Ketika Madeline berbalik dan melihat Jeremy berdiri tidak jauh darinya, dia menyadari bahwa dirinya secara tidak sadar merespons pria itu yang memanggilnya 'Madeline' tadi.Bertemu dengan sepasang mata Jeremy yang tak bisa ditebak, Madeline dengan sangat tenang tersenyum.“Madeline? Jangan bilang kau seperti Mrs. Montgomery, tak bisa melepaskan diri dari sandiwara sebelumnya dan masih memperlakukan aku sebagai Madeline?”Nada bicaranya membuat ucapannya terdengar seperti sedang bercanda. Dia kemudian melangkah ke arah Jeremy sambil tersenyum dalam.“Tapi tak kuduga kau akan memanggil Madeline dengan begitu mesra. Bagaimanapun, dia adalah perempuan yang kau benci, ‘kan?”Madeline tersenyum tipis. Dia melewati Jeremy dan mengambil sebuah majalah. Kemudian, dia duduk di tempat tidur dan berbicara dengan santai, “Sungguh sangat tidak terduga. Ternyata, Madeline adalah putri kandung Mrs. Montgomery. Selain itu, dia ditukar oleh seorang pelayan keluarga itu tepat setelah dia lahir.”“Sayang
Felipe tiba-tiba menelepon dan Madeline menenangkan dirinya sebelum mengangkat telepon itu. Suara lembut pria itu terdengar memikat di kedua telinganya. “Kau baik-baik saja? Apa kau sudah melihat video itu?”Madeline sepertinya memahami sesuatu dengan jelas. "Aku baru saja selesai menontonnya. Terima kasih atas perhatianmu. Aku baik-baik saja.""Sepertinya mereka benar-benar mencintaimu. Hanya saja dulu mereka dibutakan." Felipe menjelaskan atas nama Eloise dan Sean."Cinta..."Madeline tersenyum sambil mengucapkan kata itu, tiba-tiba merasa aneh. "Felipe, aku akan datang ke tempatmu sekarang. Mari kita bicarakan rencana kita."Setelah menutup telepon, Madeline bergegas ke sebuah villa mungil di pinggiran kota tempat Felipe sekarang tinggal.Setelah Madeline tiba, Felipe membawakan teh hitam yang baru saja di seduhnya. Dia menatap wanita yang ada di depannya dengan seulas senyum dan sepasang mata yang lembut. "Aku benar-benar ingin ini segera berakhir. Aku memikirkan dirimu yang harus
"Lihatlah ke sana." Eloise menunjuk ke satu arah tidak jauh dari situ, sepasang matanya tiba-tiba terlihat sedih. "Putriku telah tiada dan aku tahu bahwa aku tak bisa menebus penyesalan ini dalam hidupku. Hanya dengan melakukan ini aku bisa memperbaiki sedikit penyesalan ini.""Kami tahu bahwa permintaan ini sangat egois dan sedikit berlebihan. Jika kau tidak mau, Miss Vera, kami tidak akan memaksa." Nada bicara Sean lembut sementara matanya dipenuhi dengan permohonan.Madeline memandang sebuah studio foto tidak jauh dari situ dan tersenyum.Ternyata mereka ingin meminjam wajahnya untuk membuat foto keluarga.Felipe benar. Terkadang permintaan maaf tidak dilakukan atas dasar ketulusan. Mereka hanya berharap di dalam hati mereka merasa lebih baik, tidak lebih.Mereka akan merasa lebih baik setelah membuat sebuah foto keluarga, tapi bagaimana dengan dirinya?Madeline terkekeh. Dia memejamkan kedua matanya dan masih bisa melihat dengan jelas beberapa pemandangan yang berisi Eloise dan Sea
Eloise juga bergegas mendekat, kedua matanya dipenuhi kecemasan. "Miss Vera, kenapa kau tiba-tiba lari ke jalan? Itu sangat berbahaya! Kau baik-baik saja?"Mendengar ini, Madeline akhirnya kembali sadar sepenuhnya. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tadi sedang memikirkan sesuatu. Terima kasih, aku akan pergi sekarang."Eloise dan Sean merasa Madeline bersikap aneh dan mereka sedikit khawatir, tapi Madeline dengan cepat masuk ke sebuah taksi di pinggir jalan.Dia turun ketika taksi itu tiba di gedung Whitman Corporation. Saat dalam perjalanan tadi, Madeline masih memikirkan apa yang dia dengar sebelumnya.Mungkinkah?‘Makam di mana Jeremy membawaku saat itu jelas tidak ada hubungannya denganku.’‘Dia sangat membenciku. Tapi kenapa dia membuatkanku sebuah makam, apalagi dia begitu cemas sampai gila ketika tak bisa menemukan abuku?' Pikir Madeline dalam hati sambil berjalan menuju pintu.Begitu dia hendak melangkah masuk, aroma parfum yang kuat tiba-tiba tercium. Pundak Madeli
Perempuan itu menunjuk Madeline dengan arogan, dan setelah mengatakan itu, dia hendak memeluk Jeremy.Namun, begitu perempuan itu mengulurkan tangannya, Jeremy berjalan memutarinya dengan acuh tak acuh dan malah pergi ke arah Madeline."Sepupu?" Yvonne Yalemen menatap Jeremy yang bahkan tak sekilas pun meliriknya.Jeremy memandangi kopi yang tumpah ke lantai dan menatap Madeline dengan penuh perhatian. "Kau baik-baik saja? Apa kau terbakar?"Madeline mengerutkan bibirnya. "Kopinya tidak cukup panas untuk bisa membakar, tapi..." Dia berhenti, melihat ke perempuan yang ekspresinya sedikit berubah. "Perempuan ini menabrakku dua kali. Bahuku sedikit sakit.""..." Yvonne mungkin tak menyangka kalau Madeline akan mengatakan ini kepada Jeremy. Dia tampak tidak tenang dan buru-buru menjawab, "Sepupu, aku tidak menabraknya. Dia yang menabrakku!"Sembari mengatakan itu, perempuan itu menatap Madeline dengan marah."Tadinya aku ingin menyelamatkan martabatmu di depan sepupuku, tapi tampaknya kau
Jeremy menerima panggilan telepon dari Mrs. Whitman pada saat rapat siang rutinnya berakhir. "Jeremy, Yvonne sudah kembali. Datanglah ke rumah untuk ikut acara makan-makan menyambut Yvonne. Kau harus datang. Dia satu-satunya sepupumu!"Tanpa memberi Jeremy kesempatan untuk menolak, Mrs. Whitman menutup telepon.Jeremy tak ingin membuang-buang waktunya bersosialisasi dengan orang-orang yang tidak ada artinya, tapi Madeline telah menawarkan diri untuk pergi dengannya.Saat ini, Jeremy sedang memarkir mobil sementara Madeline berjalan ke pintu depan menunggu Jeremy di sana. Saat itulah dia tiba-tiba mendengar cibiran menghina Mrs. Whitman dari dalam rumah."Jangan mengira dia seperti Madeline hanya karena dia terlihat seperti sampah. Perempuan ini sebenarnya lebih sulit untuk dihadapi. Aku tak tahu apa yang merasuki Jeremy, tapi dia terpikat dan mendengarkan semua yang dikatakan si pelacur itu!""Aku tahu perempuan ini tidak beres sejak pertama aku melihatnya. Aunty, dia sengaja menabrakk
Nada bicara Old Master Whitman tenang. Beliau pasti telah yakin bahwa orang di depannya adalah Madeline. Beliau jelas tampak percaya diri.Madeline sedikit terkejut, tapi dia tetap tenang. “Grandpa, kau akan berumur panjang. Dan lagi, aku benar-benar bukan Madeline.”Old Master Whitman tersenyum penuh arti, tapi sepasang alis abu-abunya berkerut tak berdaya. “Madeline, apa kau memintaku, pak tua ini, untuk mati tanpa kedamaian?”“…” Untuk sesaat Madeline tak bisa berkata-kata.“Mereka memberitahuku bahwa kau meninggal di tengah upacara pertunangan Jeremy dan Meredith. Hal itu selalu tertancap di benakku, membuatku depresi.”Old Master Whitman menghela nafas.“Kau adalah anak baik yang sudah langka di dunia ini. Jeremy-lah yang tidak tahu bagaimana cara menghargaimu. Aku tak akan menyalahkanmu sama sekali sekarang karena kau memilih untuk kembali dengan cara ini, tapi kuharap kau bisa menjauh dari Felipe.”Kata-kata nasihat Old Master Whitman mengingatkan Madeline pada masa lalu yang te
Madeline dengan cepat menyesuaikan emosinya dan tersenyum. “Jeremy, Grandpa ingin beristirahat. Ayo kita pulang.”Tatapan Jeremy terfokus pada cemoohan sepintas lalu di mata Madeline. Dia mengangguk ringan. "Oke.”Setelah mereka sampai di rumah, Madeline mandi air dingin untuk menenangkan dirinya.‘Grandpa sepertinya benar-benar telah mengetahui jati diriku yang sebenarnya dan dengan sengaja mengingatkanku untuk menjauhi Felipe.‘Mungkinkah diam-diam Grandpa sudah menyelidiki sesuatu?’‘Aku harus mempercepat proses balas dendam ku.’‘Jika aku berlarut-larut, cepat atau lambat Jeremy akan mengetahui siapa diriku yang sebenarnya.’‘Lagi pula, IQ pria itu tidak rendah.’Tengah malam, Madeline perlahan membuka kedua matanya setelah Jeremy tertidur.Dengan perlahan dia melepaskan dirinya dari pelukan Jeremy, lalu pergi ke ruang kerja pria itu dipandu oleh sinar bulan.Setelah mengamati selama beberapa hari ini, Madeline yakin ruang kerja Jeremy tidak dilengkapi dengan sistem keamanan.Dia m