“Mendengar cerita dari anak berusia delapan tahun tidaklah mudah, tapi dari yang bisa saya tangkap dari ceritanya itu, Aletta mengaku dia teriak sekencang-kencangnya sekaligus meminta tolong pada pengawal yang kemungkinan besar berada di luar labirin, tapi ternyata tidak ada satupun pengawalnya yang datang.”
Leon dapat menangkap ketakutan dalam nada suara suster Mary saat kembali menjelaskan,
“Hingga sambil menggenggam pisau yang telah bersimbah darah, keempat pria itu mendekati Aletta. Apa anda melihat bekas luka di perut kanan Aletta?” tanya suster Mary.
Bekas luka? Bagaimana Leon dapat mengetahuinya kalau tidak pernah sekalipun ia melihat perut wanita itu.
Well, mungkin ia pernah melihatnya saat Aletta menanggalkan semua pakaiannya di depanny
“Masih belum sadar juga?” tanya Leon ketika ia kembali ke kamarnya, dan Aletta masih juga terkulai lemah di tempat tidurnya.“Menurutmu?” Leia balik nanya dengan nada kesal. Bagaimana tidak, saat istrinya sedang tidak sadarkan diri kakaknya itu malah sibuk menghubungi seseorang di luar.“Bisakah kalian semua keluar?” “Tidak mau! Aku mau terus di sini menemani Letta!” Leia menolak tegas.“Aku akan memberitahu kalian kalau Letta sudah sadar, sekarang tolong keluar lah, aku butuh waktu berdua dengan istriku!”“Butuh waktu tapi kamu tadi malah keluar begitu saja!” sungut Leia.“Leia, please … “Aurora berdiri dari kursinya lalu menghampiri Leia untuk membantu sepupunya itu berdiri juga,“Kita tunggu di luar saja, Leia. Biarkan Leon menjaga istrinya, biar dia belajar bertanggung-jawab, belajar menjaga wanita dan bukan cuma hanya mempermainkan wanita saja,” bujuknya.Sambil menyipitkan kedua matanya, dengan enggan Leia pun keluar dari kamar Leon, sekaligus menunggu suaminya yang entah menda
“Aku sedang ngidam sekarang!”Leon mengerjapkan kedua matanya, terlihat sekali kalau pria itu tengah bingung dengan maksud Aletta barusan,“Ngidam?” Ulangnya.“Ya, ngidam. Aku mau kamu tidur di luar! Entah kenapa semenjak aku tahu kalau aku hamil aku jadi muak melihat wajah kamu!”Leon tahu betul kalau Aletta tidak sedang hamil. Bagaimana bisa hamil kalau melakukan hubungan intim dengan wanita itu saja belum. Tapi, Kalau Leon menyangkalnya, berarti ia telah membongkar kebohongannya sendiri. Jadi demi bisa mengerjai Aletta lebih lama lagi, ia pun turut serta ke dalam drama istrinya itu.Aletta tidak dapat menghindar lagi ketika Leon mengusap perutnya dengan lembut saat berkata,“Baiklah, demi anak kita ini aku akan mengalah. Tapi hanya malam ini saja, besok aku tidak mau tidur di luar lagi, banyak nyamuk.”Aletta kembali mendengus pelan, “paling juga kamu masuk ke kamar Deandra.”“Astaga … Kenapa kamu selalu berpikiran negatif terus sih padaku? Aku tidak seburuk itu, tidak lagi," sang
Ternyata Leon serius dengan dinner yang telah pria itu rencanakan untuk mereka berdua. Karena tepat jam tujuh malam, ponsel Aletta bergetar karena ada pesan singkat masuk dari pria itu yang mengirim lokasi tempat dinner mereka.“Cih, jadi aku harus jalan sendiri ke sana gitu? Dia yang maksa, dua juga yang ngerjain aku!” sungut Aletta sambil menatap dongkol layar ponselnya.Enggan menuruti permintaan Leon itu, Aletta memutuskan untuk mencari Leia atau Aurora, ia mau mengajak mereka ke kafe yang tadi siang mereka datangi. Namunbaru saja satu langkah keluar dari kamarnya, ponsel Aletta bergetar lagi, pesan singkat dari pengirim yang sama kembali masuk.‘Sebaiknya kamu ke sini, atau aku yang akan menjemputmu dan membawa paksa dirimu!’ Isi pesan Leon yang berupa ancaman, disusul dengan dikirimn
“Ya! Aku tahu semuanya! Kamu telah membuatku terlihat bodoh di depan Leia! Tiap kali Leia menceritakan malam pertamanya dengan sangat detail, tiap itu pulan aku merasa dipecundangi olehmu! Apa selama ini kamu menertawai kebodohanku itu?”Aletta tertawa pahit sebelum kembali melanjutkan,“Ya, sudah pasti kamu akan menertawainya. Betapa bodohnya aku yang dengan sangat mudahnya kamu tipu! Apa kamu puas?”“Tidak, Letta. Bukan seperti itu … ““Kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya pada Mommy Ana dan Daddy Rick kalau kita tidak pernah melakukan itu? Kenapa kamu membiarkan pernikahan ini terjadi?” cecar Aletta.“Bisakah kamu tenang? Aku berani bersumpah
Aletta meletakkan garpu dan Pisau steaknya dengan kesal, “Yang mengatakan kita telah melakukan hubungan intim itu kamu, bukan aku! Kenapa malah menyalahkan aku?”“Kamu ingat kejadian saat kamu terjatuh di tangga darurat kantor dan kami harus membawamu ke rumah sakit?”“Ya, kamu yang mendorongku saat itu! Bagaimana aku bisa melupakannya!”“Aku tidak mendorongmu, sialan!” Sanggah Leon.“Ya, kamu yang mendorongku!”Leon mengibas tangannya dengan tidak sabar,“Aku bisa pastikan kalau aku tidak mendorongmu. Tapi bukan itu yang menjadi inti masalahnya, tapi saat kamu telah sadar itulah yang menjadi pangkal masalah kita sebenarnya.”
Kesedihan, dan romantisme tempat mereka berada saat ini, juga berbagai macam perasaan yang bercampur menjadi satu, membuat Aletta terbuai, terhanyut pada suara lembut Leon tadi, juga pada tatapan matanya yang menjanjikan kepuasan untuknya.Jadi, saat Leon mendekatkan dirinya untuk mengecup bibirnya, Aletta pun membiarkannya dan malah turut serta berpartisipasi di dalam ciuman mereka.Jemari Aletta mencengkram erat kemeja Leon tepat di area dada Leon yang keras dan berotot. Mengingat betapa liarnya wanita itu Leon tidak dapat menebak, apakah cengkraman Aletta bertujuan untuk menahan Leon agar tetap di tempatnya, atau akan mendorongnya menjauh secara tiba-tiba?Berhubungan dengan wanita yang tidak dapat ditebak seperti Aletta membuat kesenangan tersendiri untuk Leon. Campuran antara gairah dan waspada pada serangan tiba-
“Aku akan membunuhmu!” Ancam Aletta, meski begitu Leon dapat merasakan denyut menuntut di bagian intim wanita itu, yang membuat senjata Leon semakin menegang karenanya, rasanya sungguh luar biasa.“Ya, kamu boleh membunuhku. Tapi sebelumnya, izinkan aku memberikan kepuasan lebih padamu, aku akan menunjukkan bagaimana rasanya surga dunia yang sesungguhnya,” balas Leon sebelum mulai menggerakkan dirinya di dalam sana.Meski sebagian jiwa primitifnya ingin mempercepat dan memperdalam hujamannya, Leon tidak dapat melakukannya. Ia mengatur irama percintaan mereka dengan lembut, agar tidak menyakiti Aletta.Sementara itu, tubuh Aletta yang semula menegang sejak Leon memasukinya, perlahan terasa santai lagi, bahkan erangan pelan mulai mengalir keluar dari mulutnya di setiap hujaman Leon. Dan Leon kemba
Cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar yang tidak dilengkapi tirai itu menyilaukan mata Aletta yang masih terasa berat untuk di buka, ia berniat menarik selimutnya untuk menutupi wajahnya tapi ternyata tangan kekar seseorang menahannya, melingkari pinggangnya lebih tepatnya.“Ya Tuhan! Ini?”Dengan ngeri Aletta membalik badannya dan mendapati Leon yang masih terlelap tidur.“Arghh! Sedang apa kamu di sini?” teriak Aletta membuat Leon terbangun dari tidurnya.Belum sepenuhnya jiwanya kembali ke raganya, Leon sudah di dorong Aletta hingga terjatuh ke lantai dan menimbulkan bunyi berdebum yang kencang,“Aww! Kamu kenapa mendorongku?” pekik Leon yang merasakan sakit di bo
Leon dan Aletta duduk bersisian di tepi hamparan luas tanah lapang tempat beberapa anak panti tengah bermain sepak bola. Sudah lama mereka duduk di sana sambil membahas langkah mereka kedepannya. Baik mengenai rumah tangga mereka dan juga lainnya.“Baiklah, aku akan kembali bersamamu ke Jakarta. Tapi aku minta satu hal padamu dan aku harap kamu mengizinkannya.” Aletta mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Apa syaratnya itu, Sayang?” tanya Leon.“Aku mau Chateau peninggalan orangtuaku dijadikan rumah baru untuk anak-anak panti. Di sana lebih layak dan luas untuk mereka tempati. Ada banyak ruang yang dapat mereka gunakan untuk tempat mereka belajar, bermain atau berkarya. Perpustakaan di sana juga jauh lebih layak dengan koleksi buku terlengkap, dibandingkan dengan di sini. Banyak koleksi buku Papá yang bisa mereka baca. Dan aku juga yakin kalau baik Papá maupun Mamá tidak akan keberatan dengan ide aku ini.”“Kenapa kamu harus izin padaku mengenai hal itu, Sayang? Chateau itu adalah mil
“Jadi kamu dan Tante Amber yang membawaku keluar dari labirin itu?” tanya Aletta pada Justin.Kesehatannya sudah kembali pulih, dan sore nanti ia sudah boleh keluar dari rumah sakit. “Ya, kebetulan saat itu aku sedang mencarimu untuk mengajakmu bermain di danau seperti biasanya, dan salah satu pelayan mengarahkanku ke labirin itu. Menurut mereka kamu sedang bermain dengan orangtuamu di sana,” jawab Justin.“Tante Amber juga ikut ke labirin?”“Ya, tidak biasanya Mommy mau ikut panas-panasan. Ternyata saat itu Mommy sudah merasakan ada yang janggal di labirin itu saat melihat beberapa pria mendekati labirin. Mommy merasa tidak mengenali mereka.”Justin mendesah sebentar sebelum kembali melanjutkan,“Dan untungnya juga supir keluargaku belum meninggalkan tempat dia menurunkan kami. Jadi setelah mengeluarkanmu dari labirin itu, kami dapat membawamu langsung ke tempat yang aman. Sebuah panti asuhan terpencil dengan pemandangan yang luar biasa Indah.”“Terima kasih. Kalau tidak ada kamu da
“Ya, prioritas utamaku saat ini adalah membuatmu bahagia. Kamu dan juga anak kita ini!” Meski nada suaranya terdengar tegas, namun sentuhan ringan Leon di perut Aletta membuat istrinya itu bertanya-tanya, yang pastinya langsung menyuarakan pertanyaan itu dengan nada sumringah,“Apa aku sedang hamil sekarang?”Untuk sesaat Leon mengerjapkan kedua matanya dengan bingung karena perubahan suasana hati Aletta yang tiba-tiba itu,“Hamil?” ulangnya.“Kamu tadi menyebut kata anak sambil mengusap lembut perutku ini. Apa di dalam sini ada janin anak kita yang sedang berkembang? Apa itu yang menjadi penyebab aku kehilangan kesadaranku?”“Oh, tidak. Bukan itu. Astaga … Kita baru melakukan hubungan intim kurang dari dua minggu yang lalu, Sayang. Kamu tidak mungkin hamil secepat itu. Kalaupun kamu hamil, dokter yang melakukan pemeriksaan padamu tadi pasti sudah akan mem beritahukannya padakiu lebih dulu,” ralat Leon dengan cepat.Saat itu juga wajah sumringah Aletta berubah menjadi sendu kembali,
“Cepat pergi!” Terdengar perintah tegas papá Aletta sebelum Aletta melihat raut sedih bercampur ketakutan di wajah mamanya, saat dengan tubuh yang gemetar hebat perlahan mamanya balik badan hingga mata mereka saling terkunci.Ingin rasanya Aletta menghampiri mamánya dan membantu papánya menghalau serangan demi serangan dari pria asing itu, namun apa daya kedua kakinya seolah terpaku di lantai. Aletta terlalu syok hingga tidak dapat melakukan apapun, bahkan hanya untuk berkedip sekalipun.Hingga akhirnya dengan kedua bola mata yang melebar dan mulutnya yang gemetar memanggil nama Aletta tanpa suara, Aletta melihat benda tajam yang menembus bagian depan tubuh mamánya hingga darah segar mengenai wajah Aletta saat benda tajam itu menghujam semakin dalam.“Mamá!” Aletta berteriak histeris di dalam hatinya, karena kata-kata itu seolah tidak dapat mengalir keluar dari dalam tenggorokannya. Mau sekuat apapun Aletta berusaha mengeluarkan suaranya itu.“Letta, kita harus pergi!” seru seseoran
“Apa aku sudah boleh menghajarnya?” tanya Leon dengan tidak sabar. Sejak tadi ia berusaha sabar saat mendengar semua penjelasan Justin.“Silahkan hajar! Atau semua video mesummu dengan Deandra akan tersebar luas! Beberapa anak buahku telah menerima pesanku dengan sangat jelas untuk menyebarkan semuanya jika dalam satu jam aku tidak keluar dari sini dalam keadaan aman!” ancam Leon.Terang saja cengkraman tangan Leon di kerah kemejanya semakin menguat hingga Peter terbatuk-batuk akibat dari tertekannya jalur pernapasannya,“Kau mengancamku? Apa kau pikir dengan ancaman murahan seperti itu akan membuatku takut? Kau salah! Aku tidak peduli dengan reputasiku yang tercemar, saat ini tujuanku hanya satu, membumihanguskan semua yang telah menyakiti Letta, dan semua yang telah berani menyengtuh istriku itu! Persetan dengan reputasiku!” tegasnya.Justin menepuk pundak Leon untuk menyadarkannya, “Leon sabar. Kau bisa membunuhnya! Apa kau mau memberikan kematian yang Mudah untuknya?”“Justin be
Karena kebahagiaannya yang sebenarnya adalah berada bersama orang-orang yang ia cintai, orang-orang yang mencintainya tanpa syarat, seperti halnya orang-orang yang berada di dalam panti, yang tidak ada satupun dari mereka yang akan menyakitinya dengan sangat dalam, seperti yang telah keluarganya dan juga Leon lakukan padanya.Teringat pada perselingkuhan Leon dengan Deandra membuat Aletta menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata,“Lakukan apa yang ingin kalian lakukan.”Tepat pada saat itu terdengar keributan dari arah tangga menuju ruang bawah tanah itu, membuat tidak hanya mata Aletta, Leon dan Justin saja yang mengarah ke sana, tapi juga semua mata anak buah mereka.Dan yang lebih mengejutkan lagi untuk Aletta adalah kedatangan Deandra yang tengah dibekuk oleh Dritan, lalu menyusul di belakang mereka seorang pria tua yang tengah dipaksa masuk oleh Leuis dan beberapa anak buahnya.“Leon, Leon tolong selamatkan aku. Aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan pria tua itu!” p
