Malam harinya, diadakan lagi pesta jamuan pernikahan Leon-Aletta, Leia-Leuis. Pesta yang sangat melelahkan, karena dilakukan dua hari berturut-turut tanpa jeda. Dengan alasan banyak rekan bisnis baik dari keluarga Adipramana maupun keluarga Euginius, hingga acara harus dibagi dua sesi.Sementara Aletta yang telah mengetahui kebohongan Leon, sejak pagi tadi sudah mulai sebisa mungkin menghindari pria itu. Namun sepertinya Leon tidak tahan diacuhkan terlalu lama, karena pria itu tiba-tiba saja datang dan langsung menarik tangan Aletta,“Ayo!"“Ayo ke mana?” tanya Aletta sambil menepis kasar tangan Leon.“Ke kamar kita lah, memangnya mau ke mana lagi? Balik ke Paris?"Aletta memutar kedua bola matanya dengan kesal, “Masih banyak tamu undangan Leon … Apa kamu tidak bisa melihatnya?”“Kalau menunggu semua tamu tidak tau diri itu pulang, bisa-bisa tengah malam kita baru masuk kamar!” keluh Leon.Aletta memicingkan kedua matanya, ia tahu betul maksud dan tujuan Leon mengajaknya ke kamar,“A
“Katanya kamu mau menemui wanita-wanitamu? Kenapa tidak jadi?” tanya Aletta dengan nada dongkol.Ia baru saja senang karena pada akhirnya pria itu menjauhinya, tapi kurang dari dua menit kemudian sudah kembali lagi padanya, bahkan dengan tidak sopan menghentikan dansa Aletta dengan Dritan yang baru akan dimulai.“Aku tidak mau Daddy menarik telingaku dari luar hotel sampai ke tempat ini. Jadi aku membatalkannya,” jawab Leon dengan santainya.“Dan untungnya aku kembali. Kalau tidak, mungkin saat ini Dritan sudah merayumu. Kurang dari dua menit aku tinggal kamu sudah berpaling saja pada pria lain,” lanjutnya.“Astaga, Dritan itu sepupumu, dan dia cuma mengajakku dansa saja tadi.”
“Aku senang dengan keluargamu, mereka semua bersikap terbuka padaku, meski aku hanyalah seorang yatim piatu yang hanya tinggal di sebuah panti asuhan,” ucap Aletta saat mereka telah sampai di kamar mereka. awalnya ia mengira akan ada penolakan dari keluarga Leon yang teramat sangat terpandang dari kedua belah pihaknya itu. Tapi ternyata dugaannya itu salah. Dan kini, Aletta merasa malu pada dirinya sendiri karena sempat memiliki pikiran buruk pada keluarga suaminya itu. “Ya, dan jangan kaget nantinya setelah kamu memasuki keluarga yang sangat besar ini, mereka akan menjadi posesif padamu. Katakan saja siapa yang menyakitimu, maka mereka semua akan turut turun tangan untuk membantumu,” kekeh Leon. Tangan Aletta yang tengah melepaskan jepit rambutnya terhenti di udara. Ia menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin dengan sendu, “Selama ini tidak ada orang tua yang membelaku, selain dari Suster Mary yang selalu mendatangi sekolahku tiap kali ada anak yang membullyku. Itu makany
“Kenapa tidur di sini? Tempatmu di sofa!” sungut Aletta sambil mendorong Leon yang baru saja merebahkan dirinya di sisi lain tempat tidur dengan kedua kakinya. “Berbaik hatilah Kurcaci! Tidak mungkin seorang Adipramana tidur di sofa, sementara istrinya enak-enakan tidur di ranjang!” keluh Leon. Pria itu mengumpat kesal saat Aletta berhasik mendorongnya hingga terjatuh ke lantai, meski dengan secepat kilat mampu berdiri kembali sambil melotot galak pada Aletta, “Astaga! Kenapa Kurcaci sepertimu memiliki tenaga yang kuat seperti itu?” “Aku akan mengeluarkan seluruh tenagaku, kalau kamu masih saja mencoba untuk tidur di kasur ini!” ancam Aletta. “Kita telah sah menjadi suami istri, kenapa malah melarangku tidur di samping istriku sendiri?” “Istri kontrak! Jangan pernah kamu lupakan itu!” “Aku hanya mau tidur saja, Letta. Aku janji tidak akan menyentuhmu! Lagipula, Kurcacai sepertimu tidak akan mampu membangkitkan gairahku!” sungut Leon. “Kita tidak akan berakhir menikah seperti in
“Letta! Apa kamu tidur di dalam?” teriak Leon sambil menggedur pintu kamar mandi. Sudah lebih dari dua jam Aletta berada di dalam kamar mandi itu, entah apa yang dilakukannya di dalam sana. “Bisa sabar tidak sih?” keluh Aletta sambil membuka pintu itu. “Sudah dua jam dan aku diminta untuk bersabar? Aku memang sabar, tapi tidak dengan keluargaku yang telah menunggu kita untuk makan siang bersama!” “Astaga aku lupa! Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?” Aletta mendorong kasar Leon yang menghalangi satu-satunya jalan keluar, dan pria itu tidak bergeming sama sekali, “Minggir! Aku harus buru-buru ganti pakaian, kita sudah teramat sangat telat!” hardiknya. “Dan siapa yang telah membuat kita telat? Aku? Bukan, kamu yang terlalu lama membuang waktumu di dalam sana. Apa yang kamu lakukan? Memuaskan dirimu sendiri?” cecar Leon tidak kalah sewotnya dengan Aletta. Ia masih merasa dongkol pada istrinya itu akibat dari perbuatannya, yang telah membuat adik kecilnya ngilu setengah mati semalam
Giethoorn merupakan Venesianya Belanda. Desa air dengan ribuan kanal, yang menjadi salah satu destinasi wisatawan mancanegara, terutama di saat musim semi seperti saat ini, dimana udara tidak terlalu dingin tapi juga tidak panas, dan semakin diperindah dengan warna-warni bunga yang mulai bermekaran.“Aku seperti kembali ke Venice,” gumam Aletta dan Leia mendengarnya.“Sesuai dengan julukannya, Sayang. Hollandse Venetië, Venesianya Belanda. Orang Belanda sendiri menyebutnya dengan sebutan Venetië van Het Noorden, atau dalam bahasa Inggrisnya Venice of The North,” jelas Leia.Bedanya Desa Giethoorn ini dengan Venice adalah keramaiannya. Desa ini tidak seramai Venice, jadi sangat cocok di datangi untuk orang-orang yang ingin menenangkan dirinya, atau menghilangkan penat dari tumpuka
Setelah Leia menunjukkan kamar untuknya, Aletta bergegas masuk untuk segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya dengan yang baru, sebelum berangkat ke kafe bersama dengan Leia dan Leuis.Aletta baru saja selesai mengeringkan rambutnya ketika pintu kamarnya diketuk. Mengira Leia yang mengetuknya Alettapun segera membukanya, senyum di wajahnya seketika itu juga menghilang saat melihat sosok yang mengetuk pintu kamarnya itu,“Ada perlu apa?” tanyanya dengan ketus, sebelah alis Leon naik tinggi dengan sangat sempurna,“Ada perlu apa? Tentu saja aku mau tidur di kamarku, apa itu salah?”“Ka … Kamarmu?” ulang Aletta.“Ya, kamarku. Kamar kita.”
“Tidak adakah kafe yang ada live musicnya?” tanya Aletta sambil membolak-balik buku menunya."Live music biasanya malam hari, Letta. Apa kamu mau kembali ke kafe ini nanti malam?' tanya Dritan.“Tergantung … ” jawab Aletta.“Tergantung apa?”“Ya, tergantung ada yang mau menemani aku atau tidak.”“Aku mau!” celetuk Zander.Semua mata kini beralih menatap pria yang terlihat duduk santai dengan salah satu kaki yang ditopang ke kaki lainnya itu.“Kenapa? Tidak bolehkah? Aku yakin Leon tidak akan keberatan."“Aku tidak keber
Leon dan Aletta duduk bersisian di tepi hamparan luas tanah lapang tempat beberapa anak panti tengah bermain sepak bola. Sudah lama mereka duduk di sana sambil membahas langkah mereka kedepannya. Baik mengenai rumah tangga mereka dan juga lainnya.“Baiklah, aku akan kembali bersamamu ke Jakarta. Tapi aku minta satu hal padamu dan aku harap kamu mengizinkannya.” Aletta mencoba bernegosiasi dengan suaminya.“Apa syaratnya itu, Sayang?” tanya Leon.“Aku mau Chateau peninggalan orangtuaku dijadikan rumah baru untuk anak-anak panti. Di sana lebih layak dan luas untuk mereka tempati. Ada banyak ruang yang dapat mereka gunakan untuk tempat mereka belajar, bermain atau berkarya. Perpustakaan di sana juga jauh lebih layak dengan koleksi buku terlengkap, dibandingkan dengan di sini. Banyak koleksi buku Papá yang bisa mereka baca. Dan aku juga yakin kalau baik Papá maupun Mamá tidak akan keberatan dengan ide aku ini.”“Kenapa kamu harus izin padaku mengenai hal itu, Sayang? Chateau itu adalah mil
“Jadi kamu dan Tante Amber yang membawaku keluar dari labirin itu?” tanya Aletta pada Justin.Kesehatannya sudah kembali pulih, dan sore nanti ia sudah boleh keluar dari rumah sakit. “Ya, kebetulan saat itu aku sedang mencarimu untuk mengajakmu bermain di danau seperti biasanya, dan salah satu pelayan mengarahkanku ke labirin itu. Menurut mereka kamu sedang bermain dengan orangtuamu di sana,” jawab Justin.“Tante Amber juga ikut ke labirin?”“Ya, tidak biasanya Mommy mau ikut panas-panasan. Ternyata saat itu Mommy sudah merasakan ada yang janggal di labirin itu saat melihat beberapa pria mendekati labirin. Mommy merasa tidak mengenali mereka.”Justin mendesah sebentar sebelum kembali melanjutkan,“Dan untungnya juga supir keluargaku belum meninggalkan tempat dia menurunkan kami. Jadi setelah mengeluarkanmu dari labirin itu, kami dapat membawamu langsung ke tempat yang aman. Sebuah panti asuhan terpencil dengan pemandangan yang luar biasa Indah.”“Terima kasih. Kalau tidak ada kamu da
“Ya, prioritas utamaku saat ini adalah membuatmu bahagia. Kamu dan juga anak kita ini!” Meski nada suaranya terdengar tegas, namun sentuhan ringan Leon di perut Aletta membuat istrinya itu bertanya-tanya, yang pastinya langsung menyuarakan pertanyaan itu dengan nada sumringah,“Apa aku sedang hamil sekarang?”Untuk sesaat Leon mengerjapkan kedua matanya dengan bingung karena perubahan suasana hati Aletta yang tiba-tiba itu,“Hamil?” ulangnya.“Kamu tadi menyebut kata anak sambil mengusap lembut perutku ini. Apa di dalam sini ada janin anak kita yang sedang berkembang? Apa itu yang menjadi penyebab aku kehilangan kesadaranku?”“Oh, tidak. Bukan itu. Astaga … Kita baru melakukan hubungan intim kurang dari dua minggu yang lalu, Sayang. Kamu tidak mungkin hamil secepat itu. Kalaupun kamu hamil, dokter yang melakukan pemeriksaan padamu tadi pasti sudah akan mem beritahukannya padakiu lebih dulu,” ralat Leon dengan cepat.Saat itu juga wajah sumringah Aletta berubah menjadi sendu kembali,
“Cepat pergi!” Terdengar perintah tegas papá Aletta sebelum Aletta melihat raut sedih bercampur ketakutan di wajah mamanya, saat dengan tubuh yang gemetar hebat perlahan mamanya balik badan hingga mata mereka saling terkunci.Ingin rasanya Aletta menghampiri mamánya dan membantu papánya menghalau serangan demi serangan dari pria asing itu, namun apa daya kedua kakinya seolah terpaku di lantai. Aletta terlalu syok hingga tidak dapat melakukan apapun, bahkan hanya untuk berkedip sekalipun.Hingga akhirnya dengan kedua bola mata yang melebar dan mulutnya yang gemetar memanggil nama Aletta tanpa suara, Aletta melihat benda tajam yang menembus bagian depan tubuh mamánya hingga darah segar mengenai wajah Aletta saat benda tajam itu menghujam semakin dalam.“Mamá!” Aletta berteriak histeris di dalam hatinya, karena kata-kata itu seolah tidak dapat mengalir keluar dari dalam tenggorokannya. Mau sekuat apapun Aletta berusaha mengeluarkan suaranya itu.“Letta, kita harus pergi!” seru seseoran
“Apa aku sudah boleh menghajarnya?” tanya Leon dengan tidak sabar. Sejak tadi ia berusaha sabar saat mendengar semua penjelasan Justin.“Silahkan hajar! Atau semua video mesummu dengan Deandra akan tersebar luas! Beberapa anak buahku telah menerima pesanku dengan sangat jelas untuk menyebarkan semuanya jika dalam satu jam aku tidak keluar dari sini dalam keadaan aman!” ancam Leon.Terang saja cengkraman tangan Leon di kerah kemejanya semakin menguat hingga Peter terbatuk-batuk akibat dari tertekannya jalur pernapasannya,“Kau mengancamku? Apa kau pikir dengan ancaman murahan seperti itu akan membuatku takut? Kau salah! Aku tidak peduli dengan reputasiku yang tercemar, saat ini tujuanku hanya satu, membumihanguskan semua yang telah menyakiti Letta, dan semua yang telah berani menyengtuh istriku itu! Persetan dengan reputasiku!” tegasnya.Justin menepuk pundak Leon untuk menyadarkannya, “Leon sabar. Kau bisa membunuhnya! Apa kau mau memberikan kematian yang Mudah untuknya?”“Justin be
Karena kebahagiaannya yang sebenarnya adalah berada bersama orang-orang yang ia cintai, orang-orang yang mencintainya tanpa syarat, seperti halnya orang-orang yang berada di dalam panti, yang tidak ada satupun dari mereka yang akan menyakitinya dengan sangat dalam, seperti yang telah keluarganya dan juga Leon lakukan padanya.Teringat pada perselingkuhan Leon dengan Deandra membuat Aletta menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata,“Lakukan apa yang ingin kalian lakukan.”Tepat pada saat itu terdengar keributan dari arah tangga menuju ruang bawah tanah itu, membuat tidak hanya mata Aletta, Leon dan Justin saja yang mengarah ke sana, tapi juga semua mata anak buah mereka.Dan yang lebih mengejutkan lagi untuk Aletta adalah kedatangan Deandra yang tengah dibekuk oleh Dritan, lalu menyusul di belakang mereka seorang pria tua yang tengah dipaksa masuk oleh Leuis dan beberapa anak buahnya.“Leon, Leon tolong selamatkan aku. Aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan pria tua itu!” p
“Kau tidak apa-apa aku tinggal sendiri sebentar?” tanya Leon dan Aletta menggeleng kencang,“Tidak, aku tidak mau ditinggal sendiri, aku takut,” rengeknya.“Baiklah, aku akan gtetap di sini bersama denganmu.” Leon kembali memeluk Aletta. Lagipula dengan banyaknya anak buahnya dan juga anak buah Justin, dalam waktu singkat mereka telah berhasil membekuk kaki tangan pembunuh itu.Meski demikian, Leon tetap mengingat wajah pria yang berniat memperkosa Aletta, dan yang telah melukai paha istrinya itu.Nanti, Leon akan memastikan hukuman yang menyakitkan pada kedua pria itu, juga pria lainnya. Mereka semua telah membuat Alettanya yang pemberani menjadi selemah anak kucing.“Tahan dan satukan mereka semua di sel sebelah!” Terdengar perintah Justin bersamaan bunyi ponsel salah satu dari berandalan itu.“Angkat dan Loudspeaker! Sekali saja kau memberitahu Tuan Besarmu itu mengenai keadaan di sini, maka aku akan langsung mengirimmu dan kalian semua ke alam lain!” perintah Justin dengan tegas.P
Tapi saat para pria itu maju secara bersamaan, Aletta pun pada akhirnya berhasil mereka lumpuhkan. Dan dalam sekejap mata, kedua tangan beserfta kedua kakinya telah dirantai. Praktis ia sama sekali tidak dapat menggerakkan tubuhnya. “Bangsat kalian! Lepaskan aku! Aarggah! Lepaskan aku bajingan!” Pemimpin mereka meludah ke sampingnya sambil menurunkan resleting celananya, “Melepaskanmu? Cih! Tidak akan!” “Kalian akan menyesalinya! Cepat lepaskan aku! Aku akan mengadukan perbuatan kalian pada Tuan Besar kalian!” ancam Aletta. “Silahkan saja, dan mungkin Tuan Besar akan berterimakasih pada kami karena telah membantunya menyakitimu! Anak dari pria yang Tuan benci! Kau! Sumpal mulutnya dengan pakaian dalamnya!” Aletta memberikan tatapan membunuhnya pada pria yang ditunjuk tadi, tapi pria itu malah menyeringai lebar sambil mengeluarkan belati dari sakunya. “Jangan berani kau menyentuhku!” “Kalau aku menyentuhmu kenapa? Kau mau menyentuhku balik?” tanya pria itu yang disusul dengan g
“Kenapa wanita itu masih juga belum sadarkan diri?” Salah satu pria yang membawa Aletta bertanya. Dengan posisi berbaring menyamping membelakangi mereka membuat Nyaris satu jam Aletta terus berpura-pura tidak sadarkan diri, ia sengaja mengulur waktu karena ia tahu Justin pasti akan segera menemukannya.Itu pun kalau pria itu memang masih ingin membantu Aletta setelah ia melarikan diri darinya.Memangnya pilihan apa lagi yang Aletta punya, selain pergi sejauh mungkin dari pria itu setelah melihat dua orang anak buahnya yang berusaha menculiknya?Atau jangan-jangan tuan yang para berandalan itu maksud adalah Justin?Tapi kenapa Justin harus bersusah payah menugaskan beberapa anak buahnya untuk menculik Aletta, kalau bisa saja Justin membunuh Aletta langsung saat masih berada di dalam Chateaunya?Bermacam pertanyaan terus berkecamuk di dalam diri Aletta. Sambil tetap waspada kalau saja para pria berandalan itu mencoba untuk merudapaksanya.“Kita lakukan saja sekarang! Memangnya kenapa h