Madeline mengerutkan bibirnya dan tersenyum, sepasang lesung pipitnya yang memabukkan merekah di kedua sisi bibirnya.“Tidakkah kau ingin aku jatuh cinta padamu? Sebenarnya, kau masih mencintai Meredith, ‘kan?” Meredith menarik dasi pria itu dengan sedikit keluhan di matanya. “Jika memang begitu, aku akan pergi sekarang dan tak akan pernah menemuimu lagi.”Madeline berpura-pura kecewa dan melepaskan dasi Jeremy.Begitu garis lehernya melonggar, Jeremy merasakan kehangatan mengalir keluar dari hatinya.Melihat wanita itu berbalik dengan kekecewaan di depan kedua matanya, dia membeku dalam keadaan tak sadarkan diri. Rasanya seolah-olah jantungnya tiba-tiba ditusuk oleh jarum yang tak terlihat.“Jangan pergi.”Jeremy menggapai pergelangan tangan Madeline.Madeline, yang belum juga melangkah lebih dari satu langkah, tiba-tiba berhenti. Di belakang di mana Jeremy tak bisa melihat, dia diam-diam tersenyum penuh kemenangan.Hanya saja dia belum sempat menikmati kemenangan ini selama lebih dar
“Old Master Whitman, aku tahu kau punya kesalah Pahaman yang dalam terhadapku, tapi…”“Tak perlu menjelaskan apapun padaku. Kau tahu pasti apa yang sudah kau lakukan.”“…” Meredith tak bisa berkata-kata.Sesaat kemudian, Rose tiba-tiba berlutut di depan Old Master Whitman. “Old Master Whitman, aku melakukan semuanya sendiri. Meredith sama sekali tidak tahu tentang itu. Saat dia mengetahuinya, dia dengan sengaja bergegas untuk menghentikanku. Itulah mengapa Meredith mengalami insiden itu. Itu aku. Akulah yang menyebabkan Meredith terkena masalah.”Rose menyalahkan dirinya sendiri sambil berurai air mata.“Old Master Whitman, jika kau ingin menyalahkan seseorang, salahkan aku. Tak peduli bahkan jika kau mengirimku ke kantor polisi, tapi Meredith adalah seorang gadis yang baik. Aku benar-benar tak ingin Jeremy salah sangka terhadapnya. Mer sudah sangat menderita. Jeremy seharusnya tidak mematahkan hatinya kali ini.”“Sesungguhnya, semua ini adalah kesalahan Vera Quinn!” Eloise menimpakan
Mengikuti kata-kata Madeline, senyuman di ekspresi Meredith tiba-tiba pecah. Seluruh wajahnya menjadi benar-benar kaku.Apa?Apa dia tidak salah dengar? Apa maksud Vera?Dia hanya ingin berpura-pura dan memainkan sebuah peran yang penuh kasih dan baik budi di depan Jeremy dan Old Master Whitman. Dia tak mau menanggung kesalahan atas nama Rose. Dia hanya berpura-pura!Rose dan Eloise juga tercengang. Mereka tak menyangka Vera menjadi seorang karakter yang tak kenal belas kasihan.Melihat ekspresi terkejut Meredith, Madeline tersenyum santai ke Jeremy. “Jeremy, kalau begitu, kau bisa menemaniku ke kantor polisi sekarang.”Jeremy melirik Meredith yang sedang berlutut di lantai dengan tatapan rumit dan mengangguk ringan. “Oke, aku akan menemanimu.”Madeline tersenyum bahagia dan mengulurkan tangannya untuk memeluk lengan Jeremy. Sepasang mata indah dan angkuhnya menyapu Meredith yang masih berlutut.“Penculikan dengan pemerasan, niat untuk menyakiti orang lain... Jika dihukum karena semua
Mendengar itu, Madeline melepaskan tangan Jeremy. Dia tersenyum ramah sebelum berkata, “Aku akan menunggumu di sini.”“Oke.” Jeremy mengangguk, kemudian berbalik dan pergi ke luar.Rose and Eloise juga mengikuti mereka keluar dari gerbang.Melihat Meredith berjalan menjauh bersama Jeremy, Madeline mengerutkan kedua bibirnya dan tersenyum senang.‘Meredith, apa yang aku ingin berikan kembali padamu jauh lebih banyak daripada ini.‘Kau sebaiknya tidak jatuh terlalu cepat.’“Jika saja Madeline punya setengah dari nyalimu, anak itu tak akan pergi dengan begitu saja.”Helaan nafas Old Master Whitman terdengar pelan dari belakang.Hati Madeline muram. Dia merasakan betapa hangatnya dipedulikan dan dirindukan.Dia tersenyum dan berbalik untuk menatap Old Master Whitman. “Jika Grandpa tidak keberatan, Anda bisa menganggap saya Madeline.”Old Master Whitman menatap dalam-dalam wajah cantik yang begitu indah di hadapannya dan menggelengkan kepalanya penuh sesal.“Tak peduli semirip apa pun dirim
Detak jantung Madeline tiba-tiba menjadi tidak menentu, tapi dia dengan tenang memasang ekspresi terkejut dan bingung. Dia mendongak dan bertemu dengan sepasang mata hitam Jeremy.“Apa? Kau bilang mantan istri mu tidak meninggal?”Dia mencubit kedua alisnya kemudian tertawa.“Kau tidak mencurigaiku sebagai mantan istri mu, Madeline, lagi, bukan?”Ketika suara Madeline jatuh, Jeremy juga tertawa. Embusan angin musim gugur bertiup, samar-samar bertiup ke warna misterius yang muncul di kedua matanya. Dia memandang Madeline dan berkata dengan lugas, "Beberapa orang masih hidup, dan dia sudah mati. Tapi beberapa orang sudah mati, dan dia masih hidup.”Setelah mendengarkan kata-kata itu dalam diam, Madeline mengerutkan sepasang bibirnya.“Apa kau mencoba untuk mengatakan padaku kalau mantan istrimu hidup di dalam hatimu?”Tak hanya tertawa, tapi tawa Madeline penuh dengan ironi.“Semua orang tahu bahwa Madeline adalah wanita yang paling kau benci.”“Semua orang tahu?” Jeremy mengunyah kata-k
Hanya karena sebuah janji yang dibuat ketika dia masih muda, bagaikan orang tolol, dia melindungi seorang gadis yang sudah lama menjadi orang jahat. Sementara itu, dia mengiris daging wanita yang dia cintai seiris demi seiris.Jeremy mengangkat ponselnya lagi dan melihat konten di layar. Ada sebuah unggahan yang memuat foto-foto Meredith saat dia masih kecil.Ketika dia dan Meredith bertemu kembali, dia telah meminta untuk melihat foto-foto masa kecil gadis itu. Namun, Meredith mengatakan bahwa foto-foto tersebut hilang karena telah pindah rumah.Sekarang, beberapa netizen benar-benar telah menggali semua foto masa kecil gadis itu.Jeremy mengulurkan jari-jarinya dan mengetuk ringan judul di layar.Tok, tok.Ada sebuah ketukan di pintu kaca kantor.Jeremy mendongak dan melihat kalau itu adalah Ken Baker. “Masuk.”Dia meletakkan ponselnya dan menyembunyikan emosinya dari beberapa saat yang lalu. Semua emosi itu akan tetap tidak diketahui oleh siapa pun.Ken berjalan menuju meja kerja da
Madeline tidak lupa saat dia mendapati Jeremy membeli buket besar mawar merah sebelumnya. Dia mengira pria itu berhubungan dengan wanita lain selain Meredith.Namun, setelah menguntit pria itu, dia mendapati bahwa Jeremy telah pergi ke pemakaman dengan membawa buket mawar itu.Tidak mudah baginya untuk terus mengikuti pria itu pada saat itu, jadi dia tidak tahu alasan mengapa Jeremy membawa banyak bunga mawar ke pemakaman. Dia tak bisa mendapatkan jawaban meskipun dia telah mencoba menelitinya.Dia juga hari ini tidak secara kebetulan melewati toko bunga. Sebaliknya, dia selalu mengamati setiap gerakan Jeremy secara diam-diam.Setelah mengetahui bahwa pria itu telah pergi ke toko bunga lagi, dia kemudian dengan sengaja muncul untuk membuatnya tampak bahwa itu adalah pertemuan yang tidak disengaja.Saat dia berada di tengah-tengah lamunannya, Jeremy membukakan pintu mobil untuknya.Madeline segera tersadar dan keluar dari mobil.Dia berpura-pura terlihat penasaran dengan melihat ke seke
Ternyata Meredith bukanlah favorit Jeremy.Ternyata favorit pria itu sudah meninggal..."Apa yang sedang kau cari? Apa kau ingin aku membantumu mencarinya?” Madeline membuka mulutnya dan berkata dengan tenang. Dia melihat gerakan Jeremy berhenti sejenak seolah baru menyadari keberadaan orang lain yang masih hidup di sini.Pria itu perlahan berdiri, penampakannya yang tampan tertutup oleh rasa kehilangan dan kesedihan yang tak terlukiskan bersama dengan sebuah jejak ketakutan sementara sepasang matanya dipenuhi dengan cahaya menakutkan yang ganas dengan niat membunuh. Dia tampak seolah-olah takut bahwa dia mungkin tak bisa memulihkan sesuatu lagi.Madeline menjadi lebih bingung lagi dan dia kembali bertanya sambil berjalan ke arah Jeremy, "Kau baik-baik saja? Apa yang sedang terjadi di sini?""Aku akan mengantarkanmu pulang dulu." Jeremy akhirnya berbicara, dan tidak ada kehangatan atau emosi apa pun yang bisa dirasakan dari nadanya, hanya hawa dingin dan mengerikan yang terpancar darin