“Kau tidak apa-apa aku tinggal sendiri sebentar?” tanya Leon dan Aletta menggeleng kencang,“Tidak, aku tidak mau ditinggal sendiri, aku takut,” rengeknya.“Baiklah, aku akan gtetap di sini bersama denganmu.” Leon kembali memeluk Aletta. Lagipula dengan banyaknya anak buahnya dan juga anak buah Justin, dalam waktu singkat mereka telah berhasil membekuk kaki tangan pembunuh itu.Meski demikian, Leon tetap mengingat wajah pria yang berniat memperkosa Aletta, dan yang telah melukai paha istrinya itu.Nanti, Leon akan memastikan hukuman yang menyakitkan pada kedua pria itu, juga pria lainnya. Mereka semua telah membuat Alettanya yang pemberani menjadi selemah anak kucing.“Tahan dan satukan mereka semua di sel sebelah!” Terdengar perintah Justin bersamaan bunyi ponsel salah satu dari berandalan itu.“Angkat dan Loudspeaker! Sekali saja kau memberitahu Tuan Besarmu itu mengenai keadaan di sini, maka aku akan langsung mengirimmu dan kalian semua ke alam lain!” perintah Justin dengan tegas.P
Tapi saat para pria itu maju secara bersamaan, Aletta pun pada akhirnya berhasil mereka lumpuhkan. Dan dalam sekejap mata, kedua tangan beserfta kedua kakinya telah dirantai. Praktis ia sama sekali tidak dapat menggerakkan tubuhnya. “Bangsat kalian! Lepaskan aku! Aarggah! Lepaskan aku bajingan!” Pemimpin mereka meludah ke sampingnya sambil menurunkan resleting celananya, “Melepaskanmu? Cih! Tidak akan!” “Kalian akan menyesalinya! Cepat lepaskan aku! Aku akan mengadukan perbuatan kalian pada Tuan Besar kalian!” ancam Aletta. “Silahkan saja, dan mungkin Tuan Besar akan berterimakasih pada kami karena telah membantunya menyakitimu! Anak dari pria yang Tuan benci! Kau! Sumpal mulutnya dengan pakaian dalamnya!” Aletta memberikan tatapan membunuhnya pada pria yang ditunjuk tadi, tapi pria itu malah menyeringai lebar sambil mengeluarkan belati dari sakunya. “Jangan berani kau menyentuhku!” “Kalau aku menyentuhmu kenapa? Kau mau menyentuhku balik?” tanya pria itu yang disusul dengan g
“Kenapa wanita itu masih juga belum sadarkan diri?” Salah satu pria yang membawa Aletta bertanya. Dengan posisi berbaring menyamping membelakangi mereka membuat Nyaris satu jam Aletta terus berpura-pura tidak sadarkan diri, ia sengaja mengulur waktu karena ia tahu Justin pasti akan segera menemukannya.Itu pun kalau pria itu memang masih ingin membantu Aletta setelah ia melarikan diri darinya.Memangnya pilihan apa lagi yang Aletta punya, selain pergi sejauh mungkin dari pria itu setelah melihat dua orang anak buahnya yang berusaha menculiknya?Atau jangan-jangan tuan yang para berandalan itu maksud adalah Justin?Tapi kenapa Justin harus bersusah payah menugaskan beberapa anak buahnya untuk menculik Aletta, kalau bisa saja Justin membunuh Aletta langsung saat masih berada di dalam Chateaunya?Bermacam pertanyaan terus berkecamuk di dalam diri Aletta. Sambil tetap waspada kalau saja para pria berandalan itu mencoba untuk merudapaksanya.“Kita lakukan saja sekarang! Memangnya kenapa h