Sepasang mata bijak Jeremy menyapu wajah Fabian dengan dingin. "Fabian, apa kau tahu mengapa aku jadi seperti ini?"Ketika Fabian mendengar Jeremy mengatakan ini, pria itu juga dipenuhi dengan permusuhan.Dia menatap Jeremy, memperhatikan rambut abu-abu linen dan pupil kuningnya. Memang ada perubahan besar dari Jeremy yang sebelumnya.Dia tidak begitu memahaminya, tapi kemudian mendengar Jeremy berkata dengan nada tidak puas, "Lana, kakakmu yang baik hati, menggunakan sejenis racun untuk membuatku seperti ini.""Apa?" Fabian terkejut. "Bukankah dia sangat menyukaimu? Bagaimana dia bisa melakukan hal seperti itu padamu?""Heh," cibir Jeremy, "Perempuan seperti itu, apa menurutmu dia benar-benar menyukaiku? Di dunia ini, hanya Linnie yang peduli padaku dengan tulus.""..." Fabian terdiam untuk sesaat. Dia bahkan lebih jijik lagi memikirkan kenapa bisa memiliki saudara perempuan seperti Lana.Suasana di dalam mobil menjadi hening sejenak. Setelah beberapa saat, Fabian tidak bisa duduk dia
Jeremy dan Fabian tidak menyangka akan kelakuan gila laki-laki itu.Melihat mobil langsung terkepung api, Jeremy dan Fabian berlari ke arah Lilian secara bersamaan.Jantung Jeremy seperti digantung dari ketinggian 3.000 kaki. Matanya merah ketika melihat anak yang tetap berada di tempat karena sikap dinginnya.Jarak mereka hanya beberapa langkah jauhnya, tapi seolah-olah mereka dipisahkan oleh ribuan gunung dan sungai.Jeremy bergegas mendekat, namun tiba-tiba, mobil itu meledak dengan hebat."Lilian!" Fabian berteriak histeris.Tubuh mungil Lilian terlempar dari arus udara yang meledak. Tatapan Jeremy pecah saat bergegas menangkap Lilian yang hampir jatuh ke tanah."Lilian!"Dia membawa anak itu ke dalam pelukannya."Lilian! Lilian!"Gadis kecil itu mengedipkan matanya yang besar dan bulat dengan lemah. Melihat pria di depannya, mulut mungilnya bergerak-gerak.“Daddy.”Meski tidak ada suara yang keluar dari mulut gadis kecil itu, Jeremy melihatnya. Lilian memanggilnya 'Daddy'.Penglih
Dia perlahan-lahan membuka matanya, dan ketika bangun, dia hanya melihat kegelapan dengan satu-satunya cahaya di sekitarnya adalah dari lampu mobil.Pintu penumpang kemudian terbuka. Ryan berdiri di luar pintu, dan suaranya terdengar ringan. "Kita di sini. Keluar dari mobil."Madeline melihat sekeliling dengan waspada sebelum turun dari mobil.Ryan memimpin jalan saat Madeline mengikuti di belakangnya.Dia melihat sekeliling. Selain kegelapan, ada lebih banyak kegelapan lagi. Seolah-olah dia dikelilingi oleh kain hitam besar.Terlepas dari langkah kaki mereka yang tumpang tindih, tidak ada suara lain.Setelah berjalan sejauh kira-kira dua ratus meter, berangsur-angsur terlihat cahaya di depan.Ryan berhenti di depan sebuah pintu. Setelah membukanya dengan pupil matanya, dia menatap Madeline dengan senyum dalam."Pertama, aku akan membawamu bertemu dengan seorang teman lama."Saat suara Ryan berakhir, satu sosok muncul di pandangan tepi Madeline.Dia mengikuti sosok yang tertangkap oleh
Madeline melihat obat penawar di depannya dan memikirkan Jeremy.Dia tahu Jeremy pasti tidak akan mau melihatnya berkompromi dan menerima tuntutan tercela Ryan.Namun, dia juga lebih memilih tidak melihat hari ketika Jeremy akan sangat kesakitan.Madeline mengepalkan tinjunya erat-erat dan menatap pria di depannya yang memegang satu-satunya kesempatan Jeremy. Tatapannya tegas."Ryan, kau boleh mengajukan permintaan, tapi kalau kau melewati batas, aku tidak akan mau berkompromi."Ryan berjalan ke arah Madeline dan mengangkat obat penawar di tangannya. Dia tersenyum dalam-dalam. "Aku khawatir kau tidak punya alasan untuk menolak. Aku tidak ingin laki-laki itu menderita. Kau tidak punya pilihan lain selain setuju."...Rumah sakit.Jeremy mondar-mandir di koridor dengan cemas. Ketenangan yang selalu dia miliki saat ini hilang.Masih ada darah di telapak tangannya yang belum bisa dibersihkan. Semuanya darah Lilian.Jeremy memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam, memikirkan Lilia
Emosinya sangat tidak stabil. Keamanan Lilian masih belum bisa dipastikan. Sebagai seorang ayah, dia hanya bisa menggunakan cara seperti itu untuk melampiaskan ketidakpuasan dan rasa tidak berdayanya.Pada saat ini lampu ruang operasi dimatikan.Jeremy bangkit dan bergegas menuju dokter yang berjalan keluar. "Dokter, bagaimana keadaan putriku? Dia mengalami pendarahan hebat. Di mana dia terluka? Apakah nyawa putriku dalam bahaya?"Dia terus membombardir dokter dengan banyak pertanyaan, matanya berkilat cemas."Punggung anak itu tergores serpihan logam. Dia banyak mengeluarkan darah dan dalam fase yang agak kritis. Untungnya, dia dibawa ke rumah sakit tepat pada waktunya. Untuk saat ini, tidak ada bahaya yang mengancam nyawanya."Dokter kemudian menghela napas."Tapi, kepala anak itu mengalami gegar otak serius. Kami harus menunggu sampai anak itu sadarkan diri sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut."Mendengar penjelasan itu membuat Jeremy memukul dirinya sendiri dengan sangat kera
Madeline bertanya dengan lugas, dan wanita di ujung telepon itu terkikik. "Eveline Montgomery, tak perlu terlalu ingin tahu siapa aku. Sebentar lagi, kita akan bertemu.""Aku tidak ingin bertemu dengan seseorang yang bersembunyi di sudut gelap saat melontarkan cibiran. Berhenti meneleponku," tukas Madeline memperingatkan orang itu, dan ketika dia akan menutup panggilan telepon itu, wanita itu sekali lagi bersuara."Kau tidak ingin bertemu denganku, tapi aku menantikan pertemuan kita. Nah, sebagai hadiah untuk pertemuan kita, pikirkan saja putri bisumu yang terbaring di rumah sakit dalam fase kritis.""Apa yang kau katakan? Apa maksudmu?!" Madeline tiba-tiba memikirkan sesuatu. "Apa kau menyuruh orang untuk menculik putriku?""Kau benar, itu aku." Wanita itu langsung mengakuinya. "Tapi jangan khawatir, Eveline. Aku tidak akan pernah menyentuhmu. Sebaliknya, aku ingin kau sehat walafiat agar bisa menyaksikan bagaimana aku menyiksa orang-orang di sekitarmu dan membuatmu menderita!"Setela
"Mungkin orang sepertiku seharusnya mati untuk selamanya. Terakhir kali, aku menyakitimu dan membuatmu sangat menderita. Sekarang, aku telah menyakiti putri kita. Aku bahkan bukan manusia!"Jeremy membenci dirinya sendiri. Dia mengangkat tinjunya lagi dan mengarahkannya langsung ke dinding, mengabaikan rasa sakit yang datang sedetik kemudian."Jangan pedulikan aku, Linnie. Tolong berhenti mencintai orang sepertiku, laki-laki berhati dingin yang tidak pernah menghargai istrinya. Aku tidak sepadan dengan waktumu. Kau dan anak-anak harus menemukan pria yang bisa diandalkan dan melupakan aku."Madeline mengangkat pandangannya begitu Jeremy selesai berbicara.Matanya memerah. Dia mengangkat tangannya dan menampar wajah Jeremy. "Apa kau tahu apa yang kau bicarakan? Jeremy Whitman, apa kau masih mencoba menghancurkan hatiku sampai saat ini? Sepanjang hidupku, kecuali kamu, dengan siapa lagi aku bisa jatuh cinta?! Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan untuk benar-benar melupakanmu? Kataka
Madeline bisa mengenali suara itu. Itu adalah orang yang sama yang telah memprovokasinya melalui telepon akhir-akhir ini, wanita yang mengatakan bahwa Lilian adalah putri bisunya!Setelah dikenali, wanita itu tampak seolah-olah datang dengan persiapan yang memadai. Dia mengerucutkan bibir merahnya dan tersenyum. "Eveline, aku sudah bilang kalau kita akan segera bertemu. Tidakkah kau terkejut?"Madeline tidak tahu siapa pemilik suara itu, tