Felipe tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memandang punggung Cathy dalam diam.Garis luar sosok Cathy sudah menjadi buram karena air mata yang menggenang di matanya.'Cath.’'Kau ingat.’'Saat kau mengatakan itu.’'Tidak apa-apa.’'Kau boleh berpura-pura tidak tahu agar kita bisa mengucapkan selamat tinggal sekarang.’'Adam baik padamu, ‘kan?’‘Setidaknya, dia akan memperlakukanmu dengan lebih baik daripada aku.’Dia menurunkan tatapannya dan tertawa mengejek dirinya sendiri. Dia menyadari bahwa kebahagiaan berada dalam jangkauan tangannya tetapi dia mendorong kebahagiaan itu menjauh.Saat masih tenggelam dalam kebisuannya, Felipe mendengar Cathy berkata dengan lembut."Felipe, aku tidak akan pernah melihatmu lagi.""Aku tidak akan pernah melihatmu lagi."Dia belum pernah merasakan betapa memilukannya enam kata itu, tetapi sekarang, dia merasakannya.Dia menatap Cathy lekat-lekat dan berkata dengan senyum di wajahnya, "Baiklah, aku tidak akan pernah melihatmu lagi."Ya, tidak akan per
Pada akhirnya, Felipe tetap berhasil menebak kebenarannya dengan akurat.Cathy memunggungi nya, dan nada suaranya masih acuh tak acuh. “Kau berpikir terlalu berlebihan. Mereka adalah anakku dan Adam. Mana mungkin aku mau melahirkan anak-anak dari seorang pria yang ingin membunuhku?”“…”"Aku tidak akan pernah mau."Setelah mengatakan itu dengan tegas, dia membawa anak-anak keluar dari ruang kunjungan tanpa berhenti lagi.Felipe merasa seolah-olah seluruh energinya tersedot darinya. Seluruh tubuhnya lemas, dan dia tampak tertekan.Sambil menggandeng tangan anak-anak, Cathy dengan cepat berjalan ke pintu masuk. Dia tahu Felipe tidak akan mengejar mereka, tetapi terasa jika dia sedetik lebih lambat, pria itu bisa mengejar mereka dan melihat seluruh kebenarannya.Namun, mungkin pria itu sudah melihat segalanya.“Aduh!”Erangan kesakitan putranya datang dari sisinya. Cathy tiba-tiba berhenti dan menyadari putranya jatuh karena dia berjalan terlalu cepat.Cathy buru-buru berjongkok dan memin
Jeremy tidak mengenal wanita yang muncul di hadapannya ini, tapi Ada langsung bersikap seolah dia sangat akrab dengannya.“Kau Jeremy Whitman. Aku mengenalmu." Ada menyunggingkan seulas senyum manis. “Halo, namaku Ada. Aku tahu kau ingin mencari Eveline. Aku bisa membantumu."Setelah Ada menyatakan sepenuhnya tujuan kunjungannya, Jeremy mau tak mau jadi curiga."Siapa kau? Bagaimana kau tahu apa yang akan aku lakukan di sini? Kenapa aku harus percaya bahwa kau akan membantuku?”Senyum Ada lebih cerah ketika dia mendengar kata-kata itu. “Bolehkah aku masuk dan berbicara denganmu? Sepertinya sedikit tidak nyaman untuk berdiri dan berbicara di sini. ”Setelah dia mengatakan itu, kebetulan ada tamu hotel berjalan melewati koridor.Jeremy menimbang apa saja pro dan kontranya secepat mungkin sebelum membuka pintu."Masuklah."Ada tersenyum puas dan mengikuti Jeremy masuk ke kamar.Begitu sudah di dalam kamar, tanpa bertele-tele dia berkata terus terang, “Aku kekasih masa kecil Carter. Aku se
Setelah meninggalkan hotel, Ada langsung menuju ke kediaman Carter.Di dalam ruang kerja.Carter sedang bersantai sambil minum teh hitam, dan dia tidak terkejut melihat Ada masuk.Dengan gemetaran Ada melangkah masuk sambil menatap pria yang duduk di depannya.“Carty, sudah selesai. Jeremy akan muncul di upacara perayaan tepat waktu besok.”Carter mengangkat jari-jari panjangnya dan membolak-balik buku di depannya dengan santai. "Apa kau yakin dia benar-benar percaya dengan apa yang kau katakan padanya?"Ada mengangguk yakin. "Tujuan pria itu hanya ingin membawa Eveline pergi, jadi selama ada peluang tipis, dia pasti akan mencobanya."Mendengar itu, Carter menutup bukunya sambil merasa sangat puas. Dia perlahan mengangkat sepasang mata hitamnya yang misterius.“Alasan kenapa kau masih bisa melewati pintu ini adalah karena kau masih ada gunanya sedikit. Lebih baik jika kau tahu tempatmu dan tidak kehilangan satu-satunya faedah mu.”Ekspresi Ada sedikit berubah. Dia melirik Carter dengan
Jeremy melihat sekeliling dan menyadari kalau tidak ada yang memperhatikannya.Dia sengaja tidak menyamar sebagai orang kebanyakan, dan pakaiannya sama seperti yang biasa dia pakai. Dia hanya tidak ingin terlihat seperti orang biasa dan malah menarik perhatian orang lain.Namun, benarkah semudah itu?Jeremy merenungkan hal ini, lalu berbalik untuk berterima kasih kepada Ada sebelum naik ke lantai atas.Ada menyaksikan Jeremy naik ke lantai atas dan beberapa saat kemudian memanggil Carter."Jeremy sedang dalam perjalanan."Mendengar informasi dari ujung telepon yang lain itu, kedua sudut bibir Carter terangkat. Dia bangkit lalu meninggalkan ruang kerjanya dan pergi ke ruangan yang telah dia tentukan.Namun, setelah mendorong pintu hingga terbuka, dia menemukan ruangan itu kosong dan tidak ada seorang pun di dalamnya.Madeline tidak ada di ruangan ini, dia sudah tahu itu. Namun anehnya Jeremy juga tidak ada di sini.Dia dengan tenang mengeluarkan ponselnya dan menelepon Ada. "Di mana Jer
Kedua sudut bibir Carter berkedut saat dia perlahan berjalan menuju pintu kamar.Jeremy mendengar langkah kaki Carter yang makin mendekat dan menduga Carter mungkin telah menyadari kehadirannya."Cart."Kemunculan Madeline yang tiba-tiba itu menghentikan langkah Carter yang hendak mencapai pintu.“Cart, aku sudah selesai. Bolehkah aku turun untuk menemui kerabat dan teman-temanmu sekarang?” Madeline bertanya sambil tersenyum tipis. Ketika melihat Ada berdiri di ruang kerja lagi, dia tak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya-tanya, 'Dia juga di sini?'Carter melirik Ada dengan acuh tak acuh dan tersenyum lembut pada Madeline. “Kita masih punya waktu, jadi kau bisa kembali ke kamarmu dan istirahat sebentar.”Madeline mengerutkan alis indahnya dengan agak malu-malu. “Bisakah kau menemaniku? Kurasa aku agak gugup.”Carter diam-diam melirik pintu ruang kerja dari sudut matanya. Kemudian, dia tersenyum dan mengangguk. “Baiklah, aku akan menemanimu.”"Oke." Madeline tersenyum dan menunjuk
Carter mengakhiri kalimatnya dengan senyum dalam dan berjalan ke depan Madeline dengan bola kristal di tangannya.Dia langsung menangkap tatapan Madeline dan mengeluarkan instruksi.“Eveline, tatap bola kristal ini. Mulai detik ini, seluruh tubuhmu akan terasa rileks. Kau tidak akan terpengaruh oleh siapa pun. Ingatlah bahwa pria yang paling kau cintai sekarang adalah Carter Grey.”Begitu mendengar itu, Jeremy langsung marah.Dia mengepalkan tinjunya lalu menerjang ke depan dan meraih kerah Carter. Dia merebut bola kristal itu.“Carter, jadi begini caramu menghipnotis istriku? Eveline mencintaiku. Apa kau pikir dirimu benar-benar bisa menipu dia seperti ini dan membodohinya selamanya?” Jeremy meraung dengan suara rendah. Pembuluh-pembuluh darah di dahi dan punggung tangannya menonjol keluar. Saat ini dia tidak bisa mengendalikan emosinya. Andaikan bisa, dia benar-benar ingin mencekik pria di depannya sampai mati.Carter tersenyum tidak setuju. “Jeremy, kusarankan dirimu untuk segera me
Dia berjalan ke balkon dan melihat sosok Jeremy telah melewati para tamu. Pria itu berjalan menuju pintu tanpa cedera.Carter tak menyangka Jeremy memiliki kemampuan melompat seperti itu. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.Dia berbalik ke kamar dan menatap Madeline yang masih tidur. Dia melirik bola kristal di tangannya dan perlahan berjalan ke tempat tidur untuk membangunkan Madeline.Setelah membuka matanya, Madeline terlihat bloon untuk sesaat. Dia bingung dan tidak tahu tentang segala sesuatu di sekitarnya seakan-akan dia anak kecil.Beberapa saat kemudian, dia kembali sadar.“Aku melihat Jeremy datang ke sini,” kata Madeline, menyuarakan keraguan dalam hatinya.Carter mengangguk. “Dia tadi ada di sini. Dia mencoba membawamu pergi, tapi aku sudah mengusirnya.”Setelah mendengar itu, Madeline mengerutkan keningnya. "Dia sangat menyebalkan.""Aku tidak akan membiarkannya mengganggumu lagi," janji Carter. “Setelah upacara pernikahan kita selesai, aku akan membawamu kembal
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka