Share

11. Tawaran Pernikahan Tuan David

"Kamu harus menandatangani kontrak ini!"

Pagi hari di hari Senin David menyodorkan satu lembar kertas pada Lila.

Gadis yang biasanya akan ditinggal sendiri untuk mengerjakan pekerjaan rumah, kini ditunggu oleh sang majikan tampan namun dingin. Dalam hatinya tentu saja Lila bertanya-tanya mengapa sang majikan masih berada di apartemen pada jam mulai kerja? Pria itu bahkan malah duduk saling berhadapan seperti ini dengannya.

"I-ini kontrak apa, Tuan?" tanya Lila tak mengerti.

"Kontrak pernikahan kita," jawab David singkat.

Lila tentu saja kaget mendengarnya. Melihat sekilas saja sudah dapat dia tebak bahwa sang majikan telah menyusun kontrak satu lembar itu dengan sangat baik.

"Tinggal tandatangan saja," ucap David lagi.

"Tapi .. mengapa Anda memberikan kontrak pernikahan ini pada saya?" tanya gadis itu semakin tak mengerti.

David menghela napas. Tentu saja pembantu barunya itu akan bingung jika dihadapkan dengan situasi mendadak seperti ini. Pria itu pun menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Sementara Lila menatapnya dengan penuh tanya.

"Aku punya sebuah penawaran untukmu," ucap David memulai rencananya.

"Penawaran?"

"Ya. Aku mau kamu menjadi istri kontrakku." Pernyataan David tentu saja mengagetkan Lila. Gadis itu bahkan tanpa sadar membulatkan kedua matanya.

"Aku tahu kamu butuh uang, kan? Kamu hanya perlu berpura-pura menjadi pacarku. Dan setelahnya kamu harus mau menjadi istri kontrakku selama kurang lebih satu setengah tahun." Dia melanjutkan.

"Tapi ... Kenapa?" Bukannya senang, gadis itu malah semakin bingung. David memerhatikan perubahan ekspresi yang ditunjukkan oleh Lila. Gadis itu memang berbeda dengan wanita-wanita yang pernah dia temui sebelumnya. Padahal seharusnya Lila akan menerima tawarannya dengan senang hati.

"Kamu hanya perlu menjadi istri kontrakku karena aku tidak mau dijodohkan dengan wanita yang tak kukenal," papar David. Lila terdiam. Bukankah mereka berdua juga baru kenal satu bulan lamanya?

"Tidak perlu mengkhawatirkan bayarannya. Aku akan memberikan penawaran sebesar lima milyar jika kamu mau menjadi istriku selama satu setengah tahun."

Lima milyar merupakan angka yang fantastis bagi Lila yang memang sudah jatuh miskin.

"Dan jika kamu melahirkan anak entah laki-laki atau perempuan, maka aku akan menambahnya menjadi sepuluh milyar." David mengatakan hal tersebut dengan tatapan dingin dan datar. Ucapannya begitu serius dan penuh penekanan.

Lila diam sejenak memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan. Uang sebanyak itu bisa dia gunakan untuk menyewa pengacara dan detektif. Setidaknya dia bisa mencari bukti-bukti mengenai kelicikan Erik, mantan suaminya yang kini tengah berada di masa jayanya.

Tapi ....

Lila teringat dengan tawaran kedua. Dia harus memiliki anak dengan majikannya. Ini berarti dalam hubungan pernikahan kontrak itu mereka harus melaksanakan hubungan layaknya suami istri. Dan kemungkinan anak itu akan diambil darinya.

"Kamu tidak akan kekurangan. Setelah anak itu lahir, kita akan memproses perceraian dan anak itu akan aku rawat dengan baik." David seolah-olah mengetahui isi kepala Lila.

Pria itu kembali menegakkan badannya. Lila merasakan atmosfer yang begitu dingin menyelimuti ruangan. David merupakan orang yang perfeksionis. Di mana pria itu pastilah sudah memperhitungkan rencananya ini.

"Kamu tinggal menyetujuinya. Karena uang sepuluh milyar itu akan utuh kuberikan padamu. Untuk biaya hidup dan keperluanmu selama menjadi istriku tidak termasuk," jelas David lagi.

Lila tak menyangka bahwa majikannya akan memberikan penawaran yang berat. Dia memang memerlukan uang, namun dia juga masih trauma dengan pernikahannya yang gagal. Gara-gara menikah, kehidupannya menjadi menderita seperti ini.

Suasana tiba-tiba menjadi hening. Baik Lila maupun David sama-sama diam. David diam karena menunggu jawaban dari pembantunya, sementara Lila diam karena pikirannya berkecamuk.

"Jika menurutmu uang sepuluh milyar itu kurang, katakan saja. Aku juga tidak akan merugikanmu kelak. Atau kamu punya penawaran lain?" tanya David karena tak tahan dengan kesunyian di antara mereka berdua.

Lila menelan ludahnya susah payah. Meski David tidak membentaknya dalam meminta, namun suara berat dan dalam pria itu mampu membuatnya tertekan. Terlebih lagi tatapannya yang begitu tajam seolah pria itu ingin mencabik-cabik dirinya jika tidak memenuhi keinginannya.

Tangan ramping Lila meraih selembar kontrak yang disodorkan padanya. Gadis itu mengamati setiap huruf yang tersusun rapi. Setiap kata yang tertulis begitu tegas dan jelas. Di sana juga terdapat dua tawaran yang telah dikatakan oleh David sebelumnya. Juga ada beberapa poin penting sebagai konsekuensi jika terjadi kecurangan di antara keduanya.

Lila terdiam membaca kontrak tersebut. Memang tak ada yang merugikan kedua belah pihak. Keduanya sama-sama akan mendapatkan keuntungan masing-masing.

"Bagaimana?" tanya David saat Lila menegakkan kepalanya kembali, tanda bahwa gadis itu sudah selesai membaca sampai akhir.

Lila menatap wajah tampan David yang masih saja dingin. Lalu gadis itu kembali menunduk. Tak dapat dirinya menatap kedua mata David terlalu lama.

"Saya akan mempertimbangkannya. Berikan saya waktu untuk memikirkan tawaran ini, Tuan." Akhirnya Lila membuka suara setelah sekian lama bungkam.

"Kamu pikirkan baik-baik tawaranku. Tapi aku anggap kamu setuju. Aku akan memberimu waktu sampai sore ini." David tiba-tiba memberikan keputusan sepihaknya.

Lila merasa dijebak. Dia harus memberikan keputusannya dalam waktu yang bahkan kurang dari satu hari.

"Kamu tidak bisa menolak. Terima tawaran ini dan pikirkan baik-baik apa yang kamu inginkan sebagai syarat yang harus aku penuhi dan tulis di bagian yang kosong," ucap David sembari menunjuk pada lembar kontrak yang berada di tangan Lila.

"Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya." Lila tak dapat membantah.

"Bagus. Sekarang aku harus pergi. Jadi pikirkan baik-baik. Aku tunggu jawaban baikmu nanti sore."

David meraih jasnya. "Jika kamu mau pulang sebelum aku tiba, letakkan kontrak itu di atas meja."

Pria itu segera beranjak dari duduknya dan meninggalkan sang pembantu sendirian di apartemen. Lila kini menatap pintu yang kembali tertutup rapat.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status