Madeline agak khawatir saat menghadapi sikap Esther yang garang dan mengancam, tapi dia tidak terlalu takut.Esther merasa ada yang tidak beres saat melihat Madeline masih begitu tenang. Dia merasa kalau dia tidak melakukan apa-apa sekarang, dia mungkin benar-benar tidak punya kesempatan untuk melakukannya nanti.Para penjahat biasanya mati karena mereka terlalu bertele-tele. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan Naya.Karena itu, dia harus menghabisi Madeline dengan cepat dan efisien.Esther tiba-tiba mengangkat pisaunya, wajahnya tampak garang. “Naya, aku akan membalaskan dendammu sekarang! Aku tidak akan pernah memaafkan siapa pun yang menentangmu!”Setelah berteriak seperti sedang melampiaskan amarahnya, Esther menikamkan pisaunya ke tubuh Madeline.Pada saat kritis ini, Esther mendengar seseorang berteriak padanya.“Esther!”Gerakan Esther terhenti. Madeline hendak menghindar tapi dia tampak terperangah melihat Ava yang tiba-tiba muncul.Ava berjalan terhuyung-huyung. Dia dipenuhi
Begitu melihat Madeline, wajah kedua preman itu menjadi gelap gulita.“Eveline, kau cuma suka bermain-main, bukan? Baiklah, kami akan bermain denganmu sepuasnya sekarang!”Setelah salah satu dari kedua preman itu mengatakan itu, mereka berjalan mendekati Madeline dan Ava.Madeline tak menyangka kedua preman ini bisa keluar dari lubang secepat itu. Dia benar-benar tidak punya kekuatan lagi untuk melawan keduanya saat ini.Tepat saat dia dan Ava akan disiksa oleh dua preman itu, satu sosok yang sangat dikenalnya memasuki garis pandang Madeline.Tanpa ragu Jeremy menahan kedua laki-laki itu. Dia hampir dengan mudah menjatuhkan dua preman yang ingin menganiaya Madeline dan Ava.Kedua preman itu bahkan tidak menyadari bahwa seseorang mengikuti mereka dari belakang. Yang ada di pikiran mereka hanyalah mencari Madeline untuk melampiaskan amarah mereka. Pada saat ini, mereka berada di bawah kaki Jeremy."Jeremy." Wajah Madeline tiba-tiba menjadi cerah dan senyum bahagia tersungging di sana.Je
Jeremy mengerti maksud Madeline. Dia lalu meraih pinggang Madeline dan mengangkat wanita itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.“Linnie, kau sudah bekerja keras. Aku akan membawamu pulang sekarang.”“Kita ke rumah sakit dulu. Aku ingin tahu bagaimana kondisi Ava.” Madeline sangat khawatir.Tentu saja, Jeremy tidak akan menentang keinginan Madeline. Karena itu, dia langsung mengikuti Daniel dengan Madeline di gendongannya. Saat ini polisi juga sudah tiba di tempat kejadian.Setelah mengetahui situasi di dalam gedung, polisi langsung masuk ke dalam rumah dan menangkap Esther bersama dua preman suruhannya.Pada saat ini, raungan Esther yang dipenuhi kebencian tiba-tiba terdengar dari balkon di lantai tiga.“Daniel, dasar bajingan kau! Seluruh hidup putriku hancur karena si jalang Ava ini karenamu, tapi kau masih sangat mempedulikan si jalang ini bahkan setelah kau kehilangan ingatanmu. Jika aku tahu ini akan terjadi, aku tidak akan melepaskanmu!”Kemarahan meluap dari sepasang mata merah
“Dan!”Madeline berseru, dan Jeremy dengan cepat berlari untuk menopang Daniel.Ketika melihat itu, para dokter dan perawat yang sedang berdiri di satu sisi juga datang untuk membantu.Seketika itu juga, Ava dan Daniel didorong ke ruang IGD, sementara Jeremy dan Madeline menunggu di dekat pintu.Saat ini Madeline juga menelepon untuk memberi tahu Raegan dan Neil.Raegan dan Neil, yang langsung bergegas ke rumah sakit setelah mengetahui situasinya, sangat cemas. Ketika mengetahui bahwa Esther lagi-lagi adalah orang yang berada di balik ini, mata mereka pun dipenuhi amarah. Namun, pada saat ini mereka lebih mengkhawatirkan kondisi Ava melebihi apa pun.Pada saat ini, tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan Ava.Neil ingin menunggu hasil pemeriksaan Ava dengan Raegan, tetapi dia mendapat telepon dari ruang IGD yang lain.Sebagai seorang dokter, adalah tugasnya untuk menyelamatkan pasien, maka Neil pun pergi tanpa banyak berpikir. Tapi, dia mendapati bahwa pasien yang membutuhkan
Setelah Madeline mengatakan itu, Raegan tampak tenggelam dalam pikirannya.Kata-kata itu terlintas di benak Raegan, dan setelah berpikir secara mendalam untuk beberapa saat, dia tiba-tiba merasa lega.Pada saat ini, pintu ruang IGD akhirnya terbuka.Madeline dan Raegan segera bangkit dan berjalan mendekat untuk menanyakan situasinya.“Dokter, bagaimana putriku? Bagaimana dengan luka-lukanya…”"Madam, tolong tenang dulu."Dokter dengan sopan meyakinkan Raegan.“Kami telah mengobati semua luka pasien. Setelah kami periksa dengan cermat, luka-lukanya sebagian besar adalah luka dangkal dan tidak mengancam jiwa pasien. Tapi dia sangat lemah sekarang. Dia mungkin sudah lama tidak makan atau minum. Silakan menyiapkan makanan hangat untuknya terlebih dahulu. Langsung beri dia makan ketika dia bangun nanti.”Nyawa Ava tidak dalam bahaya, jadi Madeline dan Raegan bisa menghela nafas. Setelah keduanya mengucapkan terima kasih kepada dokter, mereka memesan bangsal VIP untuk Ava. Itu mereka lakuka
Orang tua Daniel tidak percaya dengan apa yang dikatakan Madeline dan Jeremy, jadi mereka memutuskan untuk menelepon Esther. Namun, panggilan mereka tidak dijawab.Keduanya tiba-tiba menjadi bingung. Mereka langsung menelepon seorang teman yang memiliki beberapa koneksi dalam hal ini. Sang teman bilang kalau Esther benar-benar ada di kantor polisi sekarang. Wanita itu juga menolak untuk bekerja sama dalam penyelidikan polisi. Esther benar-benar telah ditangkap.Setelah mendengar berita ini, wajah kedua orangtua Daniel pun berubah.“Bagaimana ini bisa terjadi?” Gina masih tidak percaya. Dia bertanya kepada temannya yang lain yang juga memiliki koneksi dan hasilnya pun sama.Kedua orangtua Daniel melirik Madeline dan Jeremy. Mereka tidak berbicara lagi. Apa pun yang mereka katakan saat ini hanya akan mempermalukan diri mereka sendiri.Oleh karena itu, keduanya duduk dengan tenang di samping dan menunggu operasi berakhir.Setelah lebih dari satu jam kemudian, operasi akhirnya selesai.Nei
Mereka berdua sama sekali tak menyangka kalau akan ada kebetulan seperti itu.Madeline dan Jeremy kembali ke Whitman Manor. Setelah mandi untuk membersihkan kotoran dan menghapus rasa lelah dari tubuh mereka, keduanya duduk dengan nyaman di sofa.Jeremy kemudian mengambil pengering rambut dan dengan hati-hati mengeringkan rambut Madeline. Akhirnya, dia menarik Madeline dengan erat ke dalam pelukannya.Merasakan suhu tubuh Madeline dan mencium aroma tubuh wanita itu, Jeremy akhirnya merasa nyaman.“Linnie, aku benar-benar ingin menggenggam tanganmu dan membawamu keliling dunia setiap hari. Dengan begitu, tidak akan ada masalah yang bisa menghampiri kita.”Madeline mengangkat tangannya dan menepuk pipi Jeremy. “Kau berpikir untuk pensiun? Apa kau pikir dirimu sudah mendapatkan cukup uang untuk membeli susu formula Pudding dan biaya sekolah Jack dan Lilly? Selama anak-anak masih bergantung pada kita, kita sebagai orangtua bahkan tidak bisa berpikir untuk pensiun.”“Anak-anak akan tumbuh d
Setelah diingatkan oleh Karen, Madeline akhirnya mengingat sesuatu.Begitu banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini sehingga dia hampir melupakan keberadaan orang ini.Yang lebih mencurigakan lagi adalah wanita itu benar-benar pergi atas kemauannya sendiri."Apa dia bilang kenapa dia pergi?" Madeline bertanya dengan rasa ingin tahu, dengan hati-hati menuangkan sup ke dalam termos makan.“Perempuan itu dari awal menginginkan sesuatu terjadi antara dirinya dan Jeremy, jadi mana bisa dia bersedia tinggal di rumah kita sebagai pembantu? Meskipun dia terlihat menyedihkan, dia hanya berpura-pura memenangkan simpatimu. Dia hanya ingin tinggal di sini dan diam-diam mengambil kesempatan untuk mengganggu Jeremy lagi.” Karen menganalisis apa yang ada dalam pikiran Hannah saat itu.Bahkan, dalam hati Madeline juga tahu kalau Hannah hanya berpura-pura ketika mengatakan kalau dia ingin tinggal di sini sebagai pembantu dan ketika bilang kalau dia tidak ingat apa-apa. Hannah hanya memiliki satu tujuan,