Share

BAB 26

Penulis: Celebes
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-11 13:42:24

Anggoro benar-benar tidak tahan. Selama di kamarnya, dia semakin tersiksa. Entah kenapa batinnya tidak nyaman ketika memikirkan budaknya. Rasa gairah semakin menjadi saat membayangkan kedua mata abu nan indah mempesona itu.

"Kenapa dengan diriku? Ini tidak bisa!"

Tak dia pungkiri, sang budak memang sangat cantik dan cerdas. Bisa menyelesaikan beberapa masalah yang Anggoro sendiri tak tahu haru bagaimana mengatasainya.

Yang lebih menarik, cadar yang menutup sebagian wajah Sera lebih membuatnya terpesona. Pancaran cahaya yang tersirat di kedua mata Sera, semakin membuat Anggoro lemah. Dia menyerah dan ingin sekali meluapkan hasratnya yang sudah di ubun-ubun itu.

Anggoro menarik tubuh Sera. Semakin kuat mendekapnya. Napasnya terdengar cukup keras. Sera sedikit menahan dengan kedua tangannya. Dia tidak bisa melakukan ini. Apa yang akan terjadi jika dia melakukannya?

"Tuan, jangan lakukan. Bukankah Tuan sudah berjanji tidak akan menyentuh saya?"

Sera semakin menahan. Dia tidak bisa melaku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   BAB 27

    Jemari Sera bergetar. Dia benar-benar tidak menyangka. Jelas-jelas dia saat di villa tidak mengenakan busana. Bima pun tidak memakai atasan ketika itu. Tapi, kenapa dia justru masih perawan?Sera mengusap wajahnya berkali-kali dengan air. Kemudian dia menunduk, lalu menangis. Semula dia merasa sangat bodoh karena tidak bisa menolak permintaan Bupati. Terlalu nikmat. Sekarang, Sera bisa berbahagia dengan ini semua. Dia hilangan perawan dengan suaminya sendiri.Tangisan itu kini berubah menjadi tawa. Sera merasakan kebahagiaan pertama kali dalam kehidupannya."Bima selama ini sudah membohongiku. Dia mempermainkan aku." Sera menyalakan air shower. Menikmati kehangatan air itu dengan senyuman. "Kebohonganmu sudah membuatku bersemangat untuk hidup kembali, Bima," batinnya sambil tersenyum."Nduk, Tuan sudah mau berangkat," teriak Mbok sambil mengetuk pintu kamar mandi.Sera terburu-buru mematikan air. Dia teringat perkataan Bupati untuk tidak terlambat.Sera mengambil handuk dan menutup tu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   BAB 28

    Sera tidak mengerti. Kenapa Bima mengerti nomor ponsel Willem? Bahkan lelaki keparat itu sudah mengatur semuanya. Lalu, apa yang akan dia lakukan? Dia tidak akan bisa terbebas dari Anggoro. Apalagi pergi begitu saja dan Anggoro pasti curiga. Tapi, jika dia tidak datang ke sana, bagaimana dengan nasib suaminya?"Kenapa kau keluar? Kau menghindar dengan semua kenyataan itu?" Maya masih saja mengejarnya. Dia tidak akan pernah merasa puas jika tidak menghabisi Sera di tempat."Halah mengaku saja kau. Sudah jelas-jelas saat itu kau menuju ke rumahnya Bima 'kan? Berlutut seperti seekor anjing." Maya berjalan semakin mendekati Sera kemudian bersedekap. "Kau ke sana untuk meminta pertanggungjawaban Bima. Kau tidak bisa menyangkalnya, Sera. Wanita tidak tahu malu. Melakukan hubungan seks bebas dan belum menikah. Persis seperti ibu mu!"Plak!!Tentu saja tamparan keras Maya dapatkan dari Sera seketika itu juga."Kau boleh menghinaku, tapi tidak dengan ibuku!" Sera menunjuk tegas wajah Maya. "Ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   BAB 29

    Terpaksa Sera menerima jabatan itu. Dia ingin menarik tangan itu, namun Bima menahannya. Bahkan meremasnya. Kepala Panti sedikit terkejut saat melihatnya. "Kita akan segera membagikan semua sembako yang sudah disediakan. Untung saja Pak Bima datang dan membantu." Sera berusaha mengalihkan pandangan saat wanita itu mulai curiga. Sangat tidak baik jika gosip pasti akan menyebar."Iya ... benar," sela Bima lalu melepaskan genggamannya.Sera berjalan terburu-buru menuju ke depan. Maya melotot melihat tunangannya bersama Sera. Hatinya terasa panas. Sangat memalukan sekali. Apalagi semua orang di sana saling berbisik."Oh, jadi memang ama istri Bupati? Kan mereka pernah tidur sama-sama. Ih, tidak tahu malu," bisik salah satu wanita."Kasihan kan, Maya. Pasti sakit hati. Memang wanita tidak tahu diri," balas lainnya."Maya ... Maya. Kalau aku jadi kamu, wanita itu sudah aku buat malu," bisik istri wakil Bupati.Maya tersenyum sinis. Dia mendekati Bima, dan bergelayut manja di lengannya. Ser

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   BAB 30

    Bagai tersambar petir. Semalam Anggoro berusaha untuk mengatasi perasaannya. Dia rasanya ingin memulai semua dengan pelan-pelan. Dia pikir kehadiran Sera sudah bisa membuat dia melupakan masa lalu bersama istri pertamanya. Namun, hari ini apa dia akan sakit hati lagi?Anggoro melupakan semua sumpah itu dan mulai untuk menyentuh istrinya. Sikap Sera yang bisa membuat Satria sedikit menurut, lalu kecerdasan luar biasa yang sering mengejutkannya, membuat dia ingin lebih mengenal dengan penyatuan tubuh.Apakah dia bisa berhasrat ketika menyentuhnya? Apakah Anggoro bisa merasakan kenikmatan ketika melakukannya? Dan ternyata dia merasakan itu semua, hingga akhirnya dia mencoba dan melupakan status budak itu. Namun, bagaimana jika hari ini dia kecewa lagi?"Siapa yang sudah menghubungiku?" gumamnya sambil mengamati beberapa nomor yang berada di belakang. Hingga dia, "Maya? Ya, suara itu adalah milik Maya. Aku sangat mengenalnya."Bergegas Anggoro memakai bajunya kembali. Dia berjalan cepat m

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   BAB 31

    Tubuh Anggoro semakin bergetar. Selama ini dia selalu mengabaikan amplop itu. Menganggap sesuatu hal yang sama sekali tidak penting. Dan ternyata apa yang dilihatnya? Kebersamaan Sera bersama dengan Bima?Amplop itu berisi beberapa foto Bima saat bersama Sera ketika bersekolah. Bahkan, saat Sera tertidur di pundak Bima dengan mesra. Keduanya memang tampak seperti seorang kekasih dulunya."Mereka berhubungan sejak lama? Bima keparat!" teriaknya keras. Anggoro memukul kemudi mobil hingga klakson berbunyi keras."Berani sekali budak sialan itu membohongiku?!"Anggoro memejamkan kedua matanya, mengingat saat dia menuju hotel itu. Anggoro tanpa berbicara memukul Bima sampai babak belur. Dia masuk ke dalam kamar itu dan berteriak memanggil Sera."Sera!" Anggoro memasuki semua ruangan di dalam kamar itu. Sebuah kamar tipe suite dan termahal di sana. Sangat luas, bahkan ada kolam pribadi di dalamnya."Sera, kau jangan sembunyi wanita murahan!" Anggoro tidak menyerah. Dia tetap mencari keberad

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   BAB 32

    Pamela, wanita sangat berkelas dan kaya raya. Bahkan kekayaan keluarganya menyaingi Simbah. Dia sangat senang ketika Anggoro menerima cintanya dan mengajaknya menikah. Merasa menjadi wanita paling hebat. Menikahi lelaki impian semua wanita.Simbah tidak senang dan menolak, walaupun nantinya akan mengakhiri perjanjian bisnis sangat besar dengan keluarga Pamela yang sangat sombong dan arogan. Sosok Pamela tidak akan pernah puas dengan apa pun. Dia hanya ingin kekuasaannya bertambah. Bersatunya keluarga mereka, semakin membuat Pamela semena-mena.Sesuai dugaan Simbah. Keberadaan Pamela di rumah membuat suasana sangat mengerikan. Memerintah dengan seenaknya. Anggoro pun sangat frustasi. Pertengkaran hebat selalu saja terjadi. Sifat mendominasi Pamela membuat Anggoro tidak tahan dan menamparnya sangat keras. Bahkan Anggoro meninggalkan Pamela beberapa hari untuk menenangkan diri. Wanita itu tidak terima. Menganggap itu adalah sebuah penghinaan. Dia membalas Anggoro dengan menjalin hubungan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   BAB 33

    Sera mendekati Anggoro dan melewati Pamela begitu saja. Mengambil tas hitam yang berada di genggaman Bupati. Entah kenapa Anggoro hanya terdiam. Padahal, dia sangat marah dengan istrinya. Simbah pun juga tidak menyangka saat melihat anaknya. Sosok Anggoro selalu saja meluapkan emosi ketika dikhianati. Namun, kenapa sekarang diam?"Sangat percaya diri sekali," balas Pamela dengan terkekeh pelan. Dia mengusap kepala Satria dengan tersenyum, lalu berjalan mendekati Sera. Sambil berkacak pinggang dia berkata, "Apa yang bisa dilakukan wanita murahan seperti dirimu? Pendidikan rendah. Gadis desa yang tidak memiliki apa pun." Suara itu pelan, disertai senyuman mengejek.Sera hanya memandang suaminya yang juga membalas tatapannya. Rasa cemburu seketika menyelimuti hati Pamela. Dia bergelayut manja di lengan kekar suaminya, karena tidak mau terlihat kalah."Aku masih istrinya," ucapnya sekali lagi dengan tersenyum. "Sayang, dia sudah bersama Bima. Ingatlah itu."Anggoro melepaskan jemari Pamel

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-26
  • Pesona Istri Desa sang Bupati   BAB 34

    Sera masuk ke dalam kamar Bupati. Meninggalkan Pamela yang masih memendam amarah. Namun, langkahnya terhenti. Tatapan tajam sudah menyambutnya. Ingin sekali menusuknya tanpa ampun. "Tuan, saya akan--""Jangan pikir kau ke sini karena aku menginginkannya." Anggoro membalikkan tubuhnya. Berjalan mendekati jendela, lalu mengambil satu gelas air dan meminumnya. Lelaki itu diam saja. Tidak berbicara apa pun, atau membahas sesuatu yang sebenarnya ingin sekali Sera jelaskan.Sera masih menunggu. Sampai beberapa menit, dia akhirnya gelisah dan hanya menunggu sambil berdiri.Sera ingin sekali menolong suaminya. Dia hanya bisa mengandalkan Bima. Dengan nekat, Sera ketika itu melakukan permintaan Bima. Dia juga tidak menyangka akan melihat Bima di depan vila milik Anggoro. Ketika itu Sera tidak bisa berpikir jernih dan hanya ingin Bima membantunya menyelesaikan masalah Bupati. Wanita itu sangat berani masuk ke sana dan mengikuti Bima."Hmm, apa kau ingat vila itu?" tanya Bima terkekeh sambil me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27

Bab terbaru

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 135

    Mereka berdua masih saling bertatapan. Selang beberapa detik Willem mengalihkan pandangannya. Dia tidak mau Sera membahas tentang apa pun. "Hanya masalah pekerjaan biasa yang selalu membuatku pusing. Sudah kita lebih baik kembali saja. Kau ingin bertemu dengan Satria kan?" Lelaki Belanda itu menarik tangan kanan Sera dan menggenggamnya dengan erat. Wanita itu berjalan dengan sangat pelan karena perutnya yang terasa sangat nyeri. Sesekali dia memegangnya. "Aduh Pak. Maafkan saya. Tadi saya mencari Nyonya kemana-mana. Syukurlah dia sudah bersama Bapak," ucap sang sopir sambil menarik nafas lega. "Jadi kau membiarkan dia masuk ke sana sendirian?" Willem dengan tegas menatap lelaki itu yang hanya menundukkan kepala. "Sudahlah. Ngapain dia ikut masuk ke dalam? Itu kan khusus untuk wanita. Lagi pula aku sudah bertemu denganmu. Ayo kita masuk ke dalam mobil." Sera bergegas masuk ke sana. Willem masih saja berusaha mengatasi emosinya. Dia tidak mau terlihat panik dan cemas. "Menca

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 134

    Anggoro tidak mengerti kenapa Pamela pergi dari hadapannya begitu saja seperti orang ketakutan. "Pamela! Kenapa kamu pergi Pamela? Kita belum selesai bicara Pamela!" Padahal sebelumnya dia tidak mau bertemu dengan Pamela. Tapi karena gelagat Pamela yang mencurigakan seperti itu membuat Anggoro tertarik untuk menemui wanita itu. Anggoro berjalan cepat keluar dari ruangan itu. Sebenarnya dia tidak boleh melakukannya. Melihat Anggoro yang hendak meninggalkan ruangan, beberapa polisi yang terduduk spontan berdiri dan menarik lengan sang Bupati. "Pak! Sudah ku katakan kalau Bapak itu tidak boleh keluar tanpa seizin kita. Kenapa? Jangan-jangan Bapak melakukan kekerasan lagi kepada Nyonya Pamela. Ayo ngaku!" teriak polisi sambil menunjuk Anggoro yang terus menatap Pamela sampai keluar dari kantor kepolisian. "Pasti anda melakukan sesuatu dengan Nyonya Pamela. Aduh seharusnya Nyonya Pamela itu bersama dengan pengacaranya. Lihatlah dia keluar ke jalan cepat seperti itu." Polisi lainn

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 133

    Oh tidak. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa Sera tiba-tiba memberikan tugas itu kepada Willem? Jelas-jelas tugas itu adalah suatu hal yang tidak akan pernah dia lakukan. Pamela sangat kesal ketika Satria mengancamnya. Dia masih saja setengah mabuk saat itu. Apa yang bisa dia lakukan? Tidak ada yang bisa dia minta bantuan kecuali Willem. Tanpa basa-basi Pamela menelepon lelaki Belanda itu dan mengatakan semuanya. "Satria bisa mengancam hidupku. Jika aku tertangkap, aku akan membawamu juga." Ucapan Pamela saat itu membuat Willem sangat emosi. "Apa kau tidak memiliki perasaan apapun terhadap anakmu? Dia adalah anak kandungmu dan kenapa kau tidak bisa mengatasinya?" Willem masih saja meminta Pamela untuk tidak berbuat bodoh. Apalagi itu adalah anaknya sendiri. Tapi apa hasilnya? Pamela hanya menginginkan kemenangan. "Bawa dia pergi. Tapi jangan pernah kau sakiti dia," balas Pamela kemudian menutup panggilan. "Sialan. Dia selalu memberiku pekerjaan yang sangat bodoh seperti ini. A

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 132

    Willem tersenyum sambil melebarkan kedua matanya. Dia masih belum bisa menjawab apa yang menjadi permintaan Sera. "Kenapa?" tanya Sera dengan suara pelan. "Aku sangat merindukan anak itu dan aku memiliki janji yang belum aku lakukan. Entah kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya. Bukankah kau bisa melakukan apa pun yang aku inginkan? Pertemukanlah aku dengan Satria." Willem menarik nafas panjang untuk mengatasi rasa gelisah di dalam dirinya. Dia sudah berjanji kepada Sera. Mempertemukan Sera dengan Satria adalah hal yang bisa dia lakukan dengan sangat mudah. "Jika kau tidak bisa melakukannya, baiklah. Aku tidak akan memaksa. Mungkin aku akan meminta bantuan Bima. Dia adalah paman dari Satria. Pasti dia bisa mengabulkan keinginanku," lanjut Sera tidak menyerah. "Tidak," sela Willem. "Akan aku lakukan apa pun yang kau inginkan." Lelaki Belanda itu menatap sang sopir dari kaca spion dan lanjut berkata, "Kita akan menuju ke rumah Anggoro. Kita akan bertemu Satria di sana." Sa

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 131

    Maya mendekati Bima, berusaha untuk menjaga lelaki itu agar tidak mengejar Sera yang sekarang sudah dibawa oleh Willem keluar dari kantor persidangan. "Aku tahu kau ingin mengetahui sesuatu bukan? Kau sudah menyelidiki semuanya. Tapi itu tidak akan mengubah apa pun. Aku akan tetap menjagamu untuk menikahi Sera karena itu merupakan pembalasan dendam yang harus aku lakukan untuk membuatmu menderita." "Sudah jelas-jelas aku salah memilihmu. Bahkan Ibuku sekarang tidak menyukaimu. Untuk apa kau mempertahankan diriku sementara aku sama sekali tidak tertarik padamu?" balas Bima sambil mengawasi Maya dari atas sampai bawah. "Kau sama sekali tidak memiliki apa pun untuk menarik perhatianku. Jadi lebih baik kau berkaca sebelum kau mencari yang lain, karena aku yakin tidak akan ada lelaki yang tertarik kepadamu." Bima akan melewati Maya begitu saja. "Oh ya. Aku memang tidak akan pernah melepaskanmu dan melampiaskan diriku pada lelaki lain." Maya mendekati Bima kemudian tertawa dengan s

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 130

    "Bupati tidak ada di ruangan!" teriak salah satu polisi. "Ke mana dia? Tadi dia bertemu dengan Nyonya Maya tapi sekarang dia menghilang begitu saja," lanjutnya dengan sangat panik, membuat beberapa anggota polisi lainnya berlari berhamburan dan memeriksa semua ruangan. Ketika ada salah satu yang akan memeriksa ruangan sebelah, mendadak anggota polisi lainnya menahan gerakannya. "Bukankah kita sudah memeriksa ruangan itu dan mengembalikan kursi yang dilempar itu? Tidak ada siapa-siapa di dalam. Ayo jangan buang waktu. Pasti dia kabur tidak jauh dari sini." Mereka akhirnya pergi dari sana. Sera yang semula mendorong tubuh Anggoro agar bibirnya bisa lepas itu tidak jadi ketika Anggoro menggelengkan kepala. Mereka berdua masih saja dimabuk asmara. Tidak peduli mereka mendengar keributan terjadi di luar. Anggoro pun tidak peduli jika dia nantinya akan mendapatkan hukuman tambahan karena menghilang begitu saja dan membuat semua orang panik. Ketika Anggoro sudah melakukannya dengan san

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 129

    Anggoro masih terdiam mendengar apa yang dikatakan Maya. Wajah mereka memang sangat mirip. Awalnya Anggoro tidak mencurigai apa pun. Kebanyakan orang yang berasal dari luar Indonesia memiliki fisik yang sama. Kedua mata mereka memiliki warna yang khas. Anggoro tidak pernah memusingkan hal itu. "Tentu saja mereka sangat mirip. Seharusnya kita paham dari awal. Sera itu bukan orang Indonesia. Walaupun dia memiliki orang tua dari Indonesia. Tapi ... ibunya adalah seorang wanita penghibur. Yang aku dengar, dia pernah menjalin hubungan dengan orang Belanda," lanjut Maya sambil terus bersedekap disertai senyuman sinis ke arah Anggoro yang masih terdiam kaku. "Kau tidak boleh menikahkan mereka sebelum mereka melakukan tes DNA," imbuh Maya dengan jari telunjuk tepat ke arah wajah Anggoro. "Omong kosong apa ini? Aku tidak akan pernah melakukannya. Umur mereka sangat jauh." Anggoro kini berdiri dan mendekati pintu kemudian lanjut berkata,"Aku dan Willem memang satu kampus. Tapi aku jauh leb

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 128

    Pamela semakin mengangkat kertas itu. Simbah berdiri dan menatap mantan menantunya itu. Dia sudah tidak menganggap Pamela sebagai menantunya lagi. Tersirat rasa marah di sana. "Keberatan yang mulia. Sebuah bukti bisa dikeluarkan jika memang diperlukan. Ini sama saja menghina persidangan," teriak salah satu pengacara Anggoro sambil menunjuk Pamela. "Keberatan diterima. Seharusnya kita bisa melakukan prosedur dengan baik di persidangan ini," ucap hakim. Pengacara Pamela mendekati wanita itu dan berusaha untuk menenangkan Pamela. Pamela pun kembali duduk sambil memperlihatkan senyuman sinis. Anggoro sangat paham dengan Pamela. Wanita itu sangat pintar berakting. Namun, dari mana dia bisa mendapatkan surat itu? Pasti ada orang dalam yang membantunya dan ini sangat tidak baik. Persidangan terjadi dengan sangat menegangkan dan runyam. Anggoro semakin terpojok. Sampai setelah 2 jam berlalu, persidangan itu pun selesai dan akan dilanjutkan 2 hari lagi. Di dalam ruangan Anggoro ter

  • Pesona Istri Desa sang Bupati   Bab 127

    Sera kemudian masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Maya yang seketika itu berdiri dan akan mengikuti, segera menghentikan langkah ketika Sobar menggelengkan kepala. "Biarkan dia sendiri dulu. Masalahnya sangat rumit. Mungkin jika dia tidak mencintai Anggoro, semua tidak akan terjadi seperti ini." "Ya ... tapi jujur. Aku memang melihat Anggoro mencintainya," balas Maya sambil berkacak pinggang, menatap pintu kamar Sera yang kini tertutup rapat. Sobar semakin menatap Maya. Lelaki itu mengernyitkan kedua alisnya dan berkata, "Kenapa tiba-tiba kau berubah menjadi seperti ini? Padahal dulu, kau menertawakan dia saat Bu Broto dan suaminya, serta Bima menginjak-injak harga dirinya." Sobar menarik Maya untuk menjauh dari kamar Sera. "Aku tidak mau Sera mendengar apa yang kita omongkan. Dia itu sangat menderita ketika kau melakukan itu. Kau kan tahu juga, gara-gara Bima dia akhirnya menjadi seperti orang gangguan jiwa. Apalagi menyebabkan kecelakaan yang membuat anak bupati menjadi lu

DMCA.com Protection Status