"Apa kamu gugup menjelang pernikahanmu, Letta? Aku gugup sekali," tanya Leia. Mereka kembali melakukan aktifitsa seperti biasanya, meski pernikahan mereka tinggal hitungan hari saja.Karena pernikahannya dengan Leon hanya kontrak semata, Aletta tidak merasakan hal yang sama dengan yang sedang Leia rasakan itu. Jadi, dengan santainya ia pun menjawab,"Biasa saja.""Ah iya aku lupa, kamu sama Leon kan sudah melakukan malam pertama lebih dulu." Leia menyenggol bahu Aletta dengan bahunya, "Bagaimana rasanya?""Rasa apa?""Saat pertama kamu dan Leon melakukannya?"Aletta memutar kedua bola matanya, "Bagaimana aku bisa mengingatnya, aku mabuk berat malam itu. Coba kamu tanyakan Leon saja, kakakmu itu yang masih dalam keadaan sadar!" sungut Aletta.Diingatkan dengan malam itu membuat suasana hatinya memburuk saja."Aku tidak mungkin bertanya pada Leon. Dia tidak akan mau menjawab. Yang ada malah menggoda aku dan Leuis nanti.""Kalau begitu, biarlah malam pertama kalian menjadi kejutan. Masi
Aletta dan Leia sedang bersendagurau di fitting room saat mengepaskan gaun pengantin mereka. Meski sebagian besar desainnya sama, pada bagian lehernya terlihat berbeda. Leia dengan model kerah sabrina, sementara Aletta model V-Neck, agar tubuhnya terlihat lebih kurus dan tinggi."Leuis belum datang?" tanya Leon sambil mengancingkan rompi hitamnya, sebelum menutupnya dengan jas yang begitu pas di tubuh tinggi besarnya itu."Belum, Leuis bertemu kliennya dulu di kafe dekat sini. Sebentar lagi selesai kok," jawab Leia. "Ck! Di saat seperti ini, masih saja menomorsatukan perusahaannya. Seharusnya dia menemanimu Fiting, seperti aku yang meninggalkan kesibukanku demi bisa menemani calon istriku ini, " keluh Leon sambil merangkul Aletta, yang dirangkul malam meloloskan diri darinya."Kesibukan apa? Paling juga sibuk merayu wanita," ejek Aletta."Kamu ini, seharusnya kamu bahagia karena dari sekian banyaknya wanita, kamu yang cukup beruntung menjadi istriku.""Oh iyaa, tidak hanya cukup, ak
Aletta dan Leia terlihat sangat menawan dengan gaun pengantin yang dirancang oleh desainer ternama secara khusus untuk mereka berdua, yang nampak berkilau layaknya taburan permata di seluruh gaun berwarna putih itu.Sementara kedua pria yang kini telah resmi menjadi suami mereka berdiri di samping mereka dengan gaya posesif, seolah melindungi wanita mereka yang terlihat begitu cantik, dari siapa pun yang ingin merebutnya.Dan sang desainer yang turut serta menghadiri hari yang sangat istimewa itu nampak berkaca-kaca. Siapa yang tidak akan bangga jika hasil rancangannya dipakai oleh cucu dan cucu menantu keluarga Adipramana. Bahkan desainer lainnya merasa iri dengan keberuntungannya itu. Karena pernikahan itu akan ditayangkan secara live di berbagai stasiun televisi lokal. Dan headline berita kini dipenuhi dengan pernikahan pewaris keluarga ternama itu. Adik dan kakak menikah secara bersamaan? Siapa yang tidak akan tertarik dengan berita semacam itu? Dan terutama berita tentang Leon,
Kenyataan Leon masih membandingkannya dengan wanita lain, membuat Aletta tidak ingin melanjutkan permainannya lagi,"Kamu bisa menyentuh milik wanita lain sesukamu, tapi tidak dengan milikku! Kamu boleh melihat milikku ini tapi tidak boleh menyentuhnya! Ingat perjanjian kita!" tegas Aletta sebelum melangkah ke arah kamar mandi.Leon yang awalnya hanya ingin memancing keberanian Aletta untuk menanggalkan bajunya di depannya, kini harus mengumpat kesal karena ternyata ia yang terbakar gairahnya sendiri.Hanya dengan beberapa langkah panjang, ia telah berhasil meraih pintu kamar mandi yang akan di tutup Aletta dan menahannya, membuat dirinya kembali mendapatkan tatapan kesal istrinya itu,"Apa lagi?" tanya Aletta sambil menyilangkan kedua tangannya di depan bukit kembarnya yang terpampang indah, untuk menyembunyikannya dari tatapan Leon yang tidak dapat dipungkiri sedang terbakar gairah itu."Aku hanya ingin kamu memegang kata-katamu kalau aku boleh melihatnya tanpa harus menyentuhnya,"
"Maaf kami telat!" seru Leon saat melangkah ke arah keluarganya yang sudah berkumpul untuk, makan siang bersama sambil menggandeng Aletta.Mommy Ana yang melihat kedatangan putranya itu tersenyum lembut menyambutnya,"Wajar, pengantin baru. Kalian pasti enggan kan meninggalkan tempat tidur kalian?" tebaknya."Ah, Mommy memang pengertian sekali," kekeh Leon sambil mengecup pipi kanan dan kiri mommy Ana sebelum beralih memeluk daddy Elrick.Aletta pun turut serta mencium pipi kanan dan kiri mommy Ana, lalu memeluk daddy Elrick dan menyapa yang lainnya sebelum duduk di samping Leia."Nah, karena semua sudah berkumpul, kita bisa mulai makan siangnya, silahkan dinikmati!" seru daddy Elrick.Semua anak, menantu, sepupu dan juga keponakannya mulai menikmati hidangan makan siang di restoran mewah itu, yang sengaja daddy Elrick booking khusus untuk acara keluarga mereka saja."jadi, apa kamu mau menetap di Paris atau memboyong Aletta ke sini, Leon?" tanya mommy Ana."Kami belum memutuskan baga
Aletta berpaling menatap Leon yang tengah asik berbincang dengan Axel dan Dritan, kenapa ia tidak merasakan itu semua? Kenapa tidak ada darah di atas sprei mereka? Apa sebenarnya mereka tidak pernah melakukannya?"Apa memang seharusnya aku mengeluarkan darah?" tanya Aletta lirih."Well, memang ada beberapa wanita dengan satu dan lain alasan tidak mengeluarkan darah saat selaput darahnya sobek. Tapi semuanya pasti akan merasakan sakit saat melakukannya untuk pertama kalinya. Seluruh badanmu akan terasa remuk, seperti kamu telah bekerja keras selama satu hari penuh," jawab Leia. Ia memberengut kesal sebelum melanjutkan,"Padahal, Leuis sudah melakukannya dengan sangat lembut. Tapi tetap saja aku merasa sakit juga. Rasanya miliknya itu telah memenuhi milikkku hingga area pribadiku itu terasa penuh dan nyeri. Aku bahkan berusaha mendorong Leuis saking tidak tahan dengan sakitnya. Tapi saat milik Leuis bergerak setelahnya, ajaibnya rasa sakitnya sedikit berkurang, berganti dengan ... Kenik
Malam harinya, diadakan lagi pesta jamuan pernikahan Leon-Aletta, Leia-Leuis. Pesta yang sangat melelahkan, karena dilakukan dua hari berturut-turut tanpa jeda. Dengan alasan banyak rekan bisnis baik dari keluarga Adipramana maupun keluarga Euginius, hingga acara harus dibagi dua sesi.Sementara Aletta yang telah mengetahui kebohongan Leon, sejak pagi tadi sudah mulai sebisa mungkin menghindari pria itu. Namun sepertinya Leon tidak tahan diacuhkan terlalu lama, karena pria itu tiba-tiba saja datang dan langsung menarik tangan Aletta,“Ayo!"“Ayo ke mana?” tanya Aletta sambil menepis kasar tangan Leon.“Ke kamar kita lah, memangnya mau ke mana lagi? Balik ke Paris?"Aletta memutar kedua bola matanya dengan kesal, “Masih banyak tamu undangan Leon … Apa kamu tidak bisa melihatnya?”“Kalau menunggu semua tamu tidak tau diri itu pulang, bisa-bisa tengah malam kita baru masuk kamar!” keluh Leon.Aletta memicingkan kedua matanya, ia tahu betul maksud dan tujuan Leon mengajaknya ke kamar,“A
“Katanya kamu mau menemui wanita-wanitamu? Kenapa tidak jadi?” tanya Aletta dengan nada dongkol.Ia baru saja senang karena pada akhirnya pria itu menjauhinya, tapi kurang dari dua menit kemudian sudah kembali lagi padanya, bahkan dengan tidak sopan menghentikan dansa Aletta dengan Dritan yang baru akan dimulai.“Aku tidak mau Daddy menarik telingaku dari luar hotel sampai ke tempat ini. Jadi aku membatalkannya,” jawab Leon dengan santainya.“Dan untungnya aku kembali. Kalau tidak, mungkin saat ini Dritan sudah merayumu. Kurang dari dua menit aku tinggal kamu sudah berpaling saja pada pria lain,” lanjutnya.“Astaga, Dritan itu sepupumu, dan dia cuma mengajakku dansa saja tadi.”
Leon dan Aletta duduk bersisian di tepi hamparan luas tanah lapang tempat beberapa anak panti tengah bermain sepak bola. Sudah lama mereka duduk di sana sambil membahas langkah mereka kedepannya. Baik mengenai rumah tangga mereka dan juga lainnya.“Baiklah, aku akan kembali bersamamu ke Jakarta. Tapi aku minta satu hal padamu dan aku harap kamu mengizinkannya.” Aletta mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Apa syaratnya itu, Sayang?” tanya Leon.“Aku mau Chateau peninggalan orangtuaku dijadikan rumah baru untuk anak-anak panti. Di sana lebih layak dan luas untuk mereka tempati. Ada banyak ruang yang dapat mereka gunakan untuk tempat mereka belajar, bermain atau berkarya. Perpustakaan di sana juga jauh lebih layak dengan koleksi buku terlengkap, dibandingkan dengan di sini. Banyak koleksi buku Papá yang bisa mereka baca. Dan aku juga yakin kalau baik Papá maupun Mamá tidak akan keberatan dengan ide aku ini.”“Kenapa kamu harus izin padaku mengenai hal itu, Sayang? Chateau itu adalah mil
“Jadi kamu dan Tante Amber yang membawaku keluar dari labirin itu?” tanya Aletta pada Justin.Kesehatannya sudah kembali pulih, dan sore nanti ia sudah boleh keluar dari rumah sakit. “Ya, kebetulan saat itu aku sedang mencarimu untuk mengajakmu bermain di danau seperti biasanya, dan salah satu pelayan mengarahkanku ke labirin itu. Menurut mereka kamu sedang bermain dengan orangtuamu di sana,” jawab Justin.“Tante Amber juga ikut ke labirin?”“Ya, tidak biasanya Mommy mau ikut panas-panasan. Ternyata saat itu Mommy sudah merasakan ada yang janggal di labirin itu saat melihat beberapa pria mendekati labirin. Mommy merasa tidak mengenali mereka.”Justin mendesah sebentar sebelum kembali melanjutkan,“Dan untungnya juga supir keluargaku belum meninggalkan tempat dia menurunkan kami. Jadi setelah mengeluarkanmu dari labirin itu, kami dapat membawamu langsung ke tempat yang aman. Sebuah panti asuhan terpencil dengan pemandangan yang luar biasa Indah.”“Terima kasih. Kalau tidak ada kamu da
“Ya, prioritas utamaku saat ini adalah membuatmu bahagia. Kamu dan juga anak kita ini!” Meski nada suaranya terdengar tegas, namun sentuhan ringan Leon di perut Aletta membuat istrinya itu bertanya-tanya, yang pastinya langsung menyuarakan pertanyaan itu dengan nada sumringah,“Apa aku sedang hamil sekarang?”Untuk sesaat Leon mengerjapkan kedua matanya dengan bingung karena perubahan suasana hati Aletta yang tiba-tiba itu,“Hamil?” ulangnya.“Kamu tadi menyebut kata anak sambil mengusap lembut perutku ini. Apa di dalam sini ada janin anak kita yang sedang berkembang? Apa itu yang menjadi penyebab aku kehilangan kesadaranku?”“Oh, tidak. Bukan itu. Astaga … Kita baru melakukan hubungan intim kurang dari dua minggu yang lalu, Sayang. Kamu tidak mungkin hamil secepat itu. Kalaupun kamu hamil, dokter yang melakukan pemeriksaan padamu tadi pasti sudah akan mem beritahukannya padakiu lebih dulu,” ralat Leon dengan cepat.Saat itu juga wajah sumringah Aletta berubah menjadi sendu kembali,
“Cepat pergi!” Terdengar perintah tegas papá Aletta sebelum Aletta melihat raut sedih bercampur ketakutan di wajah mamanya, saat dengan tubuh yang gemetar hebat perlahan mamanya balik badan hingga mata mereka saling terkunci.Ingin rasanya Aletta menghampiri mamánya dan membantu papánya menghalau serangan demi serangan dari pria asing itu, namun apa daya kedua kakinya seolah terpaku di lantai. Aletta terlalu syok hingga tidak dapat melakukan apapun, bahkan hanya untuk berkedip sekalipun.Hingga akhirnya dengan kedua bola mata yang melebar dan mulutnya yang gemetar memanggil nama Aletta tanpa suara, Aletta melihat benda tajam yang menembus bagian depan tubuh mamánya hingga darah segar mengenai wajah Aletta saat benda tajam itu menghujam semakin dalam.“Mamá!” Aletta berteriak histeris di dalam hatinya, karena kata-kata itu seolah tidak dapat mengalir keluar dari dalam tenggorokannya. Mau sekuat apapun Aletta berusaha mengeluarkan suaranya itu.“Letta, kita harus pergi!” seru seseoran
“Apa aku sudah boleh menghajarnya?” tanya Leon dengan tidak sabar. Sejak tadi ia berusaha sabar saat mendengar semua penjelasan Justin.“Silahkan hajar! Atau semua video mesummu dengan Deandra akan tersebar luas! Beberapa anak buahku telah menerima pesanku dengan sangat jelas untuk menyebarkan semuanya jika dalam satu jam aku tidak keluar dari sini dalam keadaan aman!” ancam Leon.Terang saja cengkraman tangan Leon di kerah kemejanya semakin menguat hingga Peter terbatuk-batuk akibat dari tertekannya jalur pernapasannya,“Kau mengancamku? Apa kau pikir dengan ancaman murahan seperti itu akan membuatku takut? Kau salah! Aku tidak peduli dengan reputasiku yang tercemar, saat ini tujuanku hanya satu, membumihanguskan semua yang telah menyakiti Letta, dan semua yang telah berani menyengtuh istriku itu! Persetan dengan reputasiku!” tegasnya.Justin menepuk pundak Leon untuk menyadarkannya, “Leon sabar. Kau bisa membunuhnya! Apa kau mau memberikan kematian yang Mudah untuknya?”“Justin be
Karena kebahagiaannya yang sebenarnya adalah berada bersama orang-orang yang ia cintai, orang-orang yang mencintainya tanpa syarat, seperti halnya orang-orang yang berada di dalam panti, yang tidak ada satupun dari mereka yang akan menyakitinya dengan sangat dalam, seperti yang telah keluarganya dan juga Leon lakukan padanya.Teringat pada perselingkuhan Leon dengan Deandra membuat Aletta menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata,“Lakukan apa yang ingin kalian lakukan.”Tepat pada saat itu terdengar keributan dari arah tangga menuju ruang bawah tanah itu, membuat tidak hanya mata Aletta, Leon dan Justin saja yang mengarah ke sana, tapi juga semua mata anak buah mereka.Dan yang lebih mengejutkan lagi untuk Aletta adalah kedatangan Deandra yang tengah dibekuk oleh Dritan, lalu menyusul di belakang mereka seorang pria tua yang tengah dipaksa masuk oleh Leuis dan beberapa anak buahnya.“Leon, Leon tolong selamatkan aku. Aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan pria tua itu!” p
“Kau tidak apa-apa aku tinggal sendiri sebentar?” tanya Leon dan Aletta menggeleng kencang,“Tidak, aku tidak mau ditinggal sendiri, aku takut,” rengeknya.“Baiklah, aku akan gtetap di sini bersama denganmu.” Leon kembali memeluk Aletta. Lagipula dengan banyaknya anak buahnya dan juga anak buah Justin, dalam waktu singkat mereka telah berhasil membekuk kaki tangan pembunuh itu.Meski demikian, Leon tetap mengingat wajah pria yang berniat memperkosa Aletta, dan yang telah melukai paha istrinya itu.Nanti, Leon akan memastikan hukuman yang menyakitkan pada kedua pria itu, juga pria lainnya. Mereka semua telah membuat Alettanya yang pemberani menjadi selemah anak kucing.“Tahan dan satukan mereka semua di sel sebelah!” Terdengar perintah Justin bersamaan bunyi ponsel salah satu dari berandalan itu.“Angkat dan Loudspeaker! Sekali saja kau memberitahu Tuan Besarmu itu mengenai keadaan di sini, maka aku akan langsung mengirimmu dan kalian semua ke alam lain!” perintah Justin dengan tegas.P
Tapi saat para pria itu maju secara bersamaan, Aletta pun pada akhirnya berhasil mereka lumpuhkan. Dan dalam sekejap mata, kedua tangan beserfta kedua kakinya telah dirantai. Praktis ia sama sekali tidak dapat menggerakkan tubuhnya. “Bangsat kalian! Lepaskan aku! Aarggah! Lepaskan aku bajingan!” Pemimpin mereka meludah ke sampingnya sambil menurunkan resleting celananya, “Melepaskanmu? Cih! Tidak akan!” “Kalian akan menyesalinya! Cepat lepaskan aku! Aku akan mengadukan perbuatan kalian pada Tuan Besar kalian!” ancam Aletta. “Silahkan saja, dan mungkin Tuan Besar akan berterimakasih pada kami karena telah membantunya menyakitimu! Anak dari pria yang Tuan benci! Kau! Sumpal mulutnya dengan pakaian dalamnya!” Aletta memberikan tatapan membunuhnya pada pria yang ditunjuk tadi, tapi pria itu malah menyeringai lebar sambil mengeluarkan belati dari sakunya. “Jangan berani kau menyentuhku!” “Kalau aku menyentuhmu kenapa? Kau mau menyentuhku balik?” tanya pria itu yang disusul dengan g
“Kenapa wanita itu masih juga belum sadarkan diri?” Salah satu pria yang membawa Aletta bertanya. Dengan posisi berbaring menyamping membelakangi mereka membuat Nyaris satu jam Aletta terus berpura-pura tidak sadarkan diri, ia sengaja mengulur waktu karena ia tahu Justin pasti akan segera menemukannya.Itu pun kalau pria itu memang masih ingin membantu Aletta setelah ia melarikan diri darinya.Memangnya pilihan apa lagi yang Aletta punya, selain pergi sejauh mungkin dari pria itu setelah melihat dua orang anak buahnya yang berusaha menculiknya?Atau jangan-jangan tuan yang para berandalan itu maksud adalah Justin?Tapi kenapa Justin harus bersusah payah menugaskan beberapa anak buahnya untuk menculik Aletta, kalau bisa saja Justin membunuh Aletta langsung saat masih berada di dalam Chateaunya?Bermacam pertanyaan terus berkecamuk di dalam diri Aletta. Sambil tetap waspada kalau saja para pria berandalan itu mencoba untuk merudapaksanya.“Kita lakukan saja sekarang! Memangnya kenapa h