Perasaan gugup dan terpesona yang merasuki diri Nada pun demikian. Melihat wajah tampan di hadapannya semakin mendekat, wajahnya semakin terasa panas dan gerah. Deburan ombak dalam dirinya pun semakin menghantam.
"Aku ... aku kebelet pipis." Nada dengan cepat menghindarkan wajahnya ke arah samping ketika ujung hidung mereka yang sama-sama mancung hampir bertemu.Ethan pun akhirnya tersadar dari rasa hanyutnya. Dia merasa malu dan mengutuk diri sendiri. Untungnya Ethan adalah rajanya ekspresi wajah. Dengan pandai dia menyembunyikan perasaan itu di balik topeng tenang berbalut senyum tipis."Pantas saja hidungmu berkeringat," lirih Ethan.Dasar Ethan selalu mencari gara-gara dan memancing di air yang keruh. Seharusnya dia bisa dengan mudah melepaskan Nada dan membiarkan istrinya itu pergi ke kamar mandi. Sayangnya hal itu tidak dia lakukan.Dengan lembut jemari Ethan mendekati wajah Nada. Sebelum mengusap lembut keringat di ujung hidung Nada, terlebih dahulu jemariNada sadar, untuk memindahkan Bethany ke rumah sakit yang lebih baik membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dia harus lebih giat mengumpulkan uang untuk hal itu. Saat berjalan pulang, Nada memutuskan kembali ke rumah Vincent. Dia ingin mencoba kembali uang yang telah mereka janjikan bila dia mau menikah dengan Ethan."Non Nada, tuan dan nyonya tidak ada di rumah. Begitu juga dengan non Danica," ucap asisten rumah tangga keluarga Vincent."Mereka ke mana, Bi?""Mereka pergi liburan ke luar negeri, Non. Bibi tidak tau kapan mereka kembali."Nada pergi meninggalkan rumah besar itu dengan langkah lesu dan sedih. Rasanya dia tidak bisa mengandalkan janji dari keluarga Vincent untuk mendapatkan uang banyak. Dia harus bekerja sendiri dan mengumpulkan lebih banyak lagi."Hai, Nona," sapa seorang wanita datang menghampiri Nada saat dia menunggu taksi.Nada menoleh dan memperhatikan wanita itu."Nona, aku ingin menawarkan kerja sama padamu dengan bayaran yang lumaya
"Aku sudah memikirkan dan memutuskan untuk menyetujui perjanjian itu." Nada tidak mau menuruti perintah Ethan."Aku tidak akan membiarkan kamu melakukannya." Ethan semakin marah mendengar jawaban Nada."Aku tidak butuh persetujuan darimu.""Nada!" bentak Ethan.Garis kemarahannya semakin terlihat jelas. Ethan marah besar mendengar bantahan Nada untuk perintahnya. Kulit wajah Ethan yang sejatinya bersih, kini penuh dengan aura merah kemarahan. Sorot mata tajam bak elang siap menerkam mangsa menjurus lurus menembus manik mata Nada.Nada tidak pernah melihat kemarahan Ethan seperti itu semenjak mereka menikah dan tinggal bersama dan saat ini dia melihat sisi lain Ethan yang menakutkan. Tubuh Nada sebenarnya gemetar dan keberaniannya gentar, hanya saja dia berusaha untuk tenang.Nada duduk dengan kedua tangan saling meremas di atas pangkuannya. Setelah membantah dan mengamati wajah marah Ethan, Nada tertunduk sedih. Dadanya terasa sakit dan sesak. Ini kali pertam
"Kamu bisa mendapatkan pekerjaan lain yang lebih aman dan mungkin bisa menghasilkan uang lebih banyak dari jumlah yang dijanjikan perusahaan itu," sambung Ethan.Nada tersenyum getir dan mencibir perkataan Ethan."Kamu pikir mendapatkan uang itu mudah?" "Aku tidak berkata seperti itu, hanya saja aku tidak mau terjadi apa-apa padamu karena efek samping produk kecantikan yang belum memiliki izin resmi edarnya." Lagi-lagi senyum terukir dari bibir Nada, namun kali ini senyum itu sedikit lebar. Meski begitu, masih terasa getir. Seharusnya dia senang Ethan melarang karena dia perhatian dan demi kebaikannya, hanya saja saat ini yang dipikirkan Nada bukan tentang kesenangannya, melainkan kesembuhan Bethany."Kamu tenang saja! Aku tidak akan merepotkanmu bila hal buruk terjadi padaku. Ini tanggung jawabku penuh," ucap Nada tetap bertahan pada keputusannya.Ethan tidak habis pikir bila Nada juga memiliki sifat keras kepala. Kesabaran dan penekanan Ethan atas amarah
"Ethan, makanlah!" Nada meminta Ethan untuk segera sarapan, sedangkan dia sendiri sibuk memakai sepatu dan mempersiapkan diri untuk segera berangkat bekerja. Maklum, hari ini Nada bangun kesiangan karena semalaman dia tidak bisa tidur. Tangan dan gerakan Nada seperti angin berlalu, bergerak cepat dan cekatan seperti diburu setan.Saking sibuk dan terburu-buru, Nada tidak sadar kalau mata Ethan tidak berhenti memperhatikannya."Kamu tidak makan?" tanya Ethan saat melihat Nada sudah hampir selesai dengan persiapannya. "Tidak sempat. Aku bisa terlambat kalau harus sarapan dulu," jawab Nada. Sekali lagi dia tidak melihat ke arah Ethan, meski dia sedang berbicara dengan Ethan.Ethan tersenyum melihat kesibukan Nada. Dia pun bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekati Nada dan menyentuh kedua pundak Nada sehingga menimbulkan rasa kaget.Nada terkejut merasakan sentuhan lembut pada kedua pundaknya. Dengan gerakan lambat, namun pasti, wajahnya yang sejak tadi me
Tidak sampai satu minggu Nada telah menyelesaikan desainnya, hanya saja dia masih merasa ragu untuk mengirimkan hasil karyanya. Beberapa kali diamati hasil coretan tangannya."Menakjubkan!" Nada terkejut dan langsung menoleh ke belakang."Ethan?" Nada tidak tau kalau Ethan sejak tadi ikut memperhatikan desain di belakangnya.Sepulang ke rumah, awalnya Ethan ingin menyapa Nada saat melihat Nada duduk dengan serius. Hanya saja niat itu diurungkan ketika melihat apa yang sedang dilakukan Nada. Dia melihat Nada sangat serius memperhatikan hasil karyanya.Ethan melihat sekilas karya itu. Tidak disangka, dia pun jatuh cinta dengan desain perhiasan yang digambar oleh Nada. Diakui dalam hati, karya Nada menunjukkan sebuah karya seni yang tinggi. Hingga beberapa lama Nada tidak juga menyadari kehadirannya, Ethan baru mengutarakan kekaguman atas desain yang dihasilkan oleh Nada.Ethan berjalan memutar dan duduk di samping Nada. Tangannya refleks mengambil alih
"Apa yang kamu rencanakan dengan uang sebanyak itu?" Ethan penasaran dengan rencana Nada pada uangnya.Nada membalas tatapan Ethan. Dalam aura wajahnya tergambar kebahagiaan yang tidak terkira. Meski cenderung datar saat menanggapi pertanyaan Ethan, tapi nyatanya tergambar senyum bahagia di sana."Aku ingin menggunakan uang ini untuk pengobatan bibi Bethany," jawabnya. Kali ini wajah Nada menunjukkan semburat kesedihan saat menyebut penyakit Bethany. Rasanya kebahagiaan yang baru saja dirasakan hilang bila mengingat kondisi Bethany."Bibi Bethany?" Ethan bangkit dari baringnya, lalu duduk menghadap Nada dan memperhatikan dengan seksama.Dia sama sekali tidak mengetahui tentang orang yang disebut oleh Nada. Bahkan orang-orangnya pun tidak memberikan informasi tentang nama yang disebut Nada. Dia berpikir orang itu sangat berpengaruh dalam hidup Nada sehingga saat membicarakannya, wajah Nada berubah murung dan sedih."Dia yang mengasuh aku sejak kecil. Dia suda
"Apa aku tidak salah dengar?" Wajah Ethan menggelap.Ethan sama sekali tidak menyangka bila dalam toko pakaian milik keluarganya terselip pegawai yang tidak memiliki etika dan kesopanan sama sekali. Bahkan mereka tidak mengenali siapa yang sedang mereka hadapi saat ini.Ethan menahan gejolak kemarahan dalam diri. Bila bukan kerena sedang menyembunyikan identitasnya, sudah pasti pegawai yang telah merendahkan istrinya, pasti sudah dibabat habis olehnya. "Aku rasa telingamu tidak rusak, bukan? Kalau kamu punya uang, sebaiknya kamu pergi ke rumah sakit dan periksa telingamu!" Pria itu terus mengutarakan kata-kata yang membuat kemarahan Ethan semakin memuncak.Ethan menggepalkan tinjunya. Di dalam kepalanya itu telah menumpuk kemarahan yang siap meledak. Sorot matanya tajam penuh bara api. Ethan menekan dalam diri."Sebelum kami bertindak mengusir kalian dengan paksa dan memanggil satpam, sebaiknya kalian cepat pergi dari toko ini karena toko ini tidak melayani ora
"Oke, kamu yang memilih. Dalam waktu lima menit kamu tidak bisa membawa bos toko ini ke hadapanku, maka jangan menyesal kalau besok kalian kehilangan pekerjaan karena toko ini tutup," ucap Ethan dengan wajah serius."Kamu mengancam aku?" tantang manajer itu menyepelekan perintah Ethan.Kini giliran Ethan yang menunjukkan kekuasaannya. Salah satu sudut bibirnya tertarik tipis menanggapi bantahan pria itu. Ethan berjalan beberapa langkah mendekati pria itu. Bola matanya bergerak-gerak memperhatikan tubuh pria itu dengan tatapan dingin membekukan."Waktumu tinggal tiga menit lagi. Bila kamu tidak mau disalahkan oleh beberapa pegawai di sini karena mereka kehilangan pekerjaan, maka cepat panggil bosmu ke sini!" Bukan hanya serius dan bukan hanya suaranya yang penuh dengan aura mendominasi, tetapi lagak dan caranya bicara membuat manajer toko takut. Awalnya dia mengira ini hanya ancaman klasik untuk menakut-nakuti mereka, tapi saat melihat gaya dan aura Ethan, ketakutan
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber