Ava tercengang saat mendengar dering itu. Kemudian, dia melihat ID penelepon berkedip-kedip di layar.‘Mengapa Maddie meneleponku sekarang?’Ava masih bertanya-tanya dalam hati saat laki-laki itu tiba-tiba mengangkat telepon Madeline.Madeline tidak tahu apa-apa soal penculikan Ava. Dia hanya ingin bertanya jam berapa Ava akan pulang ke rumah. Dia tidak mengira seorang laki-laki akan menjawab panggilannya ke ponsel Ava."Siapa kau? Di mana Ava?” Madeline secara tidak sadar merasa bahwa orang yang menjawab telepon tersebut bukanlah orang baik karena cara bicara dan nada bicaranya yang agak kasar."Kamu siapanya Ava?" tanya laki-laki itu dengan arogan.“Kau harus menjawab pertanyaanku dulu. Siapa kamu? Kenapa ponsel Ava ada padamu?”“Ava? Karena kau sangat mengkhawatirkannya, kau seharusnya adalah teman baik atau sahabat Ava. Dengar aku baik-baik. Ava bersamaku sekarang, dan aku mau sepuluh juta sebagai tebusan, jadi cepat siapkan uangnya. Kalau tidak, jangan pernah berpikir untuk bisa m
Tidak butuh waktu lama buat Jeremy untuk berpikir sebelum akhirnya mengambil keputusan."Kita harus memberi tahu polisi dulu.""Tapi penculik itu bilang..."“Linnie, aku tahu kau mengkhawatirkan Ava. Tapi di saat seperti ini, kita harus percaya pada polisi. Bahkan jika kau tidak memercayai polisi, percayalah. Aku tidak akan mempertaruhkan keselamatan sahabatmu.” Nada lembut Jeremy meyakinkan Madeline.Madeline menatap sepasang mata dalam Jeremy lalu mengangguk."Oke, aku percaya padamu."Jeremy meremas tangan Madeline untuk memberinya sedikit ketenangan sebelum mengemudi langsung ke kantor polisi.Sesampainya mereka di kantor polisi, mereka juga menemukan bahwa Daniel telah berada di sini untuk mengajukan laporan juga.Madeline dan Jeremy segera memanggil Daniel. Setelah ketiganya bertemu, Daniel tidak tampak seperti orang asing seperti saat pertama kali pria itu mengalami amnesia. Sebaliknya, Daniel langsung memberi tahu Jeremy dan Madeline apa yang dia ketahui.“Ava diculik, dan kura
“Mommy.”“Mommy ada di sini. Pudding anak pintar,” kata Madeline sambil menepuk kepala kecilnya dengan penuh kasih.“Mom, bukankah Aunty Ava seharusnya datang ke rumah kita hari ini?” Jackson juga bertanya dengan rasa ingin tahu.Madeline sedang mencoba mencari alasan untuk menjawab pertanyaan putranya ketika mendengar langkah kaki yang familier datang dari pintu masuk. Dia mendongak dan melihat Jeremy sudah kembali.Madeline berdiri sambil menggendong putra bungsunya. “Jeremy, kau sudah pulang. Ada kabar terbaru?"Jeremy mengambil putranya dari gendongan Madeline dan menciumnya dengan mesra.“Belum ada kabar, tapi aku sudah tahu siapa yang menculik Ava.”"Siapa?"“Penculiknya hanyalah seorang gelandangan pemalas yang memiliki banyak catatan kriminal. Untuk menghasilkan uang dengan cepat, dia akan melakukan apa saja.” Setelah itu, Jeremy menganalisis situasinya dan berkata, “Aku menemukan bahwa baru-baru ini orang itu telah menerima banyak uang di rekeningnya, dan jumlahnya sama dengan
Madeline mendongak dan melihat seorang laki-laki berpakaian serba hitam dan mengenakan kacamata hitam. Dia tampak seperti pencuri atau perampok.Dia yakin kalau dirinya tidak mengenal laki-laki ini, tetapi dia merasa laki-laki ini tampak familier.Setelah berpikir selama satu atau dua detik, Madeline tiba-tiba teringat kalau laki-laki ini adalah penjahat yang menculik Ava.Sepasang mata Madeline berbinar saat dia mengingat rekaman yang Jeremy tunjukkan padanya tadi malam. Laki-laki di depannya ini pastilah orang yang menculik Ava.Tok, tok, tok. Laki-laki itu mengetuk jendela mobil Madeline lagi.Madeline dengan hati-hati menurunkan jendelanya sedikit. Celah itu tidak cukup bagi siapa pun untuk memasukkan tangan mereka.Dia menatap laki-laki itu dengan ekspresi tenang dan bingung, "Ada apa, Pak?""Kamu Eveline Montgomery, ‘kan?" Laki-laki itu langsung bertanya, dan suaranya yang sekasar amplas membuat Madeline semakin yakin bahwa orang inilah penculik yang menginginkan uang tebusan sep
Madeline tidak berani mempertaruhkan keselamatan Ava.Dia melihat sekeliling. Beberapa kendaraan lalu lalang tapi tidak ada orang yang lewat.Bahkan jika ada orang yang lewat pun, tidak mudah untuknya meminta bantuan.Madeline mengikuti laki-laki itu ke seberang jalan, hanya untuk menemukan bahwa mobil yang dia pinjamkan kepada Ava kemarin diparkir di sana.Laki-laki itu tadi mengendarai mobil ini dan mengikutinya hingga ke dekat sekolah Jackson.Seseorang pasti telah memberi tahu laki-laki itu rutenya karena laki-laki itu bisa mengetahuinya hanya dalam waktu sehari, dan orang yang memberi tahu tidak lain adalah Naya.Di rumah sakit.Naya berbaring dengan nyaman di tempat tidur. Luka-lukanya sudah pulih dalam beberapa hari ini, tinggal secuil luka kecil. Dia pada dasarnya tidak kenapa-napa, tetapi wanita yang ditabraknya masih koma di ICU.Dia mengambil ponsel cadangan lain. Ketika hendak menelepon, dia melihat ibunya mendekatinya dengan gugup.Naya menyembunyikan ponselnya dan bertany
Ekspresi Ava tiba-tiba berubah, dan dia menyenggol Madeline dengan bahunya.“Maddie, dia tidak akan melakukan apa pun padaku. Kau harus pergi.""Karena kau sudah di sini, jangan pernah berpikir untuk bisa pergi." Suara jahat laki-laki itu datang dari belakang Madeline.Madeline mengangkat tangannya dan dengan lembut menyeka noda di wajah Ava. Kemudian, dia berdiri.Dia mengangkat matanya dengan mengesankan. “Kau cuma melakukan semua ini demi uang. Karena itu masalahnya, bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?”Mendengar tawaran Madeline, laki-laki itu menatap Madeline dengan tatapan main-main selama beberapa detik. "Mrs. Whitman, kau adalah sanderaku sekarang. Kau adalah barang paling berharga yang akan aku gunakan untuk memeras uang suamimu, jadi kenapa kau repot-repot bicara soal syarat kepadaku?”“Kau hanya mengatakan itu karena kau menginginkan uang. Aku ingin tetap hidup, dan aku ingin membawa sahabatku keluar dari sini dengan selamat. Aku bersedia mengajukan harga yang lebih ti
"Mrs. Whitman, jika kau tidak ingin kulit halus dan dagingmu yang lembut terluka, maka bekerjasamalah.”Maksud laki-laki itu sangat jelas. Dia ingin mengikat Madeline juga, untuk berjaga-jaga.“Maddie, jangan dengarkan dia. Kau sama sekali tidak bisa memercayai orang seperti dia. Kau harus pergi secepat mungkin,” saran Ava, khawatir Madeline akan terlibat gara-gara dia.Madeline menatap Ava dan memberinya senyum meyakinkan.“Ava, karena aku sudah di sini, aku akan pulang bersamamu. Jangan khawatir, aku percaya bahwa uang bisa menyelesaikan banyak masalah di dunia ini, termasuk masalah yang kita hadapi sekarang.”Setelah selesai berbicara, Madeline hanya mengulurkan tangannya ke depan laki-laki itu. "Silakan."“Persis seperti yang bisa diharapkan dari istri Jeremy. Sungguh wanita yang sangat berani.” Laki-laki itu langsung memuji dan dengan cepat mengikat tangan Madeline.Begitu selesai mengikat tangan Madeline, laki-laki itu menerima telepon.Dia melirik Madeline dan Ava yang sudah dal
Naya tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menatap pria yang masuk ke kamar dengan wajah dipenuhi kemarahan. Dia sama sekali tidak mengenal orang itu."Siapa kamu? Kenapa kau berteriak memanggilku?” tanya Naya dingin, merasa kesal.Pria itu tiba-tiba memalingkan wajahnya saat melihat Naya.Sepasang mata merah pria itu jatuh pada wajah sombong Naya, dan Naya dikejutkan oleh sorot mata itu. Ketika dia masih tertegun, pria itu bergegas menghampirinya tanpa dia sadari. Kemudian, pria itu mengangkat tangannya dan menampar wajahnya dengan keras.Plaaak!“Aaah!”Naya menjerit kesakitan dan mengangkat tangannya lalu menutupi pipinya. Kemudian, dia melebarkan matanya saat menatap pria itu dengan heran sebelum mundur dua langkah dengan ngeri.Mendengar kata-kata ibu Naya, pria itu semakin emosi. “Jadi, kau ibunya Naya! Kau juga pantas ditampar!”Setelah mengatakan itu, dia juga menampar ibu Naya.Ibu Naya berteriak ketakutan dan menarik Naya mundur.Namun, pria itu tidak hanya tidak pergi, tap