"Mungkin beliaunya menjaga jarak dulu dari kamu, biar kamu fokus mengkhatamkan quran, terus menghindari dosa juga."
"Begitu ya, Mak?" tanya Kinan lesu. Baru hari ini dia punya kesempatan curhat dengan Rifah. Kinan menceritakan perihal sikap Zein yang berubah.
Seperti yang pernah dia lakukan dulu, Kinan mengajak Rifah belanja ke pasar sambil curhat. Di tengah pasar tidak akan ada yang tahu isi curhatannya. Berbeda dengan di Pondok, banyak kuping di mana-mana.
"Sabar aja, inget kata Pakde Ali, fokus ke yang lebih penting dulu. Fokus khataman quran dulu yang tinggal satu tarikan nafas lagi."
"iya,Mak. Aku sedang berusaha banget nggak kepikiran yang aneh-aneh."
Pagi ini menjadi sejarah baru di hidup Kinan, setelah berjuang beberapa tahun akhirnya dia berhasil mewujudkan satu cita-citanya, mempersembahkan sesuatu yang berharga untuk orangtuanya sebagai wujud bakti dan sayang pada ayah dan ibunya. Cukup lama Kinan menangis hingga sesenggukan, Syifa masih setia mengusap punggung Kinan untuk memberikan semangat turut bahagia dan bangga, satu lagi santrinya berhasil mewujudkan mimpinya. Batin Kinan sungguh berkecamuk, bahagia itu sudah pasti, sedih, terharu dan tidak sabar memeluk kedua orangtuanya. Dalam pikirannya terputar kembali kenangan-kenangan masa perjuangannya dari awal hingga detik ini. Allah sudah memberikan begitu banyak kenikmatan dalam perjuangan, Dari dia yang pertama kali berat masuk pondok sampai harus sering sakit, kekurangan biaya sekolah dan pondok, harus sering mengekang keinginannya, harus sering rela menyisihkan uang saku yang minim untuk membeli kebutuhannya, sering puasa sunnah karena selain menjalankan sunnah juga ber
"Kinanti!"Kinan berhenti menyapu halaman dan mendekat ke arah bapaknya Dini yang memanggil."Kenapa Pak Ilo?""pesanan Gus Alfa sudah jadi, bisa diambil kapan? Keburu butuh uang ini."Kinan hanya bisa tersenyum canggung, dari awal dia memang agak ragu tapi Alfa tetap bersikeras memesan kaligrafi dari Pak ilo, padahal dari sekian banyak santri pasti ada yang pintar membuat kaligrafi.'Gak apa-apa, bagi rejeki!' begitu jawaban Alfa saat Kinan memastikan lagi."Katanya beliau mau kesini Pak, nanti Pak Ilo bicara sendiri saja!""Pak Ilo mau berangkat kerja ini, titip kamu ya! Ini sekalian notanya, nanti uangnya kasih ke bu lik kamu aja!"Dengan terpaksa Kinan menyanggupi padahal tadi rencananya dia tidak ingin menemui Alfa, biar ayah dan ibunya saja.Dan Kinan kembali terkejut saat melihat nominal harga yang ada di nota. Bukannya suudzon tapi Kinan tahu ini pasti Omnya itu sengaja menaikkan harga, biasanya tidak sebanyak ini. Padahal tadinya menurut Kinan kalau bisa untuk pondok di grati
"Biru dongker Mbak!""Ya Jangan, masa biru dongker! Yang terang!""Atau Pink? Mustard?""He! Mustard udah punya kita Mbak!""Ya udah peach!""Peach udah pilihan yang santri kecil mbk!""Allahu Akbar!" pekik Rahma, setelah tangannya mencubit lengan Kinan karena saking gemesnya.Siang ini sedang ada rapat paripurna, pengambilan keputusan warna seragam untuk acara khataman yang akan diadakan dua bulan lagi.Kinan dan Rifah kompak menertawakan Rahma yang benar-benar kacau karena memikirkan usulan warna kain dari banyak orang."Gini aja ya teman-teman! Usulan terbanyak tadi udah dapat, nah pakai itu saja kalau ditanyain satu-satu nggak bakalan nemu. Waktu kita tinggal sebentar lagi." kata Rahma berada final dan akhirnya semua setuju.Rapat yang lebih mirip arisan itu baru selesai dan mendapatkan hasil setelah kurang lebih dua jam berjalan. Dari warna kain seragam masing-masing khotimat, jumlah biaya yang harus dibayar hingga santri yang bertugas mengurusi.Rifah, Dini dan Via masuk dalam d
"Kamu kok bawa Ayesha kemari sih, Al? Cari perkara!" tanya Dito."Sengaja, biar Bang Zein jadi kacau! Bingung milihnya!" Jawab Alfa.Dito langsung menatap tajam adik iparnya itu. "Kamu jangan ngawur, nggak baik berbuat begitu!"Bukannya sadar akan nasehat Dito, alfa malah tertawa puas melihat ekspresi Dito."Kak Dito kebanyakan gaul sama Kak Sean jadi gampang curigaan!""Bilangin Sean habis kamu, Al!""Hahah, bilangin aja!""Tapi jujur sama Kakak, Al! Kakak nggak percaya kalau kamu sampai nekat ngacauin rencana lamaran Zein!"Alfa tersenyum sekilas lalu berdiri meneliti ikan-ikan yang ada di akuarium restoran miliknya itu. Iya miliknya, karena sekarang dialah yang fokus mengurus restorannya, sang abi lebih fokus mengurus pesantren."Sekesal apapun aku sama Bang Zein, aku nggak mungkin melakukan hal sepicik itu Kak! Tadi aku nggak sengaja ketemu Mbak Ayesha di depan restoran, aku ngobrol sebentar dan katanya dia mau ketemu Bang Zein, ya sudah aku ajak dia naik. Nggak ada niat apapun, c
Malam minggu komplek al khodijah disibukkan dengan acara latihan proses khataman. Bagi yang sudah pernah ikut, tinggal mengulang saja tapi bagi santri-santri yang baru jelas ini pengalaman baru."Nggak gitu, nanti yang ini deretan khotimat juz 'amma keluar dulu kan baru belakangnya yang khotimat 30 juz nah paling belakang yang agak tinggi panggungnya itu tempat buat khotimah bil ghoib. Ada 6 kan yang bil ghoib? Pas ini di sini." ujar Ulya sambil mengatur posisi santri-santri yang akan khataman."Loh katanya yang 6 orang ini keluarnya belakangan, pas udah yang lain selesai bacanya. Terus nanti foto bareng wali dan pengasuh." jawab Sean."Ya fotonya belakangan dong Se! Kayak pas kamu dulu, semua baca dulu dari yang kecil sampai yang hafalan baru lanjut doa khotmil
Belajarlah dari kehidupan, tidak semua yang pernah mengisi hati itu berakhir jadi pasangan hidup, ada juga yang menjadi pengalaman hidup. Jangan berhenti berusaha untuk masa depan. Selalu berdoa kepada yang Maha Menentukan.Kinan membaca berulang kali salah satu motivasi yang ada di book planner kesayangannya. Terkadang dia bingung, kenapa selalu ada kalimat yang ngena di hatinya, membuat dia semakin penasaran dengan pengirimnya, seakan sudah menyiapkan banyak motivasi ini untuk Kinan.Kinan menutup buku nya dan kembali membuka mushafnya, mushaf yang sampul nya sama dengan buku, sama-sama dari pengirim misterius juga. Kinan mengulang sekali lagi setengah juz yang akan dia setorkan besok pagi. Walaupun sudah khatam, santri wajib mengulang setoran dari awal lagi namun dalam jumlah yang lebih banyak.Jika setoran dulu perlembar maka ketika sudah khatam wajib Mengulangi lagi dari awal dengan dua tahap. Tahap pertama setengah juz alias lima lembar per setoran. Dan setelah khatam lagi baru
Serangkaian acara menyambut khataman sudah terlihat di komplek Khodijah. Kemarin sudah diadakan ziarah bersama di makam leluhur keluarga ahmad dan hari ini, dimulai setelah subuh tadi diadakan simaan alquran 30 juz untuk para khatimat bil Ghoib.Kinan, Rahma dan keempat santri lain yang ikut khataman hafalan bergantian murojaah setiap seperempat juz dimulai juz 1 hingga khatam. Dan ba'da dzuhur ini sudah sampai juz 18.Acara simaan ini menjadi momen yang sangat berkesan bagi Kinan dan yang lain, karena di kondisi mereka yang belum terlalu lanyah atau lancar tapi sudah harus disimak oleh beberapa pengasuh dan pengajar di Al-Anwar. Ada Syifa, Ralin, Sada, Ustadzah lainnya dan yang paling membuat grogi adalah kehadiran bu nyai sepuh alias Bu Ny. Hj. Arina.Satu lagi yang membuat grogi, tapi khusus untuk Kinan, entah yang lain. Yaitu karena harus menggunakan pengeras suara dalam melantunkan bacaannya, dan itu artinya bacaannya yang masih jauh dari kata lancar itu harus di dengar di segala
Pukul setengah satu malam semua rangkaian acara khataman telah selesai. Tamu undangan dan jamaah pengajian sudah membubarkan diri. Seluruh santri dan alumni juga masyarakat sekitar langsung kerjabakti membereskan sisa acara. Kecuali yang belum bisa dibereskan segera seperti tenda dan panggung.Kinan dan Rifah setelah ikut kerjabakti langsung mengantar ibunda mereka ke penginapan yang sudah disiapkan oleh santri sejak seminggu lalu. Setelah ibunda mereka istirahat nyaman, keduanya langsung ikut bergabung dengan santri lain yang bersantai di tempat acara tadi. Karena sedang malam acara, putra putri bisa sedikit bebas untuk berkumpul.Tidak sedikit santri yang masih berfoto ria, termasuk Rifah karena malam ini santri diberi dispensasi membawa hp, tapi hanya untuk malam ini. Kinan hanya ikut larut dengan kegembiraan santri-santri yang lain, karena dia harus lebih bersabar lagi. Beberapa waktu yang lalu, ayahnya minta maaf karena terpaksa harus menjual hp Kinan karena biaya khataman Kinan