Share

Siapa akhirnya yang dilamar Adit?

Penulis: Rini Annisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-28 11:36:44

"Ayu! Tunggu!" panggil Pak Adit.

Kami bertiga berhenti melangkah dan menoleh ke belakang. Terlihat Pak Adit mengejar sampai tersengal-sengal. Begitu sudah mendekat beliau berhenti, aku menunggu apa yang akan dikatakannya.

"Ayu, maafkanlah orang tua saya atas perbuatannya. Sungguh saya nggak mengira mereka akan melakukan hal memalukan itu," ucap Pak Adit sedih.

Aku masih diam, memberi kesempatan Pak Adit untuk mendengar penjelasannya. Sengaja ingin berlama-lama menatap wajahnya. Bagaimanapun aku juga merindukannya.

Tiba-tiba tanpa aku duga, Pak Adit berlutut. Matanya berembun menatap dalam padaku. Aku dan Ibu juga mister Nicholas menjadi terkejut, tak menyangka Bos besar seperti Pak Adit mau berlutut di depanku hanya ingin permintaan maaf dariku.

"Pak Adit bangun! Jangan begini, nggak enak dilihat orang," kataku akan berniat membuatnya bangun tapi Pak Adit tak bergeming.

"Nggak, Ayu! Sebelum kamu memaafkan orang tua saya, maka saya akan terus berlutut," kata Pak Adit menyedihkan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Saling mengancam

    "Diam kamu! Marissa bukan anakku, apa kamu pikir aku akan menyerahkan perusahaan pada kalian yang hanya gila harta dan suka menghamburkan uang. Dan kamu Fitri, sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini di perusahaan?" selidik Om Seno marah. "Apa maksud Papa?" tanya Tante Fitri heran sekaligus terkejut. Wajahnya seperti ketakutan. Kami semua memandang pertengkaran Om Seno dan istrinya. Karena malu jadi tontonan, akhirnya Om Seno pamit pada kami. "Maaf semuanya, saya pulang duluan ya!" Dengan gusar Om Seno melangkah pergi sambil mendorong paksa Marissa dan Tante Fitri naik mobil. Ibu cuma menggeleng kasihan melihatnya. Sedangkan orang tua Mas Adit ikut heran, aku menowel tangan Mas Adit agar membawa orang tuanya pulang. Mas Adit mengerti lalu mengajak Om dan Tante pergi. Kami berjalan bersama menuju parkir, setelah para tetua masuk mobil tinggal aku dan Mas Adit di luar. Kekasih hatiku itu menggenggam erat tanganku. "Ayu, nanti sampai rumah telepon Mas ya, Yang! Kamu masih ingat

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Tante Fitri ditangkap polisi

    Aku pun mengikuti langkahnya setengah berlari naik ke kamar Om Seno. Setelah sampai depan pintu kamar, tanganku membuka handle pintu. "Om!" panggilku saat melihat di ranjang Om Seno terbaring lemah dan menutup mata. Sedikit lagi sampai di ranjang tapi kemudian ....Bukk!! Aku merasakan pukulan kuat di bahuku, seketika pandanganku gelap dan pingsan. ** Saat mataku terbuka, kepala begitu pusing pun bahu bagian belakang sangat sakit untuk digerakkan tapi tangan dan kaki sudah terikat tali. Mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, ya aku ingat! Ada yang memukul bahuku dari belakang terus aku pingsan. Sudah berapa lama aku pingsan ya, seketika aku menatap sekeliling. Dengan tangan terikat duduk aku memutar tubuh. Melihat sosok tubuh yang terbujur di ranjang, setelah jelas aku kaget. "Om ... Om, bangun! Apa yang terjadi padamu?" panggilku dengan mengesot. Om Seno membuka matanya, lalu menatapku. "Ayu, kenapa kamu di sini? Kamu terikat?" tanya Om Seno heran lalu mulai bergerak ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Menampar Maya

    Di kantor polisi, aku memberi keterangan lengkap kronologis kejadian serta ucapan dan pengakuan Tante Fitri. Polisi berjanji akan menangani kasus ini hingga selesai. Lewat pengacara, aku akan berikan bukti lain tentang kejahatan Tante Fitri mengenai korupsi perusahaan. Masalah tuntutan dan kejahatan Tante Fitri akan diungkap saat sidang nanti. Mas Adit terus mendampingi dan menguatkan. Selesai dari kantor polisi aku mengajak Mas Adit ke rumah sakit untuk melihat keadaan Om Seno. "Semoga Om Seno baik-baik aja, Mas! Setidaknya nggak sampe lumpuh, kasihan jika masa tuanya harus menderita lagi tanpa ada pendamping hidup," ujarku membuka suara dalam perjalanan menuju rumah sakit. "Aamiin, insya Allah! Pak Broto pasti sembuh dan kembali normal seperti sediakala. Mas tau Pak Broto itu pasti kuat dan kamu serta Ibu masih bisa menemaninya untuk melalui cobaan ini," balas Mas Adit menghiburku dan mengelus bahuku tapi terasa sakit akibat pukulan benda keras masih membekas hingga aku meringis.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Romantisnya Adit

    Menuju UGD kembali, aku terus menunduk. Masih terus terngiang ucapan dokter kandungan tentang posisi saat berhubungan. Betapa saat itu wajahku sudah seperti kepiting rebus, manalagi Mas Adit terkekeh. Duh, malunya! "Ehm!" Suara Mas Adit membuatku sadar. Aku tak berani menatap wajahnya, takut terus diketawain. "Kenapa, masih malu ya!" goda Mas Adit. Aku mengangguk dengan wajah menunduk. Terdengar suara cekikikan, kan Mas Adit pasti merasa lucu lagi. Dokter juga sih, kenapa mesti membahas posisi segala tadi, mending kalo aku dan Mas Adit sudah nikah tak masalah. "Sudahlah, nggak usah malu Ayu! Anggap aja untuk pengetahuan dan pelajaran nanti, toh kita juga akan menikah akhirnya," ucap Mas Adit mendongakkan wajahku. Menatap manik-manik matanya membuatku hangat. Mas Adit begitu perhatian dan mesra, untuk sesaat kami saling memandang. Hingga tepukan dan suara mengagetkan kami berdua. "Ayu, Nak Adit!" "Ibu, kenapa Ibu bisa kesini?" tanyaku heran melihat Ibu tiba-tiba sudah di rumah s

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Hukuman seumur hidup

    Kejahatan Tante Fitri akhirnya masuk persidangan. Pengacara yang kusewa untuk menangani kasus itu telah menyiapkan semua berkas laporan dan bukti beberapa kejahatan Tante Fitri.Aku termasuk Om Seno akan hadir dalam sidang sebagai saksi. Om Seno sudah siuman dari sakit dan kini duduk di kursi roda. Om Seno masih dalam tahap penyembuhan tapi semangat untuk ikut sidang.Mas Adit menemani kami semua menuju pengadilan. Sidang berjalan dua kali, yang pertama membaca agenda kejahatan serta pembelaan. Sidang kedua baru menentukan hukuman berapa lama akan dijatuhkan pada terdakwa.Setelah hadirin masuk ruang sidang, saat hakim masuk semua berdiri memberi hormat. Hakim mengetuk palu tanda dimulai sidang dan mengatakan sidang terbuka untuk umum. Lalu pengadilan menghadirkan Tante Fitri dan Marissa sebagai terdakwa percobaan pembunuhan.Tante Fitri dan Marissa digiring masuk dan dikawal beberapa polisi lalu didudukkan di kursi pesakitan depan hakim. Sebelum duduk, Tante Fitri menatap Om Seno tap

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Tamu dari kampung

    Saat dalam perjalanan pulang, Mas Adit yang menyetir mobil. Mas Adit melirikku sambil memberi isyarat dan melirik Ibu dan Om Seno yang duduk dibelakang. Aku pun mengerti lalu memutar tubuh ke belakang."Bu, Om! Ayu ingin menikah dengan Mas Adit!" kataku lantang yang membuat keduanya kaget.Terdengar bunyi ban berderit, Mas Adit tiba-tiba mengerem mobil, membuat semua penumpang tambah kaget. Aku menatap Mas Adit yang matanya juga membulat. ". Yang!" ujarnya malu."Benar kalian mau menikah?" tanya Om Seno mencairkan suasana.Aku dan Mas Adit mengangguk. Om Seno memalingkan wajahnya ke arah Ibu yang tersenyum. Tak sabar menunggu persetujuan keduanya."Bicaranya nanti saja di rumah, nggak enak di tengah jalan seperti ini. Ayo, lanjutkan perjalanan!" pinta Om Seno.Mas Adit mematuhi kemudian menghidupkan mobil. Aku merubah posisi duduk ke depan, sambil melirik ke kaca spion kecil. Tampak Om Seno sedang bisik-bisik pada Ibu. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.Mas Adit juga melirikku da

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Niat lucik Marni dan Lisa

    Aku tersenyum kala memasak ditemani kekasih, Mas Adit mengajakku ngobrol hingga tak terasa capek. Kadang kami tertawa bersama karena ada lucunya. Kebersamaan kami di dapur terganggu dengan ulah Risa. Tanpa malu-malu, Risa menepuk bahu belakang Mas Adit. "Mas, perhatian banget sama Mbak Ayu!" canda Risa tertawa. Mas Adit kaget dan refleks berdiri. Aku pun sontak melotot tak senang. "Kamu jadi orang bisa sopan sikit, nggak?" kata Mas Adit ketus. Alamak, kali ini Mas Adit yang sembur Risa. Jangankan Risa, aku pun sampai mendelik mendengar suara Mas Adit. Tapi akui, kekasihku sangat jantan. Mas Adit memang tak suka perempuan gatal seperti itu. "Sudah sana kamu pergi, Risa! Bukankah kalian sedang istirahat," timpalku mengusirnya. "Halah, Mbak! Mentang-mentang orang kaya baru aja sombong! Baru dipegang sikit aja udah galak, Mas!" kekeh Risa sambil kedipan mata. Aku mendengus kesal, Mas Adit berjalan menghampiriku dan berdiri di sampingku. Lalu membantuku agar cepat selesai. Kami berd

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pacar gelap Maya ternyata ....

    Pagi ini aku bersemangat berada di kantor, karena tak perlu melihat wajah kedua orang anak dan ibu itu. Sungguh tamu yang tak tau diri dan buat kesal. Sudahlah, tidak usah dipikirkan dulu, sekarang fokus untuk urusan kantor. "Permisi, Bu!" suara Olivia mengetuk pintu. "Ya, masuk! Ada agenda apa hari ini?" tanyaku sambil meletakkan tas di sisi kanan meja. Olivia menyerahkan beberapa berkas di map. Aku meneliti sebentar, kemudian pandanganku terpaut kontrak kerjasama dengan mister Nicholas. Aku hampir melupakan dirinya. "Gimana perkembangan pembangunan proyek asing itu?" tanyaku menunjukkan berkas pada Olivia. "Oh, lancar aja, Bu! Bagian HRD yang bertanggung jawab atas perekrutan karyawan sudah menjalankan tugasnya dengan baik," jawab Olivia. "Bisa bawakan biodata kepala HRD itu pada saya?" tanyaku ingin mengenal lebih jauh. "Bisa, Bu! Saya akan ambil dulu." Sambil menunggu Olivia, aku membaca berkas lainnya. Tidak ada yang istimewa, semua bagian dari tugas perusahaan. Saat asyi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19

Bab terbaru

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ekstra part (Tamat)

    Suara azan Subuh mengalun merdu, membangunkan tidurku yang lelap. Saat mataku terbuka kulihat Mas Adit masih tertidur di sampingku. Wajah tampannya begitu sempurna, alis tebal dan hidung mancung ditambah kulit yang bersih. Aku mengelus pipi dan mengecup keningnya. "Mas, bangun! Kita sholat Subuh berjamaah yuk!" bisik ku ditelinga suamiku. "Hum, sudah pagi, Yang?" ujarnya bergumam. Tanpa menunggu Mas Adit yang belum bangun, aku masuk ke kamar mandi duluan membersihkan diri sambil keramas. Saat mandi, aku tersenyum mengingat sebagai pengantin baru mulai ijab qobul, resepsi hingga malam pertama semua berseliwaran dimata. Keluar dari kamar mandi, Mas Adit sudah duduk di tepi ranjang dengan mata mengantuk. Aku terkekeh melihat wajahnya yang masih capek. "Mas, sudah sana mandi keburu siang!" ujarku sambil mengelap rambut yang basah. "Yang, sini peluk dong!" ucapnya manja sambil merentangkan tangannya. "Mandi dulu, Mas! Sholat bareng kita, baru deh peluk," jawabku tersenyum sambil mem

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pernikahan bahagia

    Kasus persidangan Mas Lucky pun bergulir. Setelah memberi keterangan di kantor polisi, aku dan Mas Adit hadir di pengadilan sebagai saksi. Turut di temani Ibu dan Om Seno yang ingin melihat langsung jalannya persidangan. Selain kami, datang juga istri pria gembul itu dan juga rekan-rekannya. Menurut kabar pria gembul itu tidak akan diperkarakan. Tapi, orang tua Maya sudah menuntut balik atas perzinahan yang dilakukannya. Malangnya, istri pria gembul itu tidak percaya perbuatan mesum suaminya. Untuk membantu orang tua Maya, aku akan laporkan kepala HRD itu atas kasus korupsi penggelapan uang proyek. Pengacara yang sudah ku sewa juga turut hadir. Selain membantu orang tua Maya, aku ingin meringankan hukuman Mas Lucky. Bagaimanapun dia sudah menyesali perbuatannya dan berjanji akan merubah sikap dan hidupnya. Begitu hakim masuk, semua yang hadir berdiri memberi hormat. Seperti sidang yang sudah-sudah, kali ini prosesnya juga sama. Jaksa penuntut umum membacakan segala rentetan kejadia

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Dipenjara

    POV Author Saat masih dalam kamar mayat itulah, terbuka pintu dari luar. Kemudian terdengar suara keras bersamaan masuk beberapa pria berseragam. "Itu dia orangnya yang sudah membunuh, Pak!" ujar pria gembul itu menunjuk Lucky. Lucky dan kedua orang tua Maya terkejut dengan kedatangan polisi. Beberapa pria berseragam itu segera berlari mendekati Lucky dan menangkapnya, tanpa perlawanan dari pelaku. Tangan Lucky segera diborgol dan dibawa keluar. Ramai para pengunjung rumah sakit berkerumun ingin tau. Komandan polisi lalu bertanya pada orang tua Maya. "Anda siapanya korban?" tanya komandan polisi. "Kami orang tuanya, Pak!" "Berdasarkan saksi mata, kami menangkap pelaku. Jadi, saat interogasi dan sidang nanti kalian wajib datang untuk diminta keterangan!" jelas komandan polisi itu. Setelah menerangkan polisi itu keluar dengan pria gembul itu. Akan tetapi, orang tua Maya segera memanggilnya. "Tunggu!" Komandan polisi dan pria gembul itu berhenti dan menoleh. Bapak Maya maju untu

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Maya tewas

    "Apa kamu bilang?" Mas Lucky akan menaikkan tangannya ke atas, seperti ingin menampar lagi. Tiba-tiba sebuah tangan gembul menghentikan tangan Mas Lucky. "Cukup! Jangan sakiti wanitaku dan anakku!" hardiknya menepis tangan Mas Lucky. Kami semua menoleh ke arah pria itu dan terkejut. Dia kan kepala HRD di perusahaanku, juga pacar gelapnya Maya. Berani benar dia terang-terangan mengaku di hadapan semua orang kalo anak yang dikandung Maya itu anaknya. "Oh, jadi kamu yang sudah menghamili istriku! Dasar tua bangka!" hardik Mas Lucky meninju pria gembul itu hingga tersungkur. Dengan susah payah Maya berdiri dan menghalangi Mas Lucky memukul pacarnya. Namun, Mas Lucky sudah sangat marah hingga saat akan menyerang lagi Maya yang berada di depannya pun terkena pukulan kuat hingga terjatuh. "Aaaawww, aduh!" teriak Maya kesakitan sambil memegang perutnya. Darah merembes keluar mengalir ke kakinya. Kami lagi-lagi terkejut, pria gembul itu segera bangkit dan mendekati Maya. "Aduh, Om! Tolon

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Membuka kedok Maya

    "Tante nggak berhak melarang, awas aja kalo sampai Tante menyakiti Bi Inem, Ayu nggak tinggal diam!" ancamku. Tante Ratna tertawa. "Eh, perempuan miskin jangan belagu jadi orang. Mentang-mentang punya pacar kaya berani main ancam. Berkaca dulu, yang kaya itu pacarnya bukan kamu!" ledek Tante Ratna angkuh. Saat aku mau membalas lagi, Mas Adit mencegah. "Sudah, Yang! Kita pulang aja, nggak perlu memamerkan siapa diri kita. Ntar Tante Ratna akan tau juga." Kulihat Tante Ratna hanya mencibir. Mantan mertuaku itu masih dengan sikap sombongnya. Aku ada akal ingin memberinya kejutan, sambil celingukan ke dalam aku bertanya pada Bi Inem. "Bi, Maya kemana kok nggak nampak?" "Anu, Non Ayu! Maya kalo siang gini sering pergi keluar dan nggak mau berdiam di rumah katanya bosan," jawab Bi Inem sambil melirik majikannya yang mendelik. "Eh, Ayu! Untuk apa tanya-tanya Maya? Menantuku itu nggak seperti kamu, yang cuma ndekam di rumah. Maya keluar untuk menghibur diri biar gak bosenan," cetus Tant

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Ke rumah mantan suami

    Esoknya, pagi-pagi setelah sarapan Lik Slamet dan keluarganya mulai berkemas. Ibu masih menyuruh mereka untuk sarapan sebagai etika tuan rumah. Walaupun dengan perasaan malu, mereka tetap makan untuk mengganjal perut di jalan. Saat Bulik Marni dan Risa di kamar berkemas, Ibu memanggil Lik Slamet. "Slamet, ini Mbak ada sedikit pemberian untuk kamu. Ambil, gunakan untuk buka usaha." "Nggak usah, Mbak! Saya nggak enak menerimanya!" tolak Lik Slamet tidak enakan. "Sudah ambil aja, kalo akangmu masih hidup Mbak yakin pasti akan memberimu. Pemberian ini sebagai rasa syukur Mbak dan Ayu dengan kehidupan sekarang. Ambillah, ingat Ayu masih butuh kamu sebagai wali nikahnya nanti," ujar ibu sambil menyerahkan amplop berisi uang. "Terima kasih banyak, Mbak! Saya akan gunakan uang ini dengan baik," kata Lik Slamet terharu dan menyimpannya di saku baju. "Jangan tau Marni dan Risa, bungkusan yang ini baru beri pada istrimu. Semoga hidup kalian semakin bagus nanti." Lik Slamet mengangguk. "Aam

