Adam menganalisis situasi Madeline saat ini dan berkata, “Situasinya tampak sedikit lebih serius dari sebelumnya. Tidak menutup kemungkinan dia akan melupakanmu sepenuhnya.”Bibir tipis Jeremy terkatup rapat. Dia menahan amarah yang hampir menyembur keluar.“Apakah Ryan yang memaksanya hingga jadi seperti ini? Apa yang dilakukan orang gila itu pada Linnie?” Jeremy membanting tinjunya ke meja. Dia sudah berusaha mengendalikan emosinya, tapi dia benar-benar tidak bisa tetap tenang dan mengontrol dirinya.Karena memegang perspektif orang luar, Adam relatif lebih tenang daripada Jeremy. Setelah memikirkannya, dia akhirnya mengatakan fakta-fakta yang kejam."Dia telah menderita banyak cedera selama periode ini, yang semuanya disebabkan oleh Ryan."“Ryan berpikir bahwa Eveline terlalu kuat dan tekadnya terlalu bulat. Yang diharapkan Ryan adalah Eveline dapat sepenuhnya mematuhinya dan melekat padanya, jadi itulah kenapa Ryan ingin mengampelas semua ujung dan duri tajam Eveline.”“Metodenya a
Jeremy terdengar seperti memohon pada Madeline saat memeluknya lebih erat karena takut wanita ini akan menyelinap pergi lagi, tapi Madeline tampaknya dipicu olehnya saat berjuang dengan kekuatan terakhirnya yang tersisa.“Lepaskan aku, aku harus menunggu Jeremy! Dia akan segera menjemputku!”Jeremy patah hati. Matanya merah saat dia akhirnya menangis. Kemudian, dia mengangkat wajah panik Madeline. “Linnie, aku Jeremy! Aku di sini menjemputmu.”Madeline terdiam dan kemudian mengangkat mata unik dan indahnya lalu mempertemukannya dengan mata Jeremy yang lembut dan penuh kasih sayang.Dia kembali menatap Jeremy dengan serius untuk beberapa waktu seolah-olah sedang mengeksplorasi sesuatu.Melihat Madeline tidak begitu emosional lagi, Jeremy mengelus pipinya pelan. “Linnie, lihat lebih dekat. Aku cinta sejatimu, Jeremy.”“Jeremy…”"Ya, Linnie, ini aku," jawab Jeremy tanpa berpikir dulu.Tepat ketika dia mengira Madeline perlahan-lahan mendapatkan kesan mengenai siapa dirinya, di detik berik
Laki-laki itu sedang terburu-buru, tapi ketika melihat Madeline benar-benar mengabaikannya dan tidak punya niat untuk menyerah, dia buru-buru membelokkan sepedanya. Dia akhirnya menabrak pohon di depannya dan jatuh ke tanah dengan menyedihkan.Madeline berhenti ketika melihat seseorang tiba-tiba jatuh di depannya.Laki-laki itu menjerit kesakitan dan mengangkat kepalanya, melihat Madeline berdiri di depannya. Kemudian, dia membuka mulutnya untuk memaki dengan ganas.“Apa kau tidak dengar waktu aku suruh kamu menyingkir? Kau terlihat cantik, tapi apa kau buta atau tuli? Kau membuatku jatuh!”"Kau pikir dirimu sedang berbicara dengan siapa? Katakan sekali lagi kalau kau punya nyali!” Jeremy melangkah maju dan menarik Madeline ke belakangnya. Ketika ditatap Jeremy dengan matanya yang dingin dan menyeramkan, laki-laki itu menggigil.Jeremy membungkuk dan mengulurkan tangannya lalu meraih kemeja laki-laki itu. Kemudian, dia memperingatkan dengan dingin, “Kau berkendara ke arah yang berlawan
Jeremy melambatkan langkahnya mendengar kata itu.Sudah lama sekali sejak terakhir dia mendengar nama itu, dan dia masih senang ketika mendengarnya.Memori yang bagaikan tertimbun pasir dan debu waktu sekali lagi terbuka di depan matanya.Jeremy menyimpulkan kalau Madeline juga mungkin teringat dengan memori tak terlupakan saat berada di pantai dengannya dulu.Dia tersenyum penuh pengertian, dan tiba-tiba, dia punya keinginan untuk menggoda Madeline.“Apakah Jez yang kau bicarakan ini adalah orang yang sangat penting bagimu?” Jeremy bertanya terus-terang dengan nada ingin tahu.Madeline tersentak kembali dari ingatan-ingatannya dan menjawab serius tanpa berpikir dulu, “Tentu saja, dia penting.”“Sepenting apa?”Saat hendak menjawab, Madeline tiba-tiba membalas dengan tidak senang, “Kenapa aku harus bilang padamu?”“...” Jeremy tak bisa berkata-kata saat ini. Faktanya, dia sudah tahu jawabannya di dalam hatinya sejak dulu.‘Linnie, aku akan perlahan-lahan membuatmu mengingat bahwa akula
Dia adalah pria yang membuat wanita ini menunggu terlalu lama hingga Ryan bisa menyiksanya sampai ke dalam kondisi ini."Besok. Besok, aku akan mengantarmu pulang untuk menunggu Jeremy.” Dia membujuk Madeline karena tidak punya pilihan lain.Besok, dia akan membawa Madeline pulang ke Glendale.Bagaimanapun juga, ini adalah Negara Y. Tempat ini tidak akan senyaman kampung halamannya.Saat malam tiba, dia sendiri memasak makan malam yang lezat. Madeline puas dengan makanannya. Wanita itu tidak menolaknya sebesar sebelumnya dan bersedia memakan udang yang dikupas untuknya.Selain itu, seulas senyum kecil dan elegan muncul di wajah Madeline.Untuk sesaat, dia juga merasa puas dengan keadaan mereka saat ini.Madeline telah mengalami terlalu banyak rintangan dan rasa sakit di sepanjang hidupnya. Wanita itu hanya sedikit saja merasakan kebahagiaan.Tiba-tiba, dia berharap Madeline bisa sesantai sekarang. Dia berharap Madeline akan dapat menjalani kehidupan yang riang dan damai dengan sifat ke
Jeremy mengira dia salah dengar, tetapi segera setelah itu, dia mendengar Madeline memanggilnya lagi."Apa kau di sana?" Madeline bertanya. Tidak ada lagi suara air mengalir dari dalam, jadi suaranya sangat jernih."Kau bilang akan berjaga-jaga di pintu, tapi sekarang kau tidak menjawabku saat aku memanggilmu, kau pembohong."Keluhan Madeline masuk ke telinga Jeremy.Dia tak pernah tahu bahwa dia akan sangat bahagia bahkan setelah dituduh tukang bohong.Jeremy tidak ragu lagi. Dia membuka pintu kamar mandi lagi dan langsung masuk.Madeline telah selesai mandi dan mengenakan jubah mandi sambil duduk di tepi bak mandi.Masih ada uap yang tersisa yang belum hilang di kamar mandi. Di bawah uap yang berkabut, wajah merah Madeline yang diselimuti tetesan air tampak seperti teratai yang tak ternoda sebagaimana tercermin dengan indah di pupil mata Jeremy.Bohong kalau dia bilang dia tidak tergoda, tapi dia hanya bisa menahannya saat ini.Melihat Jeremy menatap dirinya dengan saksama, Madeline
Suara magnetis rendahnya menyihir melewati telinga Madeline bagaikan angin malam musim panas.Madeline berdiri diam seolah-olah sedang tersihir saat menatap wajah tampan itu perlahan mendekat.Jeremy dengan ragu mengecup bibir Madeline, dan seperti yang dia duga, Madeline tidak menghindarinya.Detak jantungnya mulai tidak beraturan. Dia meraih pinggang Madeline dan menciumnya lagi.Dengan mata terbuka lebar, Madeline membiarkan inisiatif Jeremy tanpa sedikit pun melakukan perlawanan.Jeremy merasa sedikit senang karena Madeline tunduk padanya.Dia bisa merasakan sesuatu. Mungkin Madeline tidak ingat orang macam apa Jeremy itu, tapi dia masih memiliki perasaan padanya melalui kontak fisik. Karena itu, wanita itu tidak melawannya sebesar sebelumnya.Dia berbaring dengan Madeline di pelukannya. Dia menarik tali jubah mandi Madeline, tapi tiba-tiba wanita itu menarik diri darinya.Dia membuka kedua matanya dan melihat Madeline tampak bingung, dengan mata dipenuhi kepanikan."Linnie, ada ap
Insting pertama Jeremy adalah meraih tangan Madeline dan memeluknya.Dia pikir itu Ryan, tapi dia langsung lega ketika melihat pria yang memasuki apartemen.Madeline tak mempedulikan orang yang masuk ke ruangan dan hanya memegang tangan Jeremy dengan gugup, matanya merah dan berair."Di mana ponselmu? Berikan padaku. Aku akan memanggil ambulans!" Dia dengan cemas mengobrak-abrik saku Jeremy."Tidak perlu memanggil ambulans. Dia akan baik-baik saja." Adam menghampiri Jeremy sambil membawa peralatan medisnya.Akhirnya Madeline sepertinya menyadari bahwa seseorang telah masuk apartemen. Dia menatap Adam dan entah bagaimana tercengang.Adam meletakkan peralatan medisnya dan berjongkok di depan Jeremy.Dia memeriksa kondisi Jeremy sebelum dengan cepat mengeluarkan alat suntik dan reagen lalu dengan terampil menyuntik Jeremy.Sekali lagi, Jeremy merasakan hawa dingin yang familier merembes ke setiap sel tubuhnya. Setelah beberapa saat mati rasa, rasa tidak nyaman itu berangsur-angsur mereda
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka