Di saat Geva tengah menaiki bis dan transit, dia melihat sebuah mobil terhenti di tepi jalan. Mobil itu berhenti di tempat yang di larang untuk berhenti, Geva melihat seorang polisi wanita memberikan tilang ke seorang lelaki yang membalakangi Geva. Geva mulai memperhatikan sekitar dan kemudian dia kembali memperhatikan ke arah orang yang tengah di tilang. Seketika orang itu membalikkan badan dan matanya bertemu dengan Geva. Dia seketika tersenyum dan Geva membeku. “Apa dia tersenyum padaku? Siapa ya?” tanya Geva dalam hati, dia lalu membuang muka. menatap keramaian yang juga tengah menunggu bis selanjutnya. Dia tengah berfikir barangkali orang itu bukan tersenyum padanya. Geva tengah transit untuk pergi ke kantor. Sesekali dia pergi menggunakan bis kota atau kereta listrik di yang stasiunnya tak jauh dari perumahan Geva. Tapi tak jarang juga Geva berangkat bersama Axton atau menaiki taski pesanaan Axton. “Geva Kirania?” panggil seroang lelaki dari jarak yang tidak dekat. Geva lal
“Ah, Axton, bagaimana bisa kau di jalanan?” Tanya Geva lagi. Xavel tersenyum pada Axton. Tapi Axton masih diam, dia masih mencerna keadaannya sekarang. Dia baru saja memarkirkan mobilnya di emperan toko dan bahkan belum mencambut kunci mobilnya. Dia terlalu panik saat melihat Geva bersama Xavel dan tak berfikir dua kali untuk menhampiri mereka. Axton kemudian membuka mulutnya, “Tunggu, aku akan menelpon seseorang. Gev kau duduklah.” Ujar Axton dengan wajah serius pada Geva, dia bahkan belum membalas senyuman Xavel. Geva dan Xavel saling melempar pandangan karena bingung dengan tingkah Axton yang terlihat fokusnya terberai. Axton membalikkan badan dari Geva, dengan memengang tiang di bis yang dia naiki, dia mencoba mencari kontak seseorang dan meneloponnya dengan susah payah. Bis yang mereka naiki tidak terlalu sesak. Semua orang mendapatkan tempat duduk kecuali mereka berdua: Axton dan Xavel. Sementara Axton tengah mencoba menelpon seseorang, Xavel dan Geva masih membahas pemberhe
Setelah rapat bersama tim dari perusahan Xavel, Axton bersama tim perwakilan di tiap divisi kantornya mengadakan makan siang bersama. Ada tim Perwakilan Xavel juga dirinya. Xavel dan Axton adalah sobat karib sejak Axton diberi kepercayaan oleh keluarga Agam untuk memimpin perusahaan utama mereka. “Senang, rasanya bisa melakukan ini lagi setelah sekian lama. Ini adalah projek pertamaku setelah sekian lama di perusahan induk Magumi.” Xavel mengucapkannya dengan tenang, dia lalu menuangkan minuman pada Axton seperti ritual bagi sesama atasan yang saling menghormati.Giliran Axton yang menuangkan minuman pada gelas Xavel, dia tersenyum sembari menuangkan, “Ya terima kasih atas projek kerja sama mendadaknnya,” ucap Axton dengan penuh sindiran. Bagaimana tidak. Setelah beberapa hari pertemuan mereka dalam bis har itu, Xavel kemudian menyuruh managernya sebagai perwakilan bersama dengan dirinya untuk langsung bertemu dengan Axton dan memberikan proposal kerja sama. Dan proposal itu langsu
“Senang menyambut kalian di sini,” ujar Xavel pada Axton yang datang ke hotelnya bersama Geva, Egar dan satu managernya. Mereka tengah mengadakan perjalanan bisnis setengah jam di dari hotel Xavel.“Ya aku ingat kau mengatakan soal hotel utamamu di atas puncak ini. Investasi yang bagus. Kau mungkin bisa mengalahkan Golden River.” Axton menerima sambutan itu dan tak lupa pujian yang penuh dengan sindiran itu. Bahwa usaha Xavel sebelum pembangunan jalan di sekitar puncak tak pernah di lirik oleh publik, namun dia berinvestasi pada pemerintah begitu besar hingga jalanan di sekitar hotel yang berada di puncak ini mendapatkan fasilitas yang memadai. Itu membuat publik yang awalnya enggan menghampiri hotel Xavel menjadi lebih tertarik karena jalanan yang lebih memadai. Xavel tertawa kecil, “ini berkat saranmu juga kan. Setengah tahun lalu, jadi awal baru untuk hotel ini. Oh ya, Hi Gev!” sapa Xavel pada Geva yang berdiri di samping Axton. Dia mulai melepaskan uluran tangannya dan mengulurk
Axton yang melihat tangan Xavel memberikan kartu nama seketika menyipit, dia menjadi setengah jengkel dan hanya berdehem, “pak pemilik, aku ingin reservasi makan malam dan pagi yang sangat spesial, tiap menu haruslah berbeda dengan makan paginya dan itu berlaku untuk tiga hari kedepan. Jika tidak bisa dipenuhi aku akan memberikan review buruk pada hotelmu.” Celetuk Axton yang kemudian langsung menutup pintu dengan wajah ketus. “Dia kadang menjadi menyebalkan ya?” ujar Xavel yang tertawa simpul setelah masuknya Axton. “Ya, apalagi jika itu setelah hari yang melelahkan.” Geva menyetujuinya, dia lalu ingin mengambil alih barang-barangnya dari tangan pegawai.Tapi segera di larang oleh Xavel. “Biarkan mereka membawa masuk juga, kau bisa bersiap untuk istirahat dan menunggu makan malam ini. sebagai rasa maafku karena yang kemarin, aku memberikan kau kamar yang sangat spesial. Memang kamar VIP pada dasarnya sama, tapi aku menambahkan sesuatu untukmu di dalam, dan aku juga sudah menyiapkan
Xavel menunggu di samping mobilnya yang dia parkirkan tepat di depan hotelnya. Dia tengah menelpon sebelum melihat Geva keluar dari pintu utama dengan menenteng banyak makanan take away. Xavel kemudian melambaikan tangan dan menuju ke Geva. “Biar aku bantu,” ujarnya ketika dia selesai menelpon dan memasukkan kembali teleponnya di saku celana. “Ayo, mobilku di sana,” Ajak Xavel. Geva hanya termenung, “Hah? trvel ku,” gumam Geva yang sejak keluar dari tadi tak melihatnya. “Kemana sih dia?” gumamnya lagi kali ini dengan kesal. Sementara belanjaannya sudah di bawa Xavel. Geva mau tak mau mengikuti langkah Xavel, “Apa kau yang menyuruh travelku meninggalkanku?” Tanya Geva dengan nada serius. Dia memang sudah merasa bingung dengan sikap Xavel sejak tadi ketika masih di depan resepsionis restoran.“Iya,” jawabnya dengan polos. “Aku kan sudah mengatakan akan mengantarkanmu, ada yang ingin aku bicarakan,” jelasnya dengan lugas. “T-tapi aku belum membayarnya!” gertak Geva lagi setengah kesa
Saat mereka telah sampai di depan rumah Geva. Geva turun dan berbicara dari luar, “Jadi apa kau menemukan jawaban?” tanya Geva pada Xavel setelah turun dari mobilnya.“Ya, begitulah ternyata itu hanya kebetulan sama saja. Aku dulu Sekolah menengah pertama di distrik Biru sebelah barat. Ternyata kita tidak pernah satu sekolah.” Ujar Xavel pada Geva dari dalam. Dia tidak ikut turun karena masih ada pekerjaan yang ingin dia lakukan.Geva hanya bisa menatap punggung mobil itu semakin jauh, dan masuk ke dalam rumah. “SMP distrik Biru Barat?” Geva bergumam kecil di saat dia masuk ke rumahnya. Banyak hal yang sudah terjadi selama 33 tahun, banyak hal yang Geva coba lupakan termasuk bekas pembuliannya sejak dia masih menginjak sekolah dasar. Jika di total, mungkin ada sekitar sepuluh kali dia berpindah sekolah. Ketika SD menjadi bahan bulian para siswi yang iri pada Geva, karena dia termasuk keluarga berada. Lalu saat SMP dia yang di bully di satu bulan sekolah pertamanya, hanya karena dia
“Kak Xiao, bersediakah kau ikut bersamaku?” Tanya Egar dengan tatapan sendu di depan Xiao Ling.Kejadian itu seketika mengundang perhatian dua staf yang tertahan di depan pintu. Mereka berdua seperti memergoki dua sejoli yang sedang mabuk kasmaran dan karena tak ingin mengganggu, dua orang itu memilih bersembunyi dari balik dinding. Dan ketika ada staff lain yang ingin masuk, mereka menahannya. Mereka berdua malah mengajak staf lain ikut mengintip dan menguping pembicaraan intens Egar Dan Xiao Ling. “Ayo! Terima dia kak Xiao!” ujar salah satu staf dengan suara berbisik, dia setengah berteriak dan menyoraki dua orang itu yang membuat mereka ikut merona di masing-masing pipi mereka. ***“Dasar Axton sialan!” gerutu Egar di dalam mobil Van hitam yang musiknya dinyalakan. Egar mengomel sejak dua hari lalu. Sejak dua hari lalu, karena Axton yang menolak ajakan pertemuan dengan pak Kim, dia harus menerima rumor dia tengah berkencan dengan Xiao Ling. Dan yang lebih buruk adalah, Pak Kim