sekali-kali kita bisa bersantai di sana." Mulut Devi bungkam, berfikir alasan apa yang masuk akal agar pria ini mau mengikuti kemauannya. Tapi belum sempat otak bekerja, lagi-lagi ponsel Rangga kembali berdering dengan panggilan yang sama. Semakin mengusik pikiran Devi. “Udah angkat aja!” ucap Devi lemas. “Bentar lagi sibuk.” “Aku jadi curiga?” Devi sengaja membuang muka tak ada keberanian menatap wajah pria di sampingnya. “Maksutnya apa?” “Jangan-jangan aku dijebak.” Tanpa menjawab Rangga langsung tahu apa maksud kekasih. Ia perlu melakukan sesuatu untuk membuktikan jika praduga Devi itu salah. Perlahan mobil itu berhenti. Rangga meraih ponsel lalu menelfon balik Devan. “Iya Mas." "Kamu di mana? Susah sekali terima telfon." Terdengar jelas suara Devan. "Maaf sebentar lagi dijalan. Nanti aku telfon lagi ya!” "Ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Pesona Sang CEO   Bab 49. Hubungan Sejauh Ranjang

    Sebuah pagi yang suram kala itu. Entah bagi Devi, Rangga atau Devan sendiri. Yang merasa sedikit bahagia hanya Dewi. Awalnya Devan marah besar, dia tak mengira jika mantan istrinya menjalin hubungan dengan adik kandungnya. Adik yang selama ini ia gadang-gadang, bahkan bukan hanya Devan tapi seluruh wanita muda se-Indonesia yang mengidolakan sosok Rangga, kini membuat Devan hancur. “Dia itu jalang! Kamu bisa cari wanita mana pun yang kamu mau tapi mengapa harus dia?” Rangga membuang muka lalu tertunduk. Wajahnya merah padam berkali-kali wanita yang ia cintai disebut-sebut hina. “Memang ini salah saya Mas. Awalnya tidak ada niatan apa pun tapi takdir yang mempersatukan kita. Sebenarnya saya ingin jujur pada Mas Devan, tapi Devi selalu menolak.” “Takdir? Astaga?” “Iya Mas, awalnya hanya betah bermain dengan Jessy. Toh dia juga keponakanku juga. Tapi ternyata kami tak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Pesona Sang CEO   Bab 50. Misteri Ayah Jessy!

    “Jadi kamu sudah…” Devan mencoba menyakitkan diri bahwa dugaanya keliru.Dengan percaya diri Rangga mengangguk dua kali. “Iya Mas, kami saling cinta. Maafkan saya Mas.”Devan berdiri menatap wajah Rangga dengan sangat jelas. Tampak wajah kejujuran dan ketulusan itu terpancar jelas di wajah adiknya. “Bahkan Jessy bukan anakku. Aku ke sini untuk berobat karena aku mandul.”Devan sekilas menatap Dewi, kedua matanya memberi isyarat untuk meninggalkan ruangan itu. Dengan cepat Dewi berdiri mengandeng Devan. Meninggalkan Rangga yang mematung bak tugu.Kali ini Rangga yang dibuat pusing kepayang. Badannya yang masih letih karena pergulatan semalam, ditambah kenyataan pait yang harus ia terima benar-benar membuatnya stress. Sejak kepergian Devan dari apartementnya ia mencoba menelfon Devi namun tak ada satu pun panggilanya ia terima. Bahkan nomor whatsapp telah di b

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Pesona Sang CEO   Bab 50. Kedatangan Rangga

    Sekilas Devi menatap mobil warna putih melintas tepat disampingnya yang melaju dengan kecepatan penuh. Hanya seperkian detik saja Devi melihat mobil putih itu menyalip dan hampir menyenggol bis dihadapnya. Nyaris kecelakaan. Entah apa yang terjadi jika dua kendaraan itu saling bersentuan.Bukan hal itu yang mengusik Devi tapi mobil itu mirip milik Rangga. Meskipun di jalan mobil warna putih tidak terhitung namun melihat mobil warna putih yang baru sja melintas benar-benar mengusiknya.Taksi online itu benar-benar melaju ke Malang melalui jalan tol lalu menuju ke kota Batu. Sampailah di alun-alun Batu, sopir itu menunggu di parkiran dan Devi sebentar saja keliling taman. Bukan mendapatkan fikiran fres justru semakin stress, kala melihat sepasang kekasih saling bercengkrama. Devi yang malas lantas meminta balik ke Surabaya.Namun baru saja membuka pintu gerbang ia telah mendapatkan pemandangan yang ingin membuat lari

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19
  • Pesona Sang CEO   Bab 51. Sebuah Kejujuran

    Devi tak menjawab, hatinya begitu bergemuruh. Hatinya terasa diremas hingga hancur. Pria kesayanganya ternyata benar-benar menunggu di ruang tamu. Termenung sendiri dengan makanan dan minuman yang disediakan asisten rumah tangga Devi. Biasanya dari tangan Devi sendirilah segelas air putih untuk Rangga disediakan. Tepat pukul delapan malam ketika Jessy telah terlelap. Saat Devi selesai membacakan sebuah buku dongeng si kacil di halaman nomer tiga, dengan perasaan penuh harap Devi turun ke ruang tamu. Berkali-kali dirinya berdoa semoga Rangga sudah pulang. Jika menurut jadwal hari ini yang Devi ketahui malam ini kekasihnya harus ke luar kota. Dengan langkah yakin Devi berjalan menyusuri tangga. Matanya tertuju pada rambut yang sedikit ikal masih di tempat yang sama. Bahkan Rangga menyadari kehadiran Devi. Dua hati berdetak kencang dengan emosi yang belum tersalurkan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-19

Bab terbaru

  • Pesona Sang CEO   Tamat

    “Bekerja di bidang apa Bu?” tanya Max sangat kaku.“Jangan panggil Bu. Terlalu formal. Panggil saya Devi,” pungkas Devi tegas.Max menelan ludah. Dia salah lagi. “Oh maaf Devi. Kamu bekerja di bidang apa?”“Salon kecantikan. Kamu?”“Kontruksi. Pantas saja.” Max tersenyum lebar ke arah Devi sambil mengendalikan kemudi.Kening Devi sedikit mengkerut. “Pantas apa?”“Cantik.”Devi tersenyum lalu melihat ke arah jalan raya yang semakin padat. Dia tidak terlalu tertarik dengan jawaban Max, menurutnya terlalu berlebihan.Entah angin dari mana, ucapan Susi kembali mengema. Seperti kaset yang diputar berulang dengan kalimat yang sama. “Cobalah dekat dengan pria dan lunakan hatimu.”Max tidak terlalu buruk. Di usia yang sama dengan Devi yang telah memasuki kepala empat tubuhnya masih segar bugar dan tampan. Bicaranya juga sopan, memiliki anak seusia Jessy. Dia pasti juga pengalaman menjadi orang tua. Pasti cukup nyambung untuk sekedar bicara dan ngobrol lebih jauh.Devi mulai berpresepsi tentan

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 19. Max, Si Pria Kekar

    Devi berjalan terburu-buru setelah memarkirkan mobilnya di halaman sekolah Jessy. Dia terlambat lima menit menghadiri rapat pengambilan rapot Jessy.Akan tetapi langkah kaki itu terhenti ketika sebuah mobil sedan warna hitam melintas tepat di hadapnya kemudian berbelok hendak parkir di samping mobilnya.Suara retakan terdengar keras di belakang Devi. Kedua bola matanya melihat dengen jelas bagimana orang itu menabrak spion mobilnya. Dan kini langkah Devi benar-benar terhenti.Niat untuk segera masuk ke ruang kelas Jessy terhenti seketika. Dia perlu membuat perhitungan dengan orang tolol yang telah menabrak mobilnya.Devi berdiri di samping mobil sedan warna hitam, menunggu sang empu keluar dari dalam mobil. Orang itu harus diberi pelajaran, siapa tahu dia sebernarnya orang yang tidak mahir membawa mobil namun nekat mengendarai.Sepatu datar mengkilat dengan moncong sedikit keatas keluar terlebih dahulu dari dalam mobil. Seorang pria dengan tubuh kekar dengan kemeja yang minim keluar d

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 18. Haruskah Berkencan dengan Pria?

    Mantan kekasih adalah belegu.Sebuah kalimat yang cocok untuk Devi saat ini. Rangga kembali datang menawarakan sebuah pertemanan, namun bukan itu sebenarnya. Devi mengerti tidak ada pertemanan murni dengan mantan.Kemungkinan untuk masuk ke jurang yang sama masih jelas ketara. Akan tetapi jika terus menerus menghindari Rangga justru semakin pria itu terpacu adrenalin.Devi harus melalukan sesuatu agar berhenti mengusiknya.“Oke. Aku memaafkanmu, kita bisa berteman. Tapi tolong beri aku ruang dan waktu. Tidak mudah aku kembali pada masalalu walau hanya untuk berteman!” Suara Devi terdengar sedikit kaku dengan dua bola mata menatap penuh ke arah Rangga.“Beri aku waktu!”Rangga berdehem. “Apa yang harus aku lakukan?”“Dua minggu saja kamu berhenti menemuiku?”“Kenapa?” tanya Rangga.“Beri aku ruang dan waktu!”Pertemuan itu berlangsung cukup sengit. Namun, membuahkan hasil bagi Devi. Pria itu pergi dari ruangan Devi, meskipun dengan perasaan yang begitu kacau.Kini yang ada hanya Devi y

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 17. Penyesalan

    Satu bulan setelah pertemuan itu Devi menolak untuk bertemu Rangga. Bahkan urusan kerja sama dengan Erlangga ia serahkan penuh ke Susi. Ia benar-benar menolak untuk bertemu dengan Rangga.Rasa tersinggung karena ucapan Rangga kala itu masih lekat di otak Devi. Namun, siapa sangka selama satu bulan itu juga Rangga tidak berhenti mengusik dirinya. Dari mengirim buket bunga sampai makanan hingga beberapa batang coklat.Akan tetapi akhir dari buket bunga-bunga itu ialah tong sampah jika untuk makanan Devi biarkan karyawan yang menghabiskan semua.Sedikit pun ia tak lagi terkesan dengan godaan yang diberikan Rangga.Sebenarnya hal itu ia lakukan agar untuk menjaga hati akan rayuan Rangga. Ia tahu pria itu sudah berubah, tidak lagi sama seperti dahulu. Kini Rangga lekat dengan alkohol dan rumor-rumor miring.Devi juga tak bisa menampik kabar yang beredar jika Rangga saat ini sedang dekat dengan beberapa model dan juga artis kontroversial. Beberapa kali Rangga datang ke kantor, tapi Devi

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 16. Kencan Dengan Masalalu

    Berdua dengan mantan kekasih yang pernah mencintai begitu dalam adalah siksaan nyata. Urat di belakang leher Devi terasa kaku, jantung terus dipacu berdetak lebih keras. Sesekali Rangga mentap lalu buang muka, dan itu sedikit memuakan untuk Devi. Tapi itu tidak berlangsung lama ketika ponsel Devi berbunyi, meskipun itu panggilan hanya dari staf kantor dan bisa dialihkan tapi hal itu menjadi kesempatan Devi untuk keluar ruangan itu. Dan ia dengan sengaja kembali dua puluh menit kemudian ketika semua sudah berkumpul di bilik 55. Meeting dan sekaligus makan sing berlangsung singkat; dua jam. Kali ini Devi hanya berkata jika perlu, tidak banyak basa basi apalagi bercanda, terlebih lagi Rangga. Pria itu hanya menjadi pendengar, sambil terus memainkan mata ke arah Devi. Semua setuju project akan digarap satu minggu yang akan datang. Sebagai bentuk penutup acara semua yang ada dalam ruangan itu saling berjabat tangan. Termasuk Rangga dengan Devi. Akan tetapi jabat tangan kali ini Rangga d

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 15. Di Bilik 55

    Kurang dari tiga puluh menit pertemuan di mulai. Seorang pria dengan kacamata hitam bertubuh tinggi dengan rambut sedikit ikal berjalan memasuki bilik ruangan no 55. Di pertemuan ini pria itu sengaja mengenakan kemeja kualitas premiun berbahan flannel, dengan lengan panjang. Dan untuk celana ia mengenakan celana jins warna hitam. Pria itu juga mengenakan sepatu kanvas dengan model kasual sebuah penampilan sederhana tapi tetap modis. Untuk pertemuan dan tebar pesona. Namun langkahnya terhenti sebelum memasuki ruangan itu. Dari cela pintu kaca terlihat jelas sosok wanita yang sangat ia kenali. Dua mata Rangga kini tak lepas dari sosok wanita dengan dres berwarna hitam polos berkalung mutiara sedang duduk menatap ponsel. Bersyukur wanita itu fokus ke poselnya, hingga tidak menyadari kehadiran Rangga. Rangga bergumam, sedikit kesal ternyata Devi jauh lebih dahulu sampai restoran. Padahal pria itu percaya diri jika kehadiranya menjadi hal yang mengejutkan bagi Devi. Tapi sebaliknya ia

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 14. Kembalinya Rangga

    Devi sengaja datang lebih awal di restoran tempat ia akan meeting. Ia memilih restoran di hotel paling terkenal mewah di Surabaya dengan menu-menu ala Itali. Beberapa kali Susi dan Iqbal sedikit komentar tentang restoran yang dianggapnya sedikit berlebihan. Akan tetapi hal itu tidak jadi beban Devi. Ia rela datang satu jam lebih awal untuk memastikan semua maksinal. Menu makanan, minuman ia memilih yang paling laris dan enak. Ia bahkan berani memberi tips khusus untuk kepala staf pelayan restoran itu, untuk tidak mengecewakan dirinya apa lagi relasi bisnis. Hal itu ia lakukan bukan hanya semata-mata meeting dengan Erlangga tetapi bakal calon tiga model yang akan membintangi produknya. Semua bukan orang sembarangan. Salah satunya ia Devi kenal betul. Luar dan dalam model itu. Sepuluh tahun berlalu sejak berpisah dengan Rangga kini ia harus bertemu kembali. Bukan untuk urusan pribadi tapi untuk urusan bisnis. Hal itu ia benci tapi sulit sekali untuk ia hindari. Dan semua itu terjadi

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 13. Kembalinya Masalalu

    Hari ini tidak sepenuhnya menyebalkan untuk Devi, karena sore hari pukul tiga ia telah menandatangi kontrak kerja sama dengan brand fashion terkenal di Indonesia dan dua tahun belakangan sudah masuk ke skala Internasional. ERINA, sebuah brand fashion baju yang kini sedang digadungi nyaris semua lapisan masyarakat Indonesia.Setidaknya dengan kolaborasi dengan brand ERINA, sudah dipastikan produk sekaligus salon yang Devi kelolah bakal semakin melesat. Bukan hanya di Indonesia tapi juga kawasan Asia Tenggara.“Untuk urusan model serahkan pada saya. Saya akan mencari model atau artis yang bisa membawa berlian untuk produk kita.” Pria dengan rambut hitam mengkilat itu melepas kaca matanya, dilipat lalu diselipkan ke kantong kemeja. Ialah Erlangga pria berusia empat puluh tahun, pemilik tunggal brand ERINA.“Tentu saya akan senang. Saya percaya pilihan Pak Erlangga. Semua tahu jika beberapa tahun ini ERINA tidak pernah gagal mengeluarkan produk.” Devi tersenyum puas. Begitu pula dengan Su

  • Pesona Sang CEO   S2. Bab 12. Ibu Otoriter

    Perang dingin itu belum usai hingga sarapan ke esok harinya. Jessy masih dengan mulut rapat, lekuk wajah kaku. Dan hal itu sering terjadi jika Jessy sedang marah. Sebaliknya bagi Devi hal itu bukan hal yang memberatkan pikiran, ia sudah biasa dengan sikap kaku Jessy. Toh berjalan waktu nanti semua akan membaik.“Untuk sekolah SMA, mama udah dapat sekolah yang pas buat kamu Jes. Sekolah ternama, ramah untuk siswi putri dan kurikulumnya menurut mama bagus.” Devi tersenyum manis sambil memandang wajah Jessy yang semakin tertunduk. “Mama juga sudah daftarkan Jessy les matematika dan fisika juga. Mungkin nanti juga akan ada les model, Mama pengen nanti kalau Jessy udah tujuh belas tahun jadi model di salon Mama.”Jessy terdiam, lemas. Selera makan semakin menghilang bahkan semangkuk sup sedari tadi hanya ia incim kurang dari tiga kali. Dan kini benar-benar ia tak ingin melanjutkan sarapan. Perutnya terasa sudah penuh seketika sejak Devi mengatakan urusan sekolah.Dua mata Devi mulai menga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status