“Lanjutkan.”“Penuhi janjimu padaku saat itu. Ambil aku sebagai istrimu,” lanjut Meredith tanpa ragu-ragu.Seketika itu juga, sebuah kerutan dalam tercetak di wajah Jeremy. Dia menatap Meredith dengan sepasang mata yang dipenuhi emosi.“Jeremy, kau tahu bahwa aku mencintaimu. Aku cinta mati padamu. Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku tahu aku ingin hidup bersamamu selamanya setelah aku melihatmu untuk pertama kalinya.”Meredith menatap Jeremy dengan sentimental.“Jeremy, kaulah satu-satunya harapan untukku untuk melanjutkan hidup. Kalau aku sampai kehilanganmu, lebih baik aku mati saja. Jika kau tak mau memenuhi janjimu, maka aku akan meninggalkan dunia ini bersama Jack. Jika aku mati, kau tak akan pernah menemukan abu Madeline.”Memandang tatapan teguh Meredith, Jeremy terkekeh pelan. “Kau mengancamku?”Meredith menggelengkan kepalanya dan menatap pria itu dengan sedih. “Mana mungkin aku berani mengancammu? Aku hanya ingin bersama dengan pria yang aku cintai. Jadi, aku rela berubah menjad
Setelah mendorong pintu hingga terbuka, dia bisa mencium bau alkohol.Sudah tiga tahun. Dia tak pernah berpikir bahwa dia akan kembali ke tempat ini. Yang lebih mengejutkannya adalah ketika dia membuka pintu, dekorasi dan renovasinya masih sama seperti dulu.Segala sesuatu di depan matanya sama seperti tiga tahun lalu. Hampir tidak ada perubahan.Madeline perlahan berjalan maju dengan bingung. Apartemen ini tidak besar, jadi ketika dia masuk, dia langsung melihat Jeremy.Pria itu duduk di lantai dan bersandar pada sofa. Kedua matanya terpejam, membuatnya terlihat malas dan tak peduli.Kerah kemeja putihnya terbuka dan tulang selangkanya terlihat.Kedua pipinya merah sementara bibir pucatnya basah. Sepertinya dia baru saja minum anggur. Di atas meja tamu di depannya ada dua botol anggur yang sudah terbuka.Madeline dengan penasaran menatap lelaki yang tampak sudah mabuk itu.‘Jeremy, apa yang kau lakukan?’‘Apa kau mabuk untuk mengenyahkan kesedihanmu?’Madeline mendekat dengan hati-hat
Dia berjalan mendekat untuk melongok dan melihat bahwa benda itu adalah buku hariannya. Halaman yang terbuka penuh dengan cinta dan tekad masa lalunya untuk pria itu.Madeline mencibir saat dia teringat kembali dengan dirinya dulu. Dia sangat bodoh dan dungu.Dia mengambil buku harian itu sebelum berbalik hendak pergi. Akan tetapi, Jeremy kembali menariknya.Madeline terhuyung dan jatuh ke lantai, menabrak dada bidang Jeremy.Kedua mata pria itu berkabut, namun ia masih menatapnya dengan emosional.“Jangan pergi, oke? Jangan tinggalkan aku lagi.”“Jeremy, lepaskan aku. Aku bukan orang yang kau pikirkan.” Madeline berjuang untuk melarikan diri, namun Jeremy hanya tersenyum dan menatap dirinya dalam-dalam. Pria itu bahkan memeluknya semakin erat sekarang.Madeline tak bisa melarikan diri dari dekapannya tak peduli seberapa kuat dia melawan.Pria itu menekankan tubuhnya dengan penuh kasih sebelum akhirnya jatuh tertidur.Madeline berkeringat karena semua perjuangannya. Namun, dia masih ti
“Apa?”“Apa kau bilang?”Eloise dan ibu Jeremy langsung berdiri, wajah mereka dipenuhi keterkejutan.“Vera Quinn, ulangi apa yang tadi kau bilang!” Ibu Jeremy berteriak.Madeline mengamati wajah Meredith dan melihat kedua mata gadis itu melotot sementara rahangnya menggantung lepas karena syok. Kemudian, dia mengangkat kepalanya untuk melihat ke sepasang mata hitam Jeremy yang tidak terbaca.“Jeremy, aku mengandung anakmu.”Dia tersenyum dan menyerahkan sebuah hasil tes pada pria itu.“Aku melakukan beberapa tes di rumah sakit pagi ini dan ini adalah bukti dari dokter.”Jeremy menatap Madeline dan mengambil hasil tes dari tangannya.Disebutkan dalam hasil tes itu bahwa usia kehamilan Madeline sudah menginjak tiga minggu.“Coba aku lihat!” Ibu Jeremy merebut hasil tes itu dari tangan Jeremy dan melihatnya dengan seksama.Eloise mendekat untuk melihatnya juga. Setelah mereka melihat hasil tes itu, wajah mereka langsung menjadi gelap.Ketika Meredith melihat itu, dia menatap Madeline deng
Dia mengangkat kepalanya dan melihat Madeline telah memanggil sebuah taksi. Lalu, gadis itu masuk ke mobil dan pergi.Jeremy putus asa selama beberapa detik sebelum akhirnya mengejarnya.Dia menelepon Madeline, dan meskipun panggilannya masuk, gadis itu tidak menjawab.Madeline menatap layar ponsel yang menggelap dan menyeringai.Dia sedang membuat sebuah konsesi untuk meraih keuntungan.Dia tidak bersungguh-sungguh ketika tadi mendoakan Jeremy. Dia tak bisa membiarkan dua orang yang paling dia benci hidup dengan nyaman.Jeremy tak bisa menghubungi Madeline, dia jadi gelisah.Tidak peduli apa pun alasannya, tapi dia tahu dia tak bisa kehilangan wanita yang memiliki wajah yang sama dengan Madeline itu.Meskipun dia berpegang teguh pada keyakinan bahwa inilah alasan mengapa dia tak bisa melepaskan Madeline, dia juga menyadari perubahan halus pada detak jantungnya setiap kali dia bersama Vera.Perasaan itu sama seperti saat pertama kali bertemu dengan Madeline di universitas.Madeline kem
Saat mengatakan itu, tiba-tiba ada sebuah kilatan melankolis di kedua mata pria itu.Setelah terdiam untuk beberapa detik, Jeremy berkata, “Aku berhutang itu padanya.”“Kau berhutang padanya?”‘Kau berhutang padanya?’‘Jeremy, kau juga berhutang padaku, tapi kau melupakan itu.’Madeline tertawa dan tidak bertanya lagi. Dia berkata pelan, “Baiklah, kalau memang itu masalahnya. Aku tak akan membuatnya lebih sulit lagi untukmu. Tapi, jika kau bilang dirimu serius tentang menikahiku, maka kau harus membuktikannya .”Saat mendengar itu, kemurungan di wajah Jeremy sedikit menghilang. “Apa yang kau mau aku lakukan? Aku akan melakukan apa pun selama aku masih sanggup.”Madeline tersenyum. “Gampang. Pergilah ke satu tempat denganku besok. Aku akan mengatakan padamu ke mana kita akan pergi saat kau menjemputku besok pagi.”“Oke,” jawab Jeremy tanpa ragu-ragu.Entah mengapa, memandang senyum di wajah di hadapannya ini, Jeremy merasa lebih riang daripada sebelumnya.Jeremy kembali ke rumahnya, da
Lagi pula, dia akan menjadi istri Jeremy dalam tiga hari.Ketika saat itu tiba, seluruh Glendale dan bahkan orang di seluruh dunia akan menjadi saksi pernikahan megah mereka yang akan disiarkan secara langsung!Saat memikirkan ini, seulas senyum kembali muncul di wajah Meredith.Malam itu, Meredith melakukan ritual merawat diri, dan keesokan harinya, dia menuju ke toko gaun pengantin.Merek gaun pengantin ini sudah terkenal di seluruh dunia. Dia bilang ke pegawai toko mengenai gaun yang telah Jeremy beli secara prapesan. Gaun itu baru saja tiba lewat udara kemarin dan seharga sekitar tujuh digit.Sebelum bertemu Jeremy, Meredith tak akan pernah bisa membayangkan jika dia akan bisa mengenakan gaun pengantin semahal itu.Sekarang, selain statusnya sebagai Miss Montgomery, dia juga akan menjadi nyonya dari sebuah keluarga berpengaruh yang tak ada bandingannya.Dia sangat gembira.Karena dia telah membocorkan sebelumnya apa yang akan dia lakukan hari ini, ketika Meredith tiba di toko gaun
“Aha,” seringai Madeline. Dia mengusap-usap batu-batu kristal di gaun itu. “Jeremy punya mata yang benar-benar jeli. Dia bahkan tahu semua ukuran tubuhku.”“A-apa kau bilang?”“Apa? Apa kau tidak tahu bahasa manusia?” Madeline tersenyum dan melenggang ke depan. Para pegawai bergegas membantunya memegangi gaunnya.Dia tampak bagaikan ratu ketika dengan anggun berjalan maju sampai berada di depan Meredith. “Apa kau benar-benar berpikir kalau gaun ini adalah milikmu?”“...” Meredith sangat marah sampai kedua matanya hampir jatuh dari rongganya. “Vera Quinn, copot gaun ini sekarang. Ini hadiah dari Jeremy untukku. Aku akan mengenakan ini pada hari pernikahanku. Siapa kau berani memakai gaun pengantinku?”Dia memelototi Madeline dengan sombong. Kemudian, dia tiba-tiba mengejek.“Vera, kenapa kau melakukan ini? Aku tahu kau menyukai Jeremy, tapi dia tunanganku. Ditambah lagi, kami akan menikah dalam dua hari, lalu kami akan menjadi suami istri. Apa yang kau lakukan saat ini persis seperti ya