Melalui jendela mobil, Madeline melihat wajah yang selama ini dia impikan.Dia buru-buru menurunkan jendela dan menatap kosong pada pria yang duduk di kursi penumpang mobil sebelah.Melalui tirai hujan, garis besar profil tegas dan anggun pria itu jatuh ke pandangannya.Madeline menatap tak percaya sementara detak jantungnya berangsur-angsur bertambah cepat. "Jeremy..." Dia dengan lembut memanggil, dan pria di dalam mobil itu memalingkan wajahnya ke arahnya.Namun, pada saat ini lampu telah berubah menjadi hijau dan mobil itu pun melaju cepat melewatinya.Tampaknya apa yang terjadi pada saat ini hanyalah sebuah ilusi.Madeline linglung sampai suara klakson terdengar dari belakangnya, mendesaknya untuk bergerak. Baru pada saat itulah dia menginjak pedal gas, tapi mobil yang tadi sudah tidak kelihatan. Dia juga tidak ingat nomor plat mobilnya.Madeline segera menyelidiki insiden itu melalui koneksinya, tetapi menemui jalan buntu."Jeremy, apakah karena aku sangat merindukanmu hingga aku
Kata-kata yang lebih terang-terangan dan menusuk terbang menuju Madeline dari mana-mana ketika dia berbalik dengan tajam. "Baik! Aku hanya melakukan apa yang kalian inginkan dan membiarkan kebenaran dan bukti menampar wajah kalian!"Sambil mengatakan itu, dia dengan sengit melemparkan sebuah flash drive USB ke wajah reporter pria yang baru saja mewawancarai nya. "B-Bagaimana bisa Anda memukul seseorang?""Oh, ada orang disini? Kupikir aku baru saja memukul serangga berbau busuk yang menjijikkan!""...""Itu adalah video dari kamera CCTV yang baru saja aku dapatkan dari restoran. Kamera CCTV itu jelas merekam situasi ketika aku bersama Ryan pada saat itu. Ambillah, perhatikan sendiri, dan minta maaf kepadaku secara publik. Kalau tidak, aku akan memastikan kalian semua tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan di industri ini lagi! ""..."Madeline berbalik setelah mengucapkan apa yang ingin dia katakan.Orang-orang itu tidak sabar untuk membuka flash drive USB itu dan melihat isinya. Vid
Dia menatap sosok tampan tidak jauh darinya sambil buru-buru menyingkirkan kerumunan di depannya, bekerja keras untuk mendekati sosok itu.Jika bukan karena sedang hamil, Madeline akan berlari ke arahnya.Dia hanya bisa berjalan dengan mantap selangkah demi selangkah, tapi itu tampaknya memisahkan mereka semakin jauh lagi."Jeremy."Dia berteriak pada pria itu dari belakang, jantungnya semakin berdebar kencang.Dia mengharapkan pria di kejauhan itu melihat ke belakang, tapi panggilannya tidak ditanggapi.Pada akhirnya, Madeline mengejar pria itu sampai ke luar ruang perjamuan, tapi setelah berbelok ke arah koridor panjang di depannya, tempat itu kosong.Sosok yang tadi berada dalam pandangannya barusan menghilang tanpa jejak seolah-olah sosok itu hanyalah hantu.Madeline berdiri di lorong dengan tatapan kosong, tiba-tiba bertanya-tanya apakah dia sakit jiwa karena sangat merindukan Jeremy hingga dia mulai berhalusinasi.Dia menurunkan kedua matanya yang suram dan tersenyum pahit.'Evel
Pria itu mengerutkan alis indahnya dengan tidak nyaman. Ketika Madeline mencengkram tangannya dengan lebih kuat, pria itu dengan paksa melepaskan diri darinya. Suara magnetisnya yang rendah sangat dingin."Apa kau mencoba menarik perhatianku dengan bertindak seperti ini? Aku tidak tertarik pada wanita hamil, jadi berhentilah mengikutiku."Ketika telapak tangan Madeline menjadi kosong lagi, hatinya seolah-olah ikut kosong.Dia tak percaya dirinya sedang menatap pria yang tidak mengenalnya. Jelas bahwa pria itu mulai tidak menyukainya. Dia tak yakin apakah dia harus bahagia atau bahkan lebih sedih lagi.Dia seharusnya merasa bahagia.Bagaimanapun juga, Jeremy masih hidup.Tak ada yang lebih penting baginya selain Jeremy hidup dan baik-baik saja.Madeline mengatakan itu pada dirinya sendiri dan menyusul pria itu. "Jeremy Whitman, jangan pergi."Ketika dihentikan lagi oleh Madeline, ekspresi tidak menyenangkan muncul di wajah pria tampan itu. "Jika kau menggangguku lagi, aku pasti akan mem
Tangan Madeline yang hendak menampar Lana lagi digenggam erat di udara.Dia melihat Lana tersenyum jahat, tapi sesaat kemudian, Lana menunjukkan ekspresi sedih kepada Jeremy. "Hans, dia menamparku."Saat Lana mengatakan itu, Madeline bisa dengan jelas merasakan kekuatan cengkeraman Jeremy meningkat.Dia mengerutkan alisnya sambil merasa kesakitan dan ingin menggali ingatan pria itu, tetapi mata Jeremy hanya menatapnya dengan dingin.Sudah lama sejak dia melihat Jeremy menatapnya dengan kejam seperti itu.Pada saat ini, Jeremy menatapnya dengan cara yang sama.Itu menunjukkan bahwa pria itu benar-benar melupakannya."Kau berani memukul wanitaku? Apa kau mencoba membuat dirimu terbunuh?" Jeremy menarik pergelangan tangan Madeline.Tak peduli betapa sakit tangannya, itu tidak sesakit mendengar kata-kata yang Jeremy ucapkan saat ini.‘Wanitanya.’Madeline menahan keinginan untuk menangis. Matanya tetap teguh dan tajam. "Akulah satu-satunya wanitamu."Dia menatap mata dingin Jeremy. "Jeremy
Namun, rasa sakit terus datang dengan bergelombang. Madeline tiba-tiba merasa semua yang ada di depan matanya perlahan menjadi kabur.Tepat pada saat dia akan jatuh ke lantai, dia menangkap satu sosok hitam dengan cepat mendekatinya sebelum dengan mantap meraihnya…"Jeremy, Jeremy..."Madeline terus memanggil-manggil nama Jeremy tanpa sadar, dan tiba-tiba, dia mendengar seseorang memanggilnya dengan khawatir."Eveline, kau sudah bangun? Eveline."Madeline membuka matanya dengan tiba-tiba dan melihat Eloise menatapnya dengan cemas.Dia melihat sekeliling dan menyadari bahwa dia berada di rumah sakit."Eveline, syukurlah kau baik-baik saja." Eloise menarik napas lega tapi masih khawatir. "Kenapa kau tiba-tiba pingsan? Aku sangat khawatir kalau-kalau dirimu mengalami kecelakaan."Madeline mengingat kembali apa yang terjadi sebelum dia pingsan dan jantungnya mulai berpacu lagi. "Aku melihat Jeremy.""A―apa?!" Eloise terkejut dan mengira dia salah dengar. "Eveline, apa kau baru saja mengata
Ada secercah harapan di sepasang mata Madeline.Dia berpikir mungkin pria itu masih memiliki perasaan padanya.Namun, Jeremy memandangnya seolah-olah dirinya hanyalah orang asing, atau bahkan musuh."Kau mengikutiku lagi. Siapa yang mengirimmu?"Ternyata pria itu mengira dia mengikutinya lagi.Madeline tahu bahwa ingatan pria itu masih hilang, jadi dia memutuskan untuk menekan emosinya. Dia menatap Jeremy dengan sedih dan bertanya, "Apa kau benar-benar bukan Jeremy?"Jeremy mencoba menerka-nerka siapa Madeline dengan menatap wanita itu. Dia menatap dalam-dalam ke sepasang mata kesepian dan berlinang air mata itu.Madeline mengerutkan kening saat dia mengangkat tangannya, ujung jarinya jatuh di pipi pria itu.Dia hanya sempat mendaratkan sentuhan ringan ketika Jeremy mencengkram tangannya dengan erat."Apa yang sedang kau lakukan?" Jeremy bertanya, nada dan ekspresinya sangat dingin.Mata Madeline tampak terluka. "Mr. Zimmerman, kau persis seperti suamiku yang sudah meninggal."Sambil m
Ketika Lana mendengar apa yang Madeline katakan, dia berhenti merokok dan wajahnya menjadi suram.Melihat Madeline berjalan menuju pintu tanpa ragu, dia lalu berbalik dengan cepat. "Hans, jangan biarkan dia pergi."Madeline baru saja berjalan ke lorong ketika dia tiba-tiba ditarik oleh Jeremy.Dia mendongak dan melihat mata tajam dan acuh tak acuh pria itu. "Sana minta maaf pada teman Lana."Nadanya memerintah dan sikapnya keras.Ada sedikit rasa sakit di hati Madeline, dan dari sudut pandangnya, dia melihat senyum jahat Lana dan Naomi menyaksikan adegan itu terpampang di depan mereka.Beberapa detik kemudian, Madeline tersenyum pada pria yang menahannya kuat-kuat dan berkata dengan lembut, "Karena Mr. Zimmerman ingin aku meminta maaf, maka aku akan melakukannya."Lana dan Naomi ingin melihat Madeline terlihat menyedihkan, tetapi pemandangan di depan mereka benar-benar berlawanan dengan apa yang mereka pikir akan terjadi.Jeremy melihat senyum cerah Madeline dan bingung mau berkata apa
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka