Setelah Ava mengatakan itu, sekretaris Madeline mengetuk pintu. "Mrs. Whitman, ada seorang pemuda membawa buket mawar yang mengatakan kalau dia ingin bertemu dengan Anda. Dia menunggu di luar sekarang."“Seorang pemuda? Mawar?” Ava bingung. “Maddie, apakah dia pengagummu? Apa dia pikir Jeremy sudah mati dan karena itulah dia mengejarmu sekarang?”Madeline juga berpikir demikian. Karena itu, dia menyuruh Coco untuk menolak pemuda itu.Namun, setelah beberapa saat, Madeline mendengar suara yang dikenalnya dari luar ruangan kantornya. “Ratu-Ku, lama sekali tak jumpa. Apa kau sudah melupakanku?”Ketika mendengar suara itu, Madeline melihat wajah acuh tak acuh Fabian muncul di depannya.Ava bingung. "Maddie, siapa ini?""Aku teman dekat Eveline," kata Fabian nakal. Kemudian, dia mengangkat alisnya dan berjalan ke depan Madeline."Aku benar, ‘kan?" Dia bertanya sambil tersenyum. Kemudian, dia melihat mata Madeline merah dan tampak seperti baru saja menangis.Senyum Fabian menghilang dan dia
Matanya terpaku pada Madeline, dan jantungnya tiba-tiba mulai berpacu.Wanita itu tampak sangat menakjubkan di depannya sekarang.Madeline memiliki aura dingin di sekelilingnya, dan tidak ada senyum di wajah mungilnya. Namun, semakin dingin wanita itu, semakin menawan pula dia terlihat.Meskipun Madeline tidak mengenakan pakaian mewah, terlihat jelas kalau wanita itu memakai sedikit riasan.Dia juga bisa melihat garis merah di sekitar jari manis tangan kiri wanita itu yang memegang tas genggam.Garis merah itu adalah luka saat Madeline melepaskan cincinnya dengan paksa.Fabian membawa Madeline ke lantai dua. Ketika mereka berjalan melewati Jeremy, Madeline berpura-pura tidak melihat pria itu dan hanya melewatinya.Jeremy meraih lengan kurus Madeline dengan ekspresi kesedihan di matanya. "Kenapa kau di sini?"Madeline bahkan tidak menatap Jeremy. "Itu bukan urusanmu," jawabnya dingin dan terus berjalan ke atas setelah dia melepaskan tangannya dari cengkeraman Jeremy.Jeremy langsung saj
Bagaimana bisa dia menyetujuinya? Namun, dia ketakutan saat melihat sepasang mata gelap Yorick.Dia menatap Madeline dan menggigit bibirnya. Kemudian, dia berkata dengan enggan, “Eveline, kau sangat ingin aku minta maaf padamu, ya? Baiklah, aku akan meminta maaf padamu!”"Tunggu." Madeline menghentikannya.Lana frustasi. "Apa lagi yang kau mau?""Sudah kubilang aku mau kau berlutut dan meminta maaf," kata Madeline menekankan, sepasang matanya tampak tegas."Kau ... Eveline, dikasih hati minta jantung kau, ya!" Lana sangat marah.Namun, ekspresi Madeline tetap tidak berubah. "Apa artinya berlutut dan meminta maaf dibandingkan dengan dua nyawa?""Ya, tidak ada artinya!" Fabian menimpali di sebelah Madeline.Lana memelototi Fabian sebelum menatap Yorick.Namun, Yorick teguh pada keputusannya. Jika Madeline ingin Lana berlutut, maka Lana harus berlutut.Lana belum pernah mengalami penghinaan seperti ini sebelumnya. Dia menggigit bibirnya dan berlutut di depan Madeline tanpa pilihan.Madeli
Saat Madeline melompat keluar dari mobil, pikiran Jeremy menjadi kosong.Ketakutan dan kengerian yang tak terlukiskan merayap ke tenggorokannya."Linnie!"Saat dia dengan refleks mengulurkan tangannya untuk meraih Madeline, tubuhnya juga menerkam ke arah wanita itu melompat.Karena inersia dan kekuatan benturan, Jeremy menahan Madeline saat mereka berguling beberapa kali di jalan sebelum akhirnya berhenti.Kemudian, mobil itu menabrak pagar pembatas jalan dengan suara keras. Ban mobil itu dengan ganasnya bergesekan dengan aspal.Namun, Jeremy tak peduli dengan mobil atau luka-lukanya dan menggendong wanita yang tidak sadarkan diri itu dalam pelukannya.“Linnie! Linnie!”Dia menopang kepala Madeline dan menepuk-nepuk pipinya."Jangan tidur, Linnie."Suara nya bergetar, dan dia tak mengerti mengapa dia begitu takut sekarang.Hanya ketika dia merasakan sesuatu yang lengket di belakang kepala Madeline, dia baru menyadari kalau tangannya berlumuran darah.Jantungnya mencelos dengan ganas.D
Suara prihatin Ava terdengar di telinga Madeline.Madeline memalingkan wajahnya dan mencoba mencari Ava dalam kegelapan. Namun, dia tak mendapatkan apa-apa. "Ava?"“Maddie, apa yang terjadi tadi malam? Kenapa kau dirawat di rumah sakit? Siapa yang mengirim pesan kepadaku dari ponselmu?”Madeline membuka matanya untuk mencoba melihat lagi setelah dia mendengar suara kekhawatiran Ava. Namun, semuanya masih gelap di depannya.Dia mengangkat tangannya dan meletakkannya di depan matanya, tapi dia bahkan tak bisa melihat garis tangannya.Heh, dia buta lagi.Dia memejamkan matanya dan mengambil napas dalam-dalam.“Maddie, Maddie?” Ava sangat khawatir.Madeline hanya menggelengkan kepalanya. “Ava, aku baik-baik saja. Kau tak perlu mengkhawatirkan aku. Demi anak-anak, aku tak akan membiarkan apa pun terjadi padaku.”Dia berjanji, lalu mengingat apa yang terjadi setelah dia melompat keluar dari mobil.Dia terlalu impulsif.Ketika dia memikirkan kedua orangtuanya yang meninggal secara tragis dan
Ketika Madeline merasa dirinya digendong, dia terkejut. Namun, di detik berikutnya, dia mendorong pria itu.“Heh, Linnie? Apa yang sedang kau mainkan, Mr. Zimmerman?” Madeline mencibir. "Apa kau di sini untuk melihatku mempermalukan diriku sendiri karena kau tahu aku buta?"Dia tertawa dan bertanya. Meski tak bisa melihat, dia berdiri tegak dan tidak meringkuk atau menunjukkan sedikit pun rasa takut.“Jeremy, dengar, bahkan jika aku buta, aku tidak akan membiarkanmu macam-macam denganku. Aku terus-terusan menangis akhir-akhir ini karenamu, dan aku akan membuatmu membayar dua kali lipat untuk itu!”Melihat wanita lemah namun tangguh di depannya, Jeremy menekan rasa sakit di hatinya dan perlahan berjalan ke depannya."Linnie, aku ingat."Ketika dia mengatakan ini, suaranya yang lembut dan dalam mengalir ke telinga Madeline dengan halus.Rasanya seolah-olah semuanya membeku dalam waktu ketika bangsal itu menjadi sunyi.Madeline bingung. Kemudian, dia mendengar suara yang dikenalnya mengul
Selama bertahun-tahun, dan sebagai ibunya, ini adalah pertama kalinya dia melihat putranya menangis.“Jeremy, kau…”“Mom, bisakah kau membawa Pudding keluar? Ada sesuatu yang ingin aku katakan pada orang ini.” Madeline mengendalikan emosinya dan menyerahkan Pudding kepada Karen.Meskipun Karen memiliki banyak pertanyaan, dia menurut dan membawa Pudding keluar.Hanya ada mereka berdua di ruangan itu sekarang, dan keheningan memekakkan telinga mereka.Madeline berjalan ke sisi tempat tidur dan mengeluarkan beberapa dokumen dari bawah bantalnya lalu dia berikan pada Jeremy.“Tanda tangani ini. Aku menceraikanmu.”Jeremy melihat kertas-kertas yang disodorkan Madeline kepadanya dan merasa hatinya seperti diiris jutaan pisau.Dia terisak tanpa suara dan tidak mengambil kertas-kertas itu. Sebaliknya, dia berlutut lagi di depan Madeline.Melihat wajah kuyu Madeline, dia merasakan begitu banyak rasa sakit di hatinya hingga dia tak bisa bernapas. “Linnie…”“Jangan panggil aku Linnie lagi. Kau ti
Ketika Jeremy mendengar apa yang dikatakan Lana dengan penuh semangat, matanya menjadi lebih dingin lagi.Kabar baik?Madeline buta, dan bagi Lana, itu adalah kabar baik.Begitu dia ingat bagaimana Lana mengisinya dengan kenangan-kenangan palsu selama tiga bulan dia kehilangan ingatannya, matanya menjadi sedingin es.Lana tidak memperhatikan perubahan perilaku Jeremy. Sebaliknya, dia tertawa senang dan berkata, “Hmph, aku bahkan tidak melakukan apa-apa dan dia buta. Ha-ha! Kurasa aku harus memberinya kunjungan yang layak kali ini.”Jeremy melirik Lana. "Apa yang ingin kau lakukan padanya?"Lana mendengar itu dan mulai berpikir. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok. “Ummm…”"Lana, kesempatanmu ada di sini." Naomi melihat pesan di ponselnya dengan penuh semangat dan melaporkan, "Ulang tahun ke-52 Whitman Corporation akan segera datang dan Eveline pasti akan muncul."Lana menyipitkan matanya dan mulai membuat rencana.Setelah beberapa saat, dia menjilat bibir merahnya sambil menyeringa