Share

082 || Pendarahan

Author: Diva
last update Last Updated: 2025-02-21 00:25:27

"Kamu nggak bisa kabur dari aku, Nindy!"

Melihat Anindya yang ingin berlari, dengan cepat Lingga menarik rambut panjang Anindya dengan kencang. Lingga sangat kesal dengan tingkah Anindya yang mencoba untuk kabur darinya.

"Sakit, Lingga!"

Anindya meringis merasakan perih pada rambutnya yang dijambak kencang oleh Lingga. Rasanya rambutnya seperti ingin lepas dari kepalanya, seketika rasa pening langsung menyerang Anindya. Kini keadaan Anindya begitu mengenaskan, rambutnya yang dijambak kuat, wajahnya yang dipenuhi oleh air mata, di tambah perutnya yang sejak tadi terasa sakit.

"Itu akibatnya kalo kamu ngelawan aku, Nindy!"

Lingga menyeret paksa Anindya agar mengikuti langkah lebarnya kembali pada rumah tua tadi. Rizhar mengikutinya dari belakang sambil bersiul, sejak tadi dia sudah tidak sabar untuk merasakan tubuh molek Anindya. Wanita itu pakai acara kabur-kaburan segala, jadi semakin menghambat waktu. Tidak bisakah Anidnya langsung nurut dan pasrah saja menerima kepuasan yan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pesona Istri Presdir Posesif   083 || Zico

    "Saya sebentar lagi sampai di lokasi tujuan. Jangan ada yang bergerak sebelum dapat perintah dari saya."Zico memutuskan panggilan telpon dari salah satu anak buahnya. Beberapa dari mereka sudah sampai di pinggiran kota. Dia sengaja menyuruh mereka untuk diam tanpa bergerak sebelum dirinya sampai di sana. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi. Zico kembali melanjutkan perjalanannya menuju daerah pinggiran kota Pandora. Sebelum itu dia meletakan ponselnya pada dashboard mobil, tapi suara notfikasi pesan masuk membuat Zico mengurungkan niatnya. Dia kembali membuka ponsenya, ternyata pesan dari Ivander. Suatu keberuntungan, dia langsung membukanya tanpa menunggu lama. Jika, tidak sudahdapat dipastikan jika Ivander akan mengamuk padanya nanti dengan menelponin diriya berulang kali. Sejak dulu, notfikasi pesan atau telpon dari Ivander menjadi prioritas utama. Bahkan kekasih Zico saja berada di urutan nomor dua, karena yang pertama Ivander. "Lingga?"Kening Zico berkerut bi

    Last Updated : 2025-02-21
  • Pesona Istri Presdir Posesif   084 || Kehancuran Ivander

    084"Kami sudah melakukan tes untuk mengetahui faktor keguguran dari Bu Anindya, dan hasilnya tidak ada kelainan genetik apapun. Pada usia kehamilan yang sangat muda ini, trauma fisik seperti jatuh memang bisa memicu terjadinya keguguran. Kami sudah memastikan bahwa janin di dalam kandungan sudah tidak lagi dapat bertahan." Penjelasan Dokter membuat suasana di depan ruang UGD itu semakin mencekam. Untuk sesaat dunia seolah berhenti mendengar kabar yang diberikan oleh Dokter yang menangani Anindya. Semua orang yang berada di sana menundukan wajahnya yang kini memucat. "Tampaknya juga sejak awal kehamilan kondisi janin itu begitu lemah. Dan hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena kelelahan atau karena cemas dan stress berlebihan. Dan semakin diperburuk lagi dengan faktor benturan keras karena terjatuh. Sehingga janin terpaksa mengalami abortus atau keguguran." Dokter wanita itu kembali menjelaskan secara lengkap alasan Anindya bisa keguguran. Dia menatap sat

    Last Updated : 2025-02-21
  • Pesona Istri Presdir Posesif   085 || Penjelasan Anindya

    "Maaf, Ivan! Semua ini salah ak—" "Ya, itu salah kamu. Kalo kamu nggak maksain diri kabur dari rumah, calon anak kita masih hidup!" Dengan cepat Ivander memotong ucapan Anindya. Raut wajahnya begitu datar dengan kedua mata yang menatap lurus ke jendela ruang rawat Anindya. Bohong, jika dirinya tidak marah pada Anindya atas kejadian ini. Ivander marah, sangat marah, dia kecewa pada Anindya yang begitu bodoh sampai calon anak mereka menjadi korban. "Maaf, Iv—" "Maaf?" Ivander kembali memotong ucapan Anindya untuk yang kedua kalinya. Dia mengalihkan pandang menatap wajah Anindya yang terduduk di atas brankar rumah sakit sambil terisak pelan. "Dengan mudahnya kamu minta maaf setelah semua yang terjadi?" lanjut Ivander yang berhasil membuat Anindya mengatup bibirnya rapat-rapat. Ivander memasukan kedua tangannya pada saku celananya. Dia menatap Anindya dengan tajam. "Kamu sangat egois, Anindya! Kalo kamu nggak bisa nerima pernikahan kita nanti, kamu seharusnya marah sama aku, b

    Last Updated : 2025-02-22
  • Pesona Istri Presdir Posesif   086 || Godaan Laura

    "Ivan, aku nggak nyangka ketemu kamu di sini!" Laura yang sejak tadi memperhatikan sosok yang sangat familiar di pandangannya. Bergegas mendekat untuk melihat lebih jelas, dan benar jika sosok itu adalah Ivander Alessandro— calon tunangannya. "Kamu apa kabar, Ivan?" Laura sedikit berteriak agar suaranya dapat di dengar oleh Ivander. Dentuman musik club malam di terangi lampu dengan pencahayaan yang minim. Wanita dengan dress merah yang mempertontonkan belahan dadanya secara jelas dengan panjang dress di atas lutut. Dress itu tampak sangat ketat, sehingga lekuk tubuh Laura terlihat begitu jelas. Wanita itu tampak menggoda dengan wajah cantik yang terpoles make up tebal dan bibir yang merah menyala. Ivander yang tengah menyesap vodka di tangannya itu tidak menggubris kehadiran Laura yang duduk di sampingnya tanpa permisi. Setiap tegukan vodka terasa seperti api yang membakar tenggorokan, memanas hingga dadanya terasa terbakar. Seolah-olah cairan itu menyalakan api kecil di dakam

    Last Updated : 2025-02-23
  • Pesona Istri Presdir Posesif   087 || Menjadi Pelacur?

    "Aku nggak mau denger penolakan! Cepat layanin pria di kamar 203, Mela!"Seorang wanita berumur 42 tahun dengan pakaian nyentrik yang sangat terbuka itu menatap penuh ancaman pada Melani. Madam Angel, seorang mucikari pemilik rumah bordir yang berada di pusat kota. Lokasinya begitu terpencil, jjarang sekali ada yang lewat ke tempat ini. Sehingga sulit ditemukan oleh orang-orang. Madam Angel, memiliki banyak pelacur yang siap melayani pelanggan. Tentunya semua pelacur yang berada di tangannya sudah terlatih untuk memuaskan pelanggan. Bayaran satu malam dari pelanggan 30% untuk pelacur, 70% untuk dirinya. Itu sudah tidak bisa dibantah oleh siapapun, para pelacur yang bekerja di bawah tekanan Madam Angel hanya bisa pasrah menerima ketidakadilan ini. "Apa? Aku nggak sudi!"Melani menolak dengan kedua mata melotot terkejut mendengar perintah Madam Angel. "Aku bilang nggak mau denger penolakan! Cepat layani pria itu, jangan buat pelanggan menunggu lama!" Madam Angel berdecak melihat Me

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pesona Istri Presdir Posesif   088 || Ivander Luluh

    "Istirahat, keadaan kamu belum benar-benar pulih!" Ivander bersiap keluar dari kamar mewah bernuansa cerah itu. Dia tidak ingin berlama-lama bersama Anindya di dalam kamar Villa ini, dia harus bergegas pergi dari hadapan wanita itu. "Ivan, sampai kapan kamu marah sama aku? Sampai kapan kamu mau diemin aku kaya gini?" Suara lemah Anindya berhasil menghentikan langkah Ivander yang berada di dekat pintu. Terhitung sudah lima hari semenjak hari di mana dirinya keguguran, Ivander masih setia mendiami dirinya. Ivander berhak marah padanya karena kesalahan yang dia lakukan itu benar-benar fatal. Anindya yang sudah menyebabkan janin dalam dirinya lenyap karena kebodohannya. Anindya sadar bahwa dia Ibu yang buruk, tidak bisa menjaga calon anak dalam kandungannya. Namun, apakah rasa bersalah Anindya tidak cukup untuk Ivander? Apakah permohonan maaf Anindya dengan tangisan di depan Ivander, tidak membuat hati pria itu bergerak untuk memaafkan dirinya? Lima hari, Ivander mendiami diriny

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pesona Istri Presdir Posesif   089 || Tuduhan Marisa

    "Mela, kaki kamu kenapa?" Suara Marisa mengejutkan Melani yang tengah mengambil minum di dapur. Marisa melangkah mendekati Melani dengan kening berkerut bingung. Dia sejak tadi mengikuti langkah Melani sejak wanita itu keluar dari kamar. Dia memperhatikan jalan Melani yang tidak seperti biasanya. Wanita yang mengenakan baju tidur berbahan satin itu menoleh dengan terkejut pada Ibu mertuanya. "Mama? Ngapain di sini?" "Kamu itu ditanya bukannya menjawab malah tanya balik." Marisa mengambil gelas di rak dapur. Lalu, menuangkan air putih dari teko pada gelas di tangannya. "Kaki kamu kenapa, Mela?" Melani gelapan saat Marisa mengulang kembali pertanyaan sebelumnya. Dia tidak tahu harus menjawab seperti apa atas pertanyaan Marisa padanya. Dengan pencahayaan minim di dapur. Karena, Melani hanya mengandalkan senter dari ponsel di tangannya. Marisa bisa melihat ekspresi gelagapan yang tergambar pada wajah Melani. "Ak—ku, tadi jat—tuh ... iya, jatuh!" Melani menjawab dengan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pesona Istri Presdir Posesif   090 || Terancam

    "Aku nggak selingkuh, Ma. Dari mana Mama bisa nuduh aku kaya gini?" Melani menatap tak percaya pada Marisa yang menuduh dirinya tanpa bukti. Dari mana wanita itu bisa memiliki pemikiran bahwa Melani tengah berselingkuh di belakang Lingga? Marisa menyatukan kedua tangannya di atas meja. Dia membalas tatapan Melani dengan begitu santai. "Kamu pikir saya bodoh, Mela? Lihat kamu yang suka keluyuran semenjak Lingga menghilang, bahkan kamu pulang hampir jam dua belas malam. Tentunya saya curiga sama kamu, Mela!" Marisa tanpa basa-basi lagi mulai mengutarakan kecurigaannya dalam beberapa hari terakhir pada Melani. Dia sudah memperhatikan wanita itu yang terkadang seperti orang gelisah, kadang juga seperti orang bahagia. Gelisah yang dirasakan oleh Melani, sepertinya bukan karena menghilangnya Lingga. Melainkan karena ada hal lain yang mengganggu pikiran wnita itu. Arjuna, suaminya yang selalu menemani Kanaya menunggu kepulangan Lingga selama beberapa hari terakhir. Tidak mencuri

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • Pesona Istri Presdir Posesif   118 || Dendam Lingga

    "Dasar bajingan!" Dengan penuh Geraman, Lingga mengumpati Ivander Meskipun takut pada Ivander, Lingga dan Rizhar tetap menyimpan marah pada Ivander. Belum selesai rasa kesal mereka terhadap kemunculan Ivander, suara mesin lain yang lebih bising mendekat dari arah yang sama. Jaguar XJ, dengan desain yang tajam dan elegan, melesat melewati mereka seperti bayangan hitam. Dalam mobil tersebut, Lingga bisa melihat sekilas Zico di kursi pengemudi dan Bima di sebelahnya, wajah mereka tertutup oleh bayangan lampu kabin. Lingga merasakan darahnya mendidih. Kedua mobil itu melaju dengan angkuh, meninggalkan jejak debu yang naik ke udara malam. Mereka tidak hanya melewati Lingga dan Rizhar—mobil-mobil itu seperti simbol ejekan atas ketidakberdayaan mereka. Tapi Lingga tahu bahwa mereka tidak punya pilihan. Membalas dendam sekarang berarti membuka diri terhadap bahaya yang lebih besar. "Liat aja nanti. Hidup kalian akan hancur sebelum kalian menghancurkanku!" Lingga meantap penuh dendam pa

  • Pesona Istri Presdir Posesif   117 || Tengah Hutan

    "Kapok aku nggak mau berurusan sama Ivander lagi!" Suara Rizhar terdengar penuh penyesalan. Seandainya hari itu dia menolak ajakan Lingga untuk menculik Anindya, bahkan dia secara tidak langsung menjadi penyebab Anindya mengalami keguguran. "Kenapa kamu nggak bilang kalo mantan istri kamu itu udah punya suami kaya iblis itu!" lanjut Rizhar menyalahkan Lingga yang sejak tadi diam berjalan tertatih di sampingnya. Dengan langkah berat keduanya terus menyusuri lahan luas yang terbentang di depan mereka. Pepohonan kering di sekitar danau menciptakan bayangan menakutkan di bawah cahaya bulan yang redup. Angin malam yang dingin menusuk kulit mereka, membawa aroma hutan yang lembap dan asing. "Aku nggak tau kalo Anindya saat itu lagi hamil." Lingga menjawab dengan napas yang memburu. "Aku pikir nggak akan terjadi apapun kalo aku merkosa Anindya saat itu. Karena, mau gimanapun Anindya itu mantan istri aku."

  • Pesona Istri Presdir Posesif   116 || Sabotase Zico

    "Tutup mulut, dengan begitu hidup kalian berdua aman." Ivander menatap mereka berdua yang telah bebas dari rantai besi yang selama ini membelenggu. "Saya bisa menghancurkan hidup kalian kapan saja jika hal ini bocor. Paham?" Lingga dan Rizhar berdiri di depan Ivander, tubuh mereka lemah dan gemetar. Keduanya tampak kehilangan kekuatan setelah seminggu menerima siksaan fisik tanpa henti. Kaki mereka terasa seperti jelly, nyaris tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri setelah terbelenggu dan tak bergerak terlalu lama. Rizhar mengangguk ketakutan. Wajah pria bertato itu terlihat pucat, mencerminkan rasa takut yang mendalam terhadap Ivander. Pria itu, dengan tatapan dingin tanpa emosi, telah menunjukkan bahwa ia tak memiliki rasa iba sedikit pun. Semua siksaan, dari pukulan hingga tendangan, dilakukan tanpa ekspresi—seolah teriakan mereka adalah sesuatu yang tak pernah sampai ke telinganya. "Saya berjanji tidak akan bicara tentang ini. Tolong lepaskan saya," suara Rizhar bergetar, me

  • Pesona Istri Presdir Posesif   115 || Bukti Kejahatan Lingga

    "Dengar, ya, Lingga. Saya akan lepasin kamu malam ini juga, tapi jangan pernah katakan apa yang telah terjadi padamu selama hampir satu minggu ini." Ivander melipatkan kedua tangan di depan dada. Di samping pria itu, Bima berdiri dengan jaket kulit berwarna hitam menggunakan topi hitam, kaca mata hitam, dan juga masker berwarna hitam. Bima selalu menggunakan pakaian serba hitam selama hampir seminggu menyiksa Lingga dan juga Rizhar, dia rela menginap di gudang eksekusi milik Ivander.Saat menyiksa Lingga, Bima tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya. Mulutnya diam, tapi tangan dan kakinya tidak. Rasanya begitu puas setiap kali mendengar teriakan penuh kesakitan dari Lingga, tubuh kekar pria itu dipenuhi oleh luka-luka dan juga memar bekas pukulan besi yang dilayangkan oleh dirinya. "Nggak bisa kaya gini! Apa yang kamu dan anak buahmu lakukan itu udsh keterlaluan. Kamu nyulik dan nyiksa saya sama Rizhar, saya nggak mungkin diem aja." Lingga dengan suara lemah melayan

  • Pesona Istri Presdir Posesif   114 || Pria Sampah

    "Bajingan kaya kamu nggak layak untuk hidup." Ivander dengan tak berperasaan menendang Lingga yang tengah memejamkan kedua matanya di sisi Rizhar. Lingga dan juga Rizhar lagi dan lagi mendapatkan pukulan dari anak buah Ivander, serangan yang diberikan oleh anak buah Ivander membuat Lingga pingsan. Sedangkan Rizhar masih menahan kesadarannya sambil menahan sakit. Lingga yang terkejut dengan tendangan keras Ivander, reflek membuka matanya. Dinding yang catnya sudah pudar dilapisi oleh jamur menjadi hal pertama kali yang Lingga lihat selama beberapa hari terakhir berada di tempat ini. Ivander mendorong dada bidang Ivander, kaki Ivander yang terbalut sneakers itu menekan dada Lingga sampai pria itu terdorong ke belakang. Punggungnya menempel pada tiang besi yang terpasang rantai yang melingkar di kedua tangan Lingga. Napas Lingga terasa sesak, dia mencoba meraup udara segar untuk mengurangi rasa sesak pada rongga dadanya yang penuh. Tangan Lingga mencengkeram kaki Ivander yang

  • Pesona Istri Presdir Posesif   113 || Makan Malam Yang Gagal

    "Pak Ivander, gawat. Marisa mau lapor ke polisi atas kehilangan Lingga!" Suara Bima terdengar panik di sebrang sana. Membuat pergerakan Ivander yang tengah mengeringkan rambut menggunakan handuk. Ponselnya dia letakan di atas nakas dengan mengeraskan suaranya. Ivander meletakan handuknya di atas kasur, lalu dia mengambil ponselnya mendekatkan pada telinganya. "Bagaimana ini, Pak?" Suara Bima kembali terdengar panik. "Tunggu dua puluh menit, saya ke sana sekarang." Tanpa menunggu respon dari Bima di sebrang sana. Ivander segera memutuskan panggilan telepon secara sepihak. Dia melempar asal ponselnya di atas kasur, Ivander segera mengenakan kaos polo untuk menutupi tubuh atletisnya. Ivander terpaksa harus pergi meninggalkan Anindya di villa seorang diri. Padahal ini hari pernikahan dirinya dengan Anindya, Ivander sangat ingin makan malam bersama Anindya dengan status mereka yang sudah menjadi sepasang suami istri. Ivander menyambar ponselnya kembali dan memasukkannya k

  • Pesona Istri Presdir Posesif   112 || Makan Malam

    "Aku nggak tau harus bersikap kaya gimana di depan Ivander!" Anindya menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan gusar. Dia termakan omongan wanita semalam yang mengatakan Ivander hanya ingin membalas dendam padanya saja. Itu yang membuat Anindya terus meragukan perasaan Ivander, di sisi lain dia dapat melihat ketulusan hati dan sikap Ivander padanya. Namun, bisa saja apa yang dilakukan Ivander padanya hanyalah akting. Namun, jika benar itu akting kenapa terlihat sangat natural? Ah, sial rasanya Anindya ingin berteriak untuk melampiaskan rasa stressnya. Kepalanya terasa penuh, dia tidak pernah bisa merasakan tenang sedikitpun. Ada saja hal yang harus dia pikirkan. "Sebenarnya motif kamu buat nikahin aku itu apa?" Anindya menatap penuh keseriusan pada cermin di depannya. Seolah sosok Ivander berada tepat di depannya. "Bukannya niat kamu cuma tanggung jawab aja, kan?" Anindya menggeleng miris dengan tatapan sendu. "Seminggu yang lalu aku baru aja keguguran, bayi dalam kandung

  • Pesona Istri Presdir Posesif   111 || Keraguan

    "Yang kamu maksud sampah itu Melani?" Anindya menutup mulutnya menahan tawa. Ternyata suaminya yang kaku ini bisa membuat dirinya tertawa juga, karena merasa lucu dengan ucapannya. Sekedar menyebut Melani dengan sebutan sampah, Anindya ingin tertawa detik ini juga. Ivander mengangguk membenarkan tebakan Anindya. "Ketawa aja, Sayang. Nggak usah ditahan!" Akhirnya Anindya melepaskan tawanya dengan tangan yang menutupi mulutnya dengan anggun. Membuat Ivander ikut terkekeh pelan melihat Anindya yang sempat murung kembali ceria lagi. Mudah sekali Anindya merubah ekspresinya. "Ivan, maaf ya aku mau ngomong sesuatu. Kamu jangan marah sama aku, ya?" Anindya menghentikan tawanya. Kini tatapannya terlihat begitu serius berhasil mengundang kerutan pada dahi Ivander yang kini merasa bingung. "Mau ngomong apa? Aku janji nggak bakal marah!" Ivander tidak bisa marah pada Anindya, bahkan saat Anindya menolak dirinya tiga tahun yang lalu dan lebih memilih menikah dengan Lingga. Dia hanya b

  • Pesona Istri Presdir Posesif   110 || Senja Di Sore Hari

    "Pemandangannya sangat indah. Aku jadi terinspirasi buat bikin novel baru dengan latar tempat di dekat pantai. Mungkin, kedua pemeran utama nanti selalu menikmati keindahan senja di sore hari dengan nuansa romantis." Binar penuh kekaguman terlihat jelas pada tatapan Anindya saat menatap langit sore. Langit yang semula biru tenang kini berubah warna menjadi perpaduan antara warna merah, oranye dan juga ungu yang mulai menyatu dalam sebuah keindahan yang tak bisa diabaikan. Mentari yang perlahan tenggelam di ufuk barat, setelah menyelesaikan tugasnya hari ini. Seolah memberi salam perpisahan yang menyinari laut dengan cahaya keemasan yang berkilau. "Setelah project film Dalam Jejak Cinta selesai. Apa rencana kamu nantinya, Anindya?" Ivander sejak tadi tak melepaskan pandang sedetikpun dari wajah cantik Anindya. Melihat senyum indah pada wajah Anindya, tanpa sadar menular pada Ivander yang kini ikut mengukir sebuah senyuman tipis. Kebahagiaan Anindya sangat sederhana, hanya meli

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status