Melihat wajah khawatir dan cemas di depannya, Fabian menyadari ada yang tidak beres."Oh tidak!"Ekspresinya berubah saat dia berbalik lalu mengejar Madeline yang mengambil Lilian.Madeline tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia hanya mendengar Fabian berkata 'oh tidak' dengan lantang.Dia tahu Lilian pasti dalam bahaya. Karena itu, dia dengan cepat mengejar pemuda itu.Namun, setelah beberapa langkah, dia merasakan ketidaknyamanan di perut bagian bawahnya.Memikirkan kondisinya, dia tak berani untuk terus berlari lagi."Fabian, di mana putriku?" Dia meneriaki punggung Fabian saat pemuda itu berlari kencang.Namun, sepertinya Fabian tidak mendengarnya. Madeline melihat ke arah Fabian berlari, dan di bawah sinar cahaya yang terjalin, dia melihat wajah bingung Lilian.Pada saat ini, seorang wanita menggendong Lilian. Kemudian, wanita itu dengan cepat memanggil taksi dari pinggir jalan sebelum masuk ke dalam mobil bersama Lilian.“Lilian!”“Sial!” Fabian mengutuk. Dia ingin menghentikan
“Mencari putrimu? Siapa putrimu?”“Lilian Whitman.” Jeremy mengangkat tatapan dinginnya. "Gadis kecil berusia empat tahun yang kalian, geng Stygian Johnson, culik dari vila Felipe."Bingung, Yorick membungkuk lalu diam-diam bertanya kepada Fabian, yang berdiri di sampingnya, tentang apa yang terjadi.Melihat keduanya berbisik-bisik sendiri, Jeremy dengan dingin menuntut, "Kembalikan putriku padaku."Yorick mengernyitkan alis dan tertawa kecil. “Bukannya aku tidak mau mengembalikan putrimu. Tapi, ada harga yang harus dibayar.”"Berhenti!"Yorick sudah hendak menghabisi nyawa Jeremy ketika suara seorang wanita tiba-tiba menyuruh mereka untuk berhenti.Suara itu menembus hati Jeremy yang suram bagaikan sinar matahari yang hangat.Dia langsung memutar kepalanya dan menatap wanita yang berjalan ke arahnya. "Linnie.""Kenapa kau di sini, Jeremy?" Madeline menatap pria di depannya dengan prihatin. "Bukankah aku sudah bilang padamu untuk beristirahat di rumah sakit?"Jeremy meraih tangan Madel
Madeline menatap tas yang teronggok di samping.Tas itu jauh dari kata besar, tapi cukup besar untuk menampung anak berusia empat tahun.Belum lagi dengan betapa kejamnya Meredith, Madeline tidak akan terkejut jika perempuan ini melakukan hal seperti itu.Sambil menatap kosong ke tas itu selama beberapa detik, Madeline dengan cepat menghampirinya.Meredith memperhatikan Madeline membuka tas dengan cemas dan berjingkat di belakang Madeline. Mengangkat sekop di tangannya, sepasang mata Meredith tajam.'Pergi kau ke neraka, Eveline!’'Antara kau dan aku, hanya satu dari kita yang bisa bertahan!'Dia mengarahkan sekop ke bagian belakang kepala Madeline dan mengayunkan nya sekeras yang dia bisa.Rencana Meredith nyaris berhasil ketika Madeline tiba-tiba berbalik dan menghindari serangannya, lalu menangkap pergelangan tangannya.“Apa kau pikir aku tidak akan tahu kalau aku adalah orang yang paling kau inginkan untuk mati, Meredith? Apa kau pikir diriku masih ceroboh seperti dulu?” Tatapan Ma
Dia menoleh dengan kaget dan bertemu dengan ekspresi dingin Jeremy.“Jer-Jeremy…”Dia menatap panik pria yang berjalan ke arahnya itu. Sambil mendorong tangan Madeline, dia berbalik dan hendak berlari hanya untuk mendapati sesuatu menahan lehernya lagi pada detik berikutnya. Meredith baru saja mengambil dua napas penuh ketika perasaan mati lemas menguasainya lagi. Jari-jari Jeremy seperti es, meresap ke dalam kulitnya dan menyebabkan dirinya menggigil.Rasanya Jeremy benar-benar akan membunuhnya.Kemarahan mengalir keluar saat cengkeraman Jeremy mengencang. Kekuatan yang dia keluarkan cukup untuk membuka kembali luka di bahunya, menyebabkan darah merembes keluar.Madeline segera meraih tangan Jeremy. "Lepaskan dia, Jeremy."Dia membujuk Jeremy bukan karena dia mengasihani Meredith dan bukan karena dia tidak ingin Jeremy menghadapi tuduhan pembunuhan hanya karena orang seperti itu, melainkan karena hatinya sakit melihat luka-luka pria itu memburuk.Jeremy tidak ingin melepaskan tangann
Fabian dan anak buahnya pergi.Tepat sebelum berjalan keluar, dia menoleh ke Madeline. “Teriak saja kalau kau membutuhkan bantuan, Ratu-ku. Aku akan berada di luar.”Madeline menerima tawaran itu. "Kalau begitu aku akan merepotkanmu dengan memintamu menjaga Jeremy untukku."“Hm.” Fabian mengedikkan bahunya dan pergi. Ruangan besar itu menjadi sunyi.Madeline dengan mantap berjalan ke depan Meredith. Dia menatap perempuan licik itu dari atas seperti seorang ratu ketika dia tiba di depan Meredith.“Rencana jahat apa lagi yang kau miliki, Meredith? Serang aku dengan rencana-rencanamu sekarang. Jangan buang-buang waktuku lagi.”“Hmph. Tentu saja, kau ingin mengakhiri ini sesegera mungkin, tapi sayang sekali. Aku tidak akan membiarkanmu.” Madeline mengangkat tangannya dan menyeka darah dari sudut bibirnya saat dia menatap tajam ke arah Madeline. "Aku tahu aku tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk membuat Jeremy mencintaiku lagi, tapi aku bisa berjanji padamu kalau aku juga tidak akan
Kedua pupil mata Madeline menjadi gelap saat dia menatap ekspresi sedih Meredith. Dia melemparkan perempuan itu dengan puas. "Kau benar, Keluarga Stygian Johnson mungkin tidak berani melakukannya, tapi aku berani!"Apa?Tertegun, Meredith memperhatikan Madeline melangkah pergi saat dia sadar kalau dia baru saja mengungkapkan lokasi Lilian.Jeremy sudah menggunakan trik ini padanya di pengadilan dulu, tapi dia tak menyangka Madeline menggunakannya lagi padanya. Dia bahkan tertipu lagi!Meredith bangkit hendak memblokir Madeline, hanya untuk ditendang kembali oleh pengawal di pintu.Dia terbaring di lantai, kesakitan dan memuntahkan seteguk darah. Melihat Madeline pergi dengan tenang, dia tak lagi memiliki kekuatan untuk berdiri.Madeline dan Jeremy langsung melaju ke rumah Felipe dalam waktu singkat.Felipe tidak terkejut mengetahui bahwa mereka telah tiba.Pemandangan Madeline berdiri bersama Jeremy membuatnya kesal.Seringai mengejek menghiasi bibirnya saat dia menatap Madeline, wanit
Tindakan Cathy sangat mengejutkan Felipe. Itu juga sesuatu yang sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Madeline dan Jeremy."Apa kau tahu apa yang kau lakukan?" Felipe menoleh untuk menatap Cathy yang berdiri di belakangnya.“Tentu saja aku tahu. Kaulah yang tidak.” Nada bicara Cathy tenang, serius dengan cara yang menggambarkan tekadnya. "Biarkan mereka pergi, atau aku sekarang akan balas dendam atas dua anakku yang sudah mati."Ekspresi Felipe muram, tapi dia menolak memberikan perintah.Cathy menekankan moncong pistol itu lebih dalam lagi ke punggung Felipe. Jika dia menarik pelatuknya sekarang, peluru itu akan menembus jantung Felipe.Baik Madeline maupun Jeremy tak menyangka Cathy ada di sini, tapi mereka tahu Cathy ada di pihak mereka."Ikutlah dengan kami, Cathy." Madeline tidak ingin meninggalkan Cathy di sini dan tinggal di sisi Felipe karena takut gadis itu akan menanggung hukuman yang diberikan oleh Felipe.Namun Cathy hanya tersenyum tipis. “Tidak apa-apa, Evie, Jeremy. Ka
Dia telah mendengar semua yang Jeremy katakan. Dia bisa merasakan penyesalan dan rasa bersalah yang mengalir dari diri pria itu, serta konflik internal Jeremy ketika harus memaafkan dirinya sendiri.Menatap punggung Jeremy yang hanya beberapa inci jauhnya, Madeline tak lagi merasa mereka terpisah bermil-mil jauhnya.Berbalik, dia mengangkat lengannya dan memeluk Jeremy dari belakang.Jauh di dalam pergolakan menyalahkan dirinya sendiri, Jeremy tercengang ketika dia merasakan Madeline tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan. Kehangatan meresap ke dalam dadanya. “Aku tahu kau tak bisa memaafkan dirimu sendiri atas semua hal yang telah kau lakukan padaku, tapi aku bersungguh-sungguh ketika aku bilang aku tidak membencimu lagi.”"Mari kita hidup bahagia bersama selama sisa hari-hari kita, Jeremy."Suara jernih Madeline melayang ke telinga Jeremy, jatuh ke dalam hatinya bagaikan nada-nada yang melodius.Dia berbalik menghadap Madeline, wajahnya yang seperti pahatan berhadapan dengan wajah mu