Setelah mengirim pesan balasan yang pertama untuk Nada, Ethan beranjak dari sofa dan pergi ke kamarnya. Tubuhnya terasa lengkeh oleh keringat sisa-sisa gym ditambah peluh sisa-sisa kisah asmara romantisnya bersama Nada yang berjalan seperti sinetron berseri, putus di jalan pas lagi tegang dan enak-enaknya. Ethan langsung melepas celana dan menyambar handuk. Tidak peduli betapa lelahnya dia, yang ada dalam pikirannya hanya gelombang rasa yang tidak juga mau pergi dari diri dan pikirannya. Ethan segera memutar kran air dan langsung mengguyur seluruh tubuhnya.Tubuhnya terasa lebih segar setelah mandi. Sembari mengeringkan rambut, Ethan kembali terkenang kejadian mesra dan panas antara dirinya dan Nada. Kenangan yang tidak akan pernah dilupakan oleh Ethan.Setiap mengingat kejadian mesra dan bagaimana Nada membalas setiap sentuhannya, bibir pria berwajah tampan itu mengembangkan senyum. Bahkan senyumnya lebih lebar dari saat dia memenangkan proyek besar. Ethan senyum-
"Berapa waktu yang mereka berikan?" tanya Nada. Dia menyakan berapa tenggang waktu yang diberikan oleh rumah sakit penyedia ginjal."Tidak lama, Nona. Hanya berapa hari karena bila dalam waktu yang mereka berikan dan tidak segera di ambil, maka akan diberikan pada pasien lain yang juga membutuhkan donor ginjal," jawab dr. hulk.Nada terdiam dan tampak berpikir. Dia merasa senang karena akhirnya Bethany mendapatkan donor ginjal yang cocok dengannya, namun dia juga merasa sedih dan bingung tentang biaya yang harus dibayarnya.Dia telah membayar sebagian dari nominal yang disebutkan. Artinya, Nada masih harus mencari sisanya. Saat ini dia tidak mempunyai uang lagi. Pembayaraan desain dari klien telah dibayarkan ke rumah sakit. Dia hanya memiliki sisa beberapa saja untuk makan sehari-hari."Baiklah, Dokter. Tolong jangan berikan ginjal itu pada orang lain! Aku akan mengusahakan sisa pembayarannya," ucap Nada. Dia berharap segera mendapatkan kekurangan uangnya.Setelah berbicara banyak hal
Sementara Nada terus berteriak di luar rumah, sedangkan di dalam rumah besar di lantai 2 ada seseorang yang merasakan kemarahan dan tidak tenang. Dolly yang sejak tadi mendengarkan dan mengintai Nada dari balik tirai yang disingkap sedikit merasa cemas dan gelisah. "Kurang ajar! Memangnya siapa dia berani mengancam aku begitu?" maki Dolly mendengar ancaman Nada padanya.Wajah Dolly merah padam menahan marah atas ancaman yang Nada teriakkan padanya. Dolly uring-uringan setiap kali mendengar teriakan Nada yang terus mengancamnya, apalagi membawa nama Ethan. Ada letupan dalam dirinya yang meledak dan tidak menyukai Nada membawa nama itu. Ada bagian dalam dirinya yang bergetar."Ini semua gara-gara kamu. Coba kalau kamu membiarkan aku memberikan uang itu padanya, dia tidak akan mengancam kita seperti itu." Vincent menyalahkan istrinya, Dolly. "Sekarang dia kembali untuk menagih janji kita. Malah melakukan ancaman pada kita," sambung Vincent merasa kesal pada Dolly, istrinya."Kenapa kamu
"Berikan uang itu padaku atau kalian akan tanggung akibatnya setelah Ethan tau kalau kalian telah menipunya!" ucap Nada dingin.Mendangar nama Ethan dan ancaman yang sama, Dolly tidak dapat menahan kemarahannya. Dia juga tidak bisa bertahan dengan keputusannya untuk tidak memberikan uang itu pada Nada. Setiap kali mendengar nama Ethan, selalu saja ada getaran hebat dalam dirinya. Getar ketakutan dan rasa khawatir."Kamu-" Dolly geram.Wanita itu memutar tubuh kasar dan cepat, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Dia mengambil uang yang diminta oleh Nada dan sebuah tas lusuh, lalu memasukkan uang itu ke dalamnya. Dia kembali menemui Nada."Ambil ini, Bocah serakah!" marah Dolly sembari melemparkan uang dan tas lusuh pada Nada. Setelah melemparkan uang itu ke bawa, Dolly langsung pergi karena kesal.Lembaran uang kertas itu tabur saat Dolly melemparkan ke bawah. Meski harus mendapatkan penghinaan, Nada tidak peduli. Yang terpenting baginya adalah uang untuk biaya op
"James, maaf. Aku angkat telepon dulu," ucap Nada, lalu mendekatkan ponselnya pada telinga.Nada tetep di tempat duduknya tanpa menyingkir karena dia pikir tidak ada yang penting yang perlu di tutupi. Toh dia hanya menerima telepon dari Ethan, bukan dari orang lain."Halo," sapa Nada."Nada, apa kamu belum pulang?" tanya Ethan.Hari ini Ethan memang sudah bilang tidak bisa menjemput Nada. Nada juga tidak memintanya menjemput dan saat ini dia sudah berada di rumah.Nada mengarahkan pandangnya pada James yang duduk diam menunggunya."Kenapa?" Nada tidak menjawab pertanyaan Ethan, tapi malah memberi pertanyaan lain kenapa Ethan menghubunginya."Nada, di rumah tidak ada makanan. Aku juga malas mau masak, tapi aku lapar.""Kenapa tidak masak mie saja yang cepat? Di dalam lemari makanan masih ada beberapa bungkus mie," ucap Nada."Tidak mau, aku mau masakan istriku." Ethan menolak masak nasi.Lagi-lagi Nada melihat James. Dia merasa ragu untuk mengatakan pada Ethan bila dia tidak bisa pulan
"Jadi benar, kalian sudah menikah?" James masih ingin mendengar dan berharap Nada akan mengatakan bila yang diucapkan tadi salah."Seperti apa yang kamu dengar," sahut Ethan mewakili jawaban Nada.Ethan menunjukkan sikap bila dia adalah suami Nada dan tidak memberikan kesempatan pada James untuk berpikir bila mereka hanya bersandiwara atau yang lainnya yang mungkin James pikir masih memiliki kesempatan untuk mendekati istrinya.Ethan tidak membutuhkan izin dari James untuk duduk berdampingan dengan Nada. Setelah melepas rangkulannya pada tubuh Nada, dia menuntun Nada untuk duduk. Ethan juga dengan tenang dan santai mengangkat tangan dan melambai untuk memanggil pelayan karena dia harus memesan makanan."Sayang, apa kamu sudah pesan makanan?" tanya Ethan dengan suara sangat lembut pada Nada.Nada merasa tidak enak hati pada James saat melihat sikap James tiba-tiba diam setelah kedatangan Ethan dan mengetahui bila dirinya sudah menikah, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ethan memang
Nada kembali menghela napas panjang sepanjang kesabarannya menunggu kata-kata fitnah apa lagi yang akan dilakukan oleh Danica untuknya. Dia sudah merasa muak dan terbiasa dengan hinaan dan makian yang dilakukan oleh Danica dan keluarganya sehingga Nada sudah merasa kebal.Danica memasang wajah seakan dia adalah orang yang menjadi korban dan sedih memikirkan nasib orang tuanya setelah apa yang dilakukan Nada pada mereka. Semua itu dilakukan jelas saja hanya untuk menarik perhatian dan simpati orang-orang padanya, namun membuat mereka membenci dan memandang Nada kejam."Kamu sangat tidak tau diri, Nada! Kamu serakah!" Kembali Danica mengulang bila Nada adalah orang yang serakah."Nona, memangnya apa yang dia lakukan dan mengapa kamu mengatakan dia serakah?" Tiba-tiba orang yang duduk di dekat mereka bertanya dengan aura ingin tau masalah mereka.Danica tersenyum dalam hati karena ternyata apa yang dilakukan mendapat respon yang baik dan berhasil memancing orang-orang memandang sebelah m
Danica mengedarkan pandangnya ke seluruh orang di sekitarnya. Orang-orang yang tadinya memandang hina dan jijik pada Nada, kini beralih memandang curiga dan mencemoohnya. Tatapan itu lebih tajam dan menyakitkan dari mereka memandang Nada sehingga mau tidak mau Danica harus menuruti semua yang dikatakan oleh Nada."Ayo, berikan tas palsumu itu padaku!" minta Nada lagi dan masih mengulurkan tangan pada Danica.Dengan ragu dan tidak rela, Danica akhirnya memberikan tas mahalnya pada Nada. Bola matanya sudah berkaca-kaca menahan malu dan takut. Tangannya saja sudah mulai gemetar. Nada mengambil tas dari tangan Danica dengan gerakan cepat dan terlihat seolah merebut karena dia kesal. Bibirnya mulai mengembangkan senyum tipis melihat tangan dan wajah Danica."Silakan kalian nilai sendiri, apakah tas ini palsu atau asli!" Nada memberikan tas Danica pada seorang wanita yang duduk tidak jauh dari mereka berdiri.Wanita itu menmgambil tas Danica dan tanpa harus menelitinya dalam waktu yang lam
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber