“Aku berdiri di sini. Apa lagi yang kau inginkan? Kalau itu uang, ambil saja dan pergi.”Laki-laki itu tercengang. Dia tak pernah menyangka Madeline tidak takut padanya sama sekali.Dia mengagumi keberanian Madeline, tetapi sikap Madeline membuatnya merasa diremehkan dan itu hanya membuatnya marah. “Kau pasti benar-benar berpikir kalau aku akan menurutimu, ya? Aku akan membuatmu menyesali ini!" Dia mengencangkan pegangannya pada pisau dan bergerak, hendak menusuk Eloise.Berkat refleks Madeline yang cepat, dia menangkap pergelangan tangan laki-laki itu."Jangan sakiti ibuku!" Kemarahan merayapi fitur-fitur lembutnya.Laki-laki itu tertegun selama dua detik sebelum melepaskan diri dari cengkeraman Madeline dan mengangkat kakinya lalu menendang Eloise.Masih tidak sadarkan diri, Eloise jatuh dengan kepala terbentur keras ke lantai.“Mom!” Madeline berlari ke arahnya dengan gugup dan melihat Eloise mengerutkan kening seolah sangat kesakitan. Madeline mengulurkan tangannya dan memeluk El
Madeline mengabaikan rasa sakitnya dan tiba-tiba berdiri.“Hei, kenapa kau mengabaikan aku?” Kesal, Eloise meraih tangan Madeline. Dia tidak tahu apa yang terjadi di belakangnya.“Mana mungkin aku mengabaikanmu, Mom?” Madeline menggenggam tangan Eloise erat-erat. Hatinya sakit melihat kotoran dan debu pada wajah Eloise yang polos seperti anak kecil.Dia tidak tahu apa yang terjadi saat dirinya tidak sadarkan diri, kecuali bahwa Eloise telah bangun dan laki-laki itu sekarang tidak sadarkan diri di lantai dekat pintu.Madeline tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu. Melihat kobaran api yang mulai menyebar selama beberapa waktu, dia meraih tangan Eloise dan berjalan menuju pintu keluar.Api yang menyebar menghalangi jalan mereka, dan Madeline mendapati dirinya terbatuk-batuk karena asap yang mengepul.Baru pada saat itulah Eloise tampaknya menyadari bahwa rumah itu terbakar. Menatap dengan bingung pada api yang mengamuk, dia tampak linglung."Mom! Uhuk. Kita harus pergi sekarang!” Mad
Dia hanya punya satu pikiran dan itu adalah menyelamatkan Madeline.Madeline tak menyangka kekuatan Eloise tumbuh begitu eksponensial untuk menyelamatkan 'dia'.Dia akhirnya terhuyung dua langkah ke belakang sebelum menabrak rak buku di sampingnya.Rak buku itu bergoyang dua kali seolah-olah akan ambruk.Terbentur rak itu terasa menyakitkan, tapi Madeline tak punya waktu untuk mengkhawatirkan dirinya sendiri karena melihat Eloise sudah melangkah ke dalam api."Mom!" Dia berseru lalu berlari dan memeluk Eloise saat air mata jatuh bebas dari kedua matanya yang terasa terbakar."Lihat aku, Mom. Aku benar-benar Eveline-mu!" Madeline memeluk Eloise dan menegaskan kata-katanya."Eveline-ku..." Eloise tertegun selama dua detik sambil menatap kosong ke wajah Madeline. Matanya dipenuhi dengan keraguan dan pertanyaan. "Tidak, bukan. Eveline tidak akan pernah mau berbicara denganku. Dia membenciku. Kau tidak ... uhuk uhuk, kau tidak..."Madeline mengeratkan pelukannya. "Eveline sudah lama berhent
“Aku di sini, Linnie.” Jeremy duduk di ranjang dan melingkarkan lengannya di bahu Madeline untuk menenangkannya. “Semuanya baik-baik saja sekarang, Linnie. Tidak apa-apa, bernafas lah.”Detak jantung Madeline yang gelisah berangsur-angsur menjadi normal saat merasakan kehangatan familier pria itu menyelimutinya. Memikirkan kembali apa yang terjadi sebelum dirinya kehilangan kesadaran, dia mengepalkan jari-jarinya melewati kejutan susulan saat kedua pupil mata cantiknya bersinar dengan gelisah.“Rak buku itu ambruk dan Mom tertimpa karena ingin menyelamatkan aku.” Madeline membuang selimut dan bangkit dari tempat tidur.Jeremy bergegas maju untuk menahan Madeline. “Kau mau ke mana, Linnie? Kau belum pulih sepenuhnya.”“Aku tahu Mom juga ada di rumah sakit! Bawa aku ke sana, Jeremy. Aku harus tahu bagaimana keadaan Mom.” Ekspresinya panik dan kepanikan serta ketakutan berputar-putar di kedua matanya.Alis tajam Jeremy terjalin erat. “Mom baik-baik saja,Linnie. Tinggallah dan istirahat y
Madeline mengerucutkan bibirnya dan tersenyum sebelum tiba-tiba mengerutkan kening."Bagaimana dengan laki-laki yang menculik Mom?"“Dia telah dibawa oleh polisi dan sekarang ditahan. Dia mengakui semuanya.”"Apa yang dia katakan?" Madeline mendesak lebih jauh.Jeremy mengelus pipi lelah Madeline sambil membuka bibirnya dan menjawab. "Dia bilang dia melihat Mom di jalan dekat reruntuhan Montgomery Manor. Dia mengenali Mom dari penampilannya, jadi dia menipu Mom hingga mau mengikutinya ke tempat tinggalnya. Kemudian, dia menelepon kita dan meminta tebusan."Jeremy mengatakan itu dengan penuh penyesalan.“Aku membuat keputusan yang salah dengan membiarkanmu masuk sendirian. Aku mampu menaklukkan bajingan itu sendirian, tapi aku akhirnya menempatkanmu dalam bahaya semacam itu.”Jeremy menangkup wajah Madeline, tatapan panjang dan dalamnya dipenuhi dengan penyesalan. "Aku takut sekali kau akan terluka lagi, Linnie."Madeline mendongak dan menatap mata bunga persik menawan pria itu, merasa
Madeline mencengkeram kemudi saat melihat wajah yang dikenalnya lewat tidak terlalu jauh darinya...Tin, tin, tin!Suara mobil membunyikan klakson dan teriakan tidak sabar terdengar dari belakang, membuat Madeline tersadar kembali. Ketika melihat ke atas lagi, wajah yang baru saja dia lihat tidak bisa dia temukan.'Apa itu cuma ilusiku saja?'Pikiran Madeline menjadi linglung, tapi dia tidak terlalu memikirkannya dan menginjak pedal gas.Setelah bertemu dengan Jeremy, Madeline mengetahui bahwa pria itu telah memesan tiket penerbangan untuk perjalanan liburan santai mereka dan mereka akan berangkat besok.Karena memahami niat Jeremy, Madeline tidak menolak gagasan itu.Kalau dipikir-pikir lagi, dia dan Jeremy tidak pernah pergi melakukan perjalanan bulan madu yang layak selama bertahun-tahun ini.Setelah menentukan rencana perjalanan mereka, baik Madeline maupun Jeremy pergi mengunjungi Eloise di rumah sakit.Mereka akan berangkat besok dan Madeline sangat mengkhawatirkan ibunya.“Pergi
Saat ini, pintu bangsal tiba-tiba terbuka dan seorang sipir masuk. "Ada orang yang ingin menemuimu, Ryan."Ryan perlahan membuka mata abu-abunya saat mendengar suara sipir.Dia tak menyangka ada orang yang mau mengunjunginya.'Siapa lagi, kalau bukan kedua orangtuaku?' Dia berpikir dalam hati, tetapi wajah yang tidak pernah dia duga mengejutkannya dengan tiba-tiba muncul di depan matanya.Dia tak pernah mengira bisa melihat orang ini lagi.Dia juga mengira kalau pertemuan mereka hari itu akan menjadi yang terakhir bagi mereka.Ryan hendak berbicara ketika mendengar wanita di depannya mencibir. Suara yang mengubah semua kejutan dan harapan menyenangkan Ryan menjadi debu pun terdengar."Sebagai orang yang mengatur masa depanku, Rye, pernahkah terpikir olehmu kalau masa depanmu akan berakhir seperti ini?"Wanita itu melengkungkan bibirnya sedikit dan seringai mengejek muncul di wajah mungil dan indahnya."Aku sedih sekali, Rye. Kenapa kau jadi seperti ini? Apa gunanya aku jadi seperti ini
"Berhenti memandangi pria-pria itu." Suara bariton menggoda seorang pria terdengar jelas di telinganya.Merasakan kecemburuan pria itu, Madeline mengangkat tangannya lalu mendorong telapak tangan Jeremy yang menghalangi pandangannya. Dia berbalik dan bertemu dengan tatapan pria yang menawan dan menggetarkan dari sepasang mata yang ceria itu.“Kenapa aku tidak boleh memandangi mereka? Mata diciptakan untuk mengagumi keindahan dunia,” jawab Madeline polos sebelum berbalik lagi dan terus mengagumi indahnya pemandangan pantai.Jeremy berjalan ke depan Madeline dengan dominan dan menyorongkan wajah tampannya di depan mata Madeline, menghalangi pandangan Madeline saat tatapannya berkeliaran di sekitar pantai."Aku akan cemburu jika kau terus memandang mereka, Linnie," desaknya serius.Madeline dengan menggoda menarik kedua sudut bibir merah mudanya menjadi senyum nakal yang langka. "Sempurna. Aku ingin melihat seperti apa suamiku saat dia cemburu.”"Kurasa sebaiknya kau tidak melihatnya." Ek
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka