****
Beberapa hari setelah kepulangan mereka ke Astralium, kehidupan kembali berjalan normal. Lila dan teman-temannya memanfaatkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan energi. Meskipun mereka senang bisa kembali ke rutinitas sehari-hari, ada perasaan hampa yang tak dapat dihindari. Perjalanan panjang dan pertempuran melawan Ravok telah meninggalkan bekas yang dalam pada mereka semua.Pagi itu, saat matahari baru saja terbit, Lila memutuskan untuk mengunjungi taman Astralium yang tenang. Tempat itu adalah salah satu sudut favoritnya di kota, dengan pohon-pohon yang rimbun dan bunga-bunga yang selalu bermekaran. Di sana, dia bisa merenung dan menemukan kedamaian batin. Namun, ketika dia tiba di taman, dia melihat seseorang yang tidak dia duga berada di sana.Di bawah pohon besar di tengah taman, berdiri seorang pria dengan jubah gelap yang dikenalnya dengan baik. Wajahnya sedikit tertutup oleh tudung, tetapi Lila bisa melihat mata biru tajamnya yang meman****Keesokan harinya, Lila langsung menuju Menara Bintang untuk menemui Dewan Penjaga Cahaya. Pikirannya masih dipenuhi dengan percakapan dengan Fenrir di taman kemarin. Ia merasa perlu segera memberi tahu Dewan tentang ancaman baru yang mungkin mereka hadapi, meskipun hatinya penuh keraguan tentang bagaimana mereka akan menanggapinya.Saat Lila memasuki aula besar, anggota Dewan sudah berkumpul. Suasana ruangan terasa tegang, seolah-olah mereka sudah tahu bahwa ada sesuatu yang serius yang ingin disampaikan. Lyra, pemimpin Dewan yang bijaksana, menatap Lila dengan lembut tetapi penuh perhatian. "Lila, kami merasakan ada sesuatu yang mengganggumu. Apa yang terjadi?"Lila menarik napas dalam-dalam sebelum memulai. "Kemarin, aku bertemu dengan seseorang yang pernah kita kenal, Fenrir. Dia kembali ke Astralium dengan membawa kabar yang mengkhawatirkan. Meskipun Ravok telah dihancurkan, dia yakin bahwa ancaman yang lebih besar sedang menunggu kita, sesuatu ya
****Lila dan Elara menghabiskan beberapa hari berikutnya mempersiapkan perjalanan mereka. Peta kuno yang mereka temukan mengarah ke tempat-tempat di Astralium yang hampir tidak pernah disebutkan dalam catatan modern, sebagian besar merupakan reruntuhan yang tersembunyi di balik hutan lebat dan pegunungan. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan berbahaya, tetapi tekad mereka untuk mengungkap kebenaran lebih kuat dari rasa takut.Mereka memulai perjalanan mereka di fajar, saat embun masih menyelimuti tanah dan langit masih dalam warna oranye pucat. Dengan persediaan yang cukup dan perlengkapan yang mereka butuhkan, mereka meninggalkan Astralium menuju hutan yang ditandai di peta. Seraphina, Aiden, dan Kael memutuskan untuk ikut serta setelah mendengar tentang pencarian ini, menyadari bahwa ini bukan hanya sekadar perjalanan biasa, melainkan misi yang bisa menentukan nasib dunia mereka.Mereka berjalan dalam keheningan, masing-masing tenggelam dalam pikiran m
****Tangga batu yang mereka lalui terasa seolah tidak pernah berakhir, semakin dalam ke dalam perut bumi. Udara di sekitarnya semakin dingin, dan kegelapan yang pekat melingkupi mereka. Hanya cahaya kecil dari bola cahaya yang diciptakan Lila yang menerangi jalan mereka, memantulkan bayangan-bayangan panjang di dinding batu yang kasar.Suara langkah kaki mereka bergema di sepanjang lorong sempit, menciptakan irama yang monoton namun menakutkan. Setiap langkah terasa berat, seolah ada sesuatu di dalam kegelapan yang mengawasi mereka, menunggu saat yang tepat untuk menyerang.Setelah beberapa waktu, mereka akhirnya tiba di dasar tangga. Di depan mereka terbentang sebuah ruangan besar yang gelap gulita. Bola cahaya yang diciptakan Lila perlahan-lahan mulai mengungkap ruangan itu, menunjukkan pilar-pilar batu besar yang menopang langit-langit tinggi. Di tengah ruangan itu, ada sebuah altar kuno yang dihiasi dengan simbol-simbol yang sama dengan yang mereka li
****Fenrir berdiri di depan mereka, sosoknya tampak lebih kelam dari sebelumnya, seolah-olah bayangan yang melingkupinya telah menjadi bagian dari dirinya. Mata tajamnya memandang ke arah ukiran di dinding, lalu beralih kepada Lila dan teman-temannya yang masih terpaku oleh kemunculannya."Waktumu hampir habis," kata Fenrir, suaranya seperti gemuruh halus yang meresap ke dalam hati mereka. "Kalian telah menemukan jejak masa lalu yang hilang, namun jawaban yang kalian cari jauh lebih dalam dari apa yang terukir di sini."Lila melangkah maju, menatap Fenrir dengan tekad. "Jika ada yang harus kami ketahui, katakanlah sekarang. Tidak ada gunanya menyembunyikan kebenaran dariku dan teman-temanku."Fenrir menghela napas dalam, matanya menyipit seolah mengingat sesuatu yang menyakitkan. "Kalian harus memahami bahwa pertempuran antara cahaya dan kegelapan telah berlangsung lebih lama dari yang kalian bayangkan. Setiap era memiliki pelindungnya sendiri, d
****Saat mereka melangkah melewati pintu batu yang berat, ruangan yang gelap gulita menyambut mereka. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar, menggema di dinding-dinding yang tidak terlihat. Lila mengangkat tangannya, menciptakan bola cahaya yang menerangi sedikit bagian ruangan, namun sepertinya kegelapan di sini lebih pekat daripada yang biasa mereka temui, seolah-olah cahaya enggan menyebar.“Berhati-hatilah,” bisik Seraphina. “Aku merasa ada sesuatu yang menunggu kita di sini.”Mereka semua merasakan ketegangan yang sama. Udara di sekitar mereka berat dan penuh tekanan, membuat setiap napas terasa lebih sulit. Mereka terus melangkah maju, hati-hati namun tetap bertekad.Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari belakang mereka, dan pintu batu yang baru saja mereka lalui tertutup dengan keras, mengurung mereka di dalam ruangan tanpa jalan kembali. Mereka semua berbalik serentak, melihat pintu yang kini tidak bisa lagi mereka buka.
****Setelah berhasil mendapatkan kunci pertama dari Pilar Kebijaksanaan, Lila dan teman-temannya merasa sedikit lega. Namun, mereka sadar bahwa ujian berikutnya akan lebih sulit. Mereka berkumpul di sekitar pilar kedua, yang mewakili Kekuatan. Pilar ini menjulang tinggi, memancarkan aura yang lebih kuat dan intens daripada yang sebelumnya.“Ini bukan sekadar ujian fisik,” kata Fenrir memperingatkan. “Pilar Kekuatan menguji kekuatan jiwa dan tubuh kalian, tapi juga seberapa besar keinginan kalian untuk melawan. Hanya mereka yang benar-benar bertekad untuk melindungi yang bisa melewati ini.”Lila menatap pilar itu dengan tatapan penuh tekad. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Kita kuat, dan kita akan melewati ini, apapun yang terjadi.”Mereka semua mengangguk setuju, dan dengan satu gerakan, mereka meletakkan tangan mereka di atas pilar. Seketika, pilar itu bersinar terang, dan lantai di bawah mereka bergemuruh. Tanah di sekitar mereka mulai b
****Mereka mendekati pilar ketiga dengan langkah-langkah hati-hati. Pilar Keberanian berdiri kokoh, memancarkan aura yang berbeda dari yang lainnya. Ada sesuatu yang menggema dalam hati mereka ketika mereka berada di dekatnya, seolah-olah pilar ini menguji mereka bahkan sebelum ujian dimulai.“Kita sudah melewati dua ujian,” kata Kael, mencoba membangkitkan semangat. “Ini yang terakhir. Kita bisa melakukannya.”Lila mengangguk pelan, meskipun di dalam hatinya dia merasa gugup. Pilar ini akan menguji keberanian mereka — bukan hanya keberanian dalam menghadapi musuh, tapi juga keberanian untuk menghadapi ketakutan terdalam yang mungkin ada dalam diri mereka sendiri.Mereka berdiri mengelilingi pilar itu, siap menghadapi apapun yang akan datang. Begitu tangan mereka menyentuh permukaan pilar, lantai di bawah mereka bergoyang dan runtuh. Mereka terjatuh ke dalam jurang hitam yang tak berujung, terpisah satu sama lain dalam kegelapan yang begitu pekat
****Setelah mengumpulkan ketiga kunci, Lila dan teman-temannya kembali ke pusat kuil kuno yang kini tampak lebih hidup daripada sebelumnya. Cahaya dari kunci-kunci tersebut memancar terang, memenuhi ruangan dengan aura hangat yang seakan memberi mereka kekuatan dan harapan baru. Di tengah aula besar itu, terdapat sebuah pintu besar yang berukir simbol-simbol kuno. Itu adalah pintu yang akan membawa mereka ke tempat Ravok bersemayam.Fenrir berdiri di samping pintu itu, wajahnya tampak lebih serius daripada sebelumnya. “Kalian telah melewati semua ujian yang diberikan pilar-pilar kebijaksanaan, kekuatan, dan keberanian. Namun, apa yang menunggu di balik pintu ini jauh lebih berbahaya. Ravok akan menggunakan semua cara untuk menghentikan kalian. Ini adalah titik balik. Apakah kalian siap menghadapi takdir kalian?”Lila memandang teman-temannya satu per satu. Kael, Aiden, Seraphina, dan Elara semuanya mengangguk, mata mereka penuh dengan tekad yang kuat. Mer