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Diusir ibu

    Kami memesan sebuah cincin nikah yang berbentuk indah dan bermatakan berlian serta seperangkat perhiasan lainnya. Selain itu mengunjungi sebuah percetakan undangan, lagi-lagi Mas Adit menyerahkan pilihan padaku. Setelah itu baru Mas Adit mengajak ke sebuah cafe. Kali ini kami ingin suasana yang beda, aku pun mengiyakan ajakan Mas Adit. Kami menikmati cemilan yang dihidangkan pelayan cafe. Hari ini baru pembukaan, jadi menu yang dihidangkan gratis. Pantas saja, Mas Adit mengajakku kemari rupanya cafe baru diresmikan. "Hai, bro!" panggil seorang pria pada Mas Adit, lalu berjalan mendekat. Mereka saling berjabat tangan. "Kirain kamu nggak datang!" katanya cekikan. "Tentu, aku nggak bakal lupa untuk mendukungmu," jawab Mas Adit sambil menyeruput capuccino. Pria yang belum aku ketahui namanya melirikku kemudian beralih pada Mas Adit. "Siapa dia, bro? Pacar ya?" "Kenalkan, namanya Ayu! Calon istriku. Ayu, ini teman kuliahku dulu, Gerry!" ucap Mas Adit mengenalkan. "Hebat kamu, bro!

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Pacar gelap Maya ternyata ....

    Pagi ini aku bersemangat berada di kantor, karena tak perlu melihat wajah kedua orang anak dan ibu itu. Sungguh tamu yang tak tau diri dan buat kesal. Sudahlah, tidak usah dipikirkan dulu, sekarang fokus untuk urusan kantor. "Permisi, Bu!" suara Olivia mengetuk pintu. "Ya, masuk! Ada agenda apa hari ini?" tanyaku sambil meletakkan tas di sisi kanan meja. Olivia menyerahkan beberapa berkas di map. Aku meneliti sebentar, kemudian pandanganku terpaut kontrak kerjasama dengan mister Nicholas. Aku hampir melupakan dirinya. "Gimana perkembangan pembangunan proyek asing itu?" tanyaku menunjukkan berkas pada Olivia. "Oh, lancar aja, Bu! Bagian HRD yang bertanggung jawab atas perekrutan karyawan sudah menjalankan tugasnya dengan baik," jawab Olivia. "Bisa bawakan biodata kepala HRD itu pada saya?" tanyaku ingin mengenal lebih jauh. "Bisa, Bu! Saya akan ambil dulu." Sambil menunggu Olivia, aku membaca berkas lainnya. Tidak ada yang istimewa, semua bagian dari tugas perusahaan. Saat asyi

  • Pesan WA Paman Membawaku Menjadi Wanita Sukses   Niat lucik Marni dan Lisa

    Aku tersenyum kala memasak ditemani kekasih, Mas Adit mengajakku ngobrol hingga tak terasa capek. Kadang kami tertawa bersama karena ada lucunya. Kebersamaan kami di dapur terganggu dengan ulah Risa. Tanpa malu-malu, Risa menepuk bahu belakang Mas Adit. "Mas, perhatian banget sama Mbak Ayu!" canda Risa tertawa. Mas Adit kaget dan refleks berdiri. Aku pun sontak melotot tak senang. "Kamu jadi orang bisa sopan sikit, nggak?" kata Mas Adit ketus. Alamak, kali ini Mas Adit yang sembur Risa. Jangankan Risa, aku pun sampai mendelik mendengar suara Mas Adit. Tapi akui, kekasihku sangat jantan. Mas Adit memang tak suka perempuan gatal seperti itu. "Sudah sana kamu pergi, Risa! Bukankah kalian sedang istirahat," timpalku mengusirnya. "Halah, Mbak! Mentang-mentang orang kaya baru aja sombong! Baru dipegang sikit aja udah galak, Mas!" kekeh Risa sambil kedipan mata. Aku mendengus kesal, Mas Adit berjalan menghampiriku dan berdiri di sampingku. Lalu membantuku agar cepat selesai. Kami berd

DMCA.com Protection Status