Seperti mentari pagi yang cerah, saat membuka mata, pertama kali yang dilihat adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Wajah tampan dengan garis tegas, puncak hidung yang mancung.Nada tersenyum bahagia. Perlahan tangannya keluar dari dalam selimut. Rasanya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengukir di atas kanvas cinta wajah tampan ciptaan Yang Kuasa itu dengan jarinya. Berlabuh pada titik anak rambut yang sedikit menutup wajah Ethan, jemari Nada yang lentik turun menelusuri indahnya lengkuk hidung bangir Ethan hingga sampai puncaknya."Sangat tampan!" lirihnya sangat pelan menggagumi.Lagi-lagi Nada tersenyum, bahkan tertawa kecil saat jemarinya tidak mau berhenti. Alhasil, bibir Ethan menjadi sasaran. Sangat lembut usapannya. Netranya pun terpatri terpaku, mengagumi ketampanan sang suami.Ethan bukan tidak merasakan seluruh belaian dan usapan lembut Nada pada wajahnya. Dia hanya tidak ingin mengganggu kebahagiaan istrinya sehingga memilih untuk tetap menutup mata dan pura-pura masi
"Kenapa semua orang bersikap aneh pagi ini? Kenapa kamu juga mengikuti mereka?" Nada mendekati Indah dan berbisik heran."Tidak ada yang aneh," jawab Indah dengan sedikit senyum nyengir melirik ke arah karyawan yang lain.Nada kaget melihat sikap semua orang di perusahaan terlihat berbeda padanya. Biasanya mereka akan cuek bebek dan sesekali saja saling menyapa, tapi pagi ini tidak. Semua orang menyapa dengan sedikit membungkukkan tubuh mereka. Mulai dari satpam di depan pintu masuk, sampai resepsionis dan juga karyawan lain yang berpas-pasan dengannya. Bahkan Indah pun yang selama ini adalah teman dekatnya di departemen tempatnya bekerja melakukan hal yang sama saat dia datang."Jangan sok tidak tau, Indah! Jelas-jelas mereka bersikap aneh pagi ini." Nada kesal mendengar jawaban Indah. Pencil yang digunakan Indah untuk mendesain pun menjadi sasaran. Nada merampas, lalu membantingnya pelan di atas meja sehingga temannya itu kaget dengan pundak melonjak. Indah menoleh dan melihatnya l
"Dokter, aku akan melunasi biayanya," ucap Nada.Hari ini Nada pulang lebih awal karena dia langsung pergi ke rumah sakit. Maksud hati ingin melunasi biaya operasi dan donor ginjal untuk Bethany. Karena dia telah memiliki uang penghargaan atas kemenangannya, dia pikir uang itu sudah cukup untuk biaya pelunasan awal. Untuk biaya perawatan selanjutnya, akan dia pikirkan kembali."Maaf, Nona, Anda terlambat. Orang lain sudah melakukan pembayaran lunas terlebih dahulu," ucap dokter menyesalkan kedatangan Nada yang sudah terlambat."Dokter, bukankah aku berjanji akan melunasi dan Anda memberi waktu hingga lusa? Kenapa bisa Anda memberikan pada orang lain?" Nada sedih dan juga kecewa. Ginjal yang akan diberikan pada Bethany, ternyata sudah dibayar oleh orang lain. Padahal dia sudah berpesan untuk tidak memberikan pada orang lain karena dia akan segera melunasinya.Nada berjalan ke luar dengan langkah lemah tak berdaya. Harapannya untuk mengobati Bethany sia-sia sudah. Bahkan dia sudah memb
"Apa kamu tidak mau menemuinya dan mengatakan sesuatu sebelum dia menjalani operasi?" Nada tercengang, terdiam. Kata-kata Ethan, meski tidak mengatakan secara langsung, namun dia langsung mengerti apa arti semuanya itu."Tapi dokter bilang, ginjal itu telah diberikan pada orang lain." Nada berusaha untuk tidak terlalu berharap apa yang dia pikirkan tentang kata-kata Ethan benar. Mungkin yang dimaksud Ethan adalah orang lain atau mungkin keluarga Ethan yang akan melakukan operasi. Kerena Ethan belum memperkenalkan pada keluarganya, maka dia berpikir Ethan akan memperkenalnya sekarang."Orang itu, aku," ucap Ethan. "Dan hari ini rencana operasinya," sambungnya.Nada semakin terkejut dan kaget. Matanya semakin membulat sempurna. Dia sama sekali tidak menyangka bila Ethan melakukan hal itu semua lebih cepat dibanding dirinya. Padahal baru tadi Nada menceritakan tentang Bethany, tapi ternyata Ethan sudah mengetahuinya lebih dahulu, bahkan membayarnya."Ethan, kamu tidak bercanda, bukan?"
"Ethan, aku-" Nada mendorong pelan wajah Ethan menjauh dari wajahnya setelah merasa kehabisan stok oksigen dalam paru-parunya. Awalnya Nada menikmati setiap sentuhan yang Ethan berikan padanya, tapi saat merasakan sentuhan lembut pada satu sisi tubuh sensitive yang lain, tiba-tiba Nada merasa ngeri dan refleks mendorong Ethan."Kenapa?" Tatapan yang lembut penuh cinta dilayangkan pria berwajah tampan, Ethan. Seperti tidak rela kesenangannya terhenti, jemarinya menyapu lembut bibir basah Nada.Ada keraguan dalam sorot mata Nada saat menembus manik mata Ethan dan itu dirasakan oleh Ethan. Hanya saja dia ingin mendengar sendiri dari bibir Nada."Nada, apa kamu meragukan aku?" Ethan merasa Nada meragukan cintanya.Nada tidak segera menjawab. Dia sendiri bingung harus berkata apa. Dia takut melukai hati Ethan dan juga hatinya. Masih dengan tangan melingkar pada tubuh Ethan, Nada terdiam kaku.Tidak dapat dipungkiri, memang ada keraguan dalam hatinya. Bukan tidak ingin menyerahkan mahkotan
"Lain kali aku tidak mau lagi mandi denganmu, Ethan," kesal Nada sembari memeluk dirinya sendiri.Nada duduk di atas tempat tidur dengan rambut dibungkus handuk, tubuhnya pun dibungkus rapat oleh selimut tebal. Tidak sedikitpun bagian tubuhnya terlihat, kecuali wajah. Meski begitu, dia masih merasa kedinginan karena Ethan baru saja membawanya keluar dari kamar mandi setelah pria itu hampir tiga puluh menit mengurungnya di dalam kamar mandi. Ups! Bukan mengurung, tapi lebih tepat memanjakannya. Maklumlah, meski pernikahan mereka sudah berlangsung cukup lama dan bisa dikatakan bukan pengantin baru lagi, tapi baru malam ini Ethan belah duren. Jadi, wajar saja kalau Ethan tidak bisa menahan diri untuk kembali mengarungi lautan cinta mereka."Sayang, jangan katakan seperti itu!"Ethan berjalan mendekati Nada. Dia bukan tidak bertanggung jawab dan membiarkan istrinya kedinginan. Justru karena dia tidak mau istrinya kedinginan terlalu lama, makanya setelah membopong Nada keluar dari kamar m
"Ethan, jangan lakukan ini! Jangan ganggu aku!" Nada kaget ketika tiba-tiba Ethan memeluk pinggangnya dari belakang dan langsung meletakkan dagu di atas pundak di saat dia sedang memotong sayuran untuk sarapan pagi ini. Dia kesal karena Ethan mengejutkannya dan jarinya hampir terpotong, namun bahagia juga karena mendapat sapaan pagi dengan peluk dan cium dari suami tercinta."Lepaskan, Ethan!" Nada berusaha melepaskan tangan Ethan dari perutnya."Biarkan begini, Sayang. Aku merindukanmu," lirih Ethan dengan malas. Matanya terpejam."Aku tidak bisa masak kalau kamu begini.""Bisa. Anggap saja aku tidak ada!" Lagi-lagi Ethan berkata seperti orang ngelindur saat tidur.Nada mendengus panjang. Percuma mengusir dan bicara pada suaminya yang sedang manja-manjanya karena bisa dikatakan kehidupan mereka beberapa hari ini seperti pengantin baru yang baru menikah, mereka sedang kasmaran. Jadi, tidak mungkin Nada marah dengan sikap dan tingkah Ethan.Pagi yang sangat indah untuk pasangan muda
"Ethan, apa aku terlihat cantik?" Nada tidak percaya diri dan sangat gugup. Dia berdiri di depan cermin besar sembari memperhatikan dirinya sendiri.Casual bodycon dress tanpa lengan, dengan salah satu bagian pundaknya terbuka yang dipakai Nada malam ini jelas semakin memperindah lekuk tubuhnya, terlebih warnanya yang gelap berpadu dengan warna kulit Nada yang mulus dan bersih membuat pesonanya terpancar. Dress panjang dengan belahan hingga setengah paha memperlihatkan kaki jenjangnya yang menawan. Dipadu dengan high heels yang memiliki warna senada dan memperlihatkan jemari indah kaki Nada semakin membuat Nada tampil sangat cantik dan anggun. Ethan yang juga sedang merapikan penampilannya, saat mendengar pertanyaan istrinya, pria itu langsung menoleh dan berjalan mendekat. Dengan lembut menyentuh kedua sisi pundak Nada, lalu membawanya berputar saling berhadapan.Aura kecantikan Nada mampu menghipnotis Ethan. Dipadu dengan rambut halusnya dibiarkan tergerai dengan ujung sedikit ber
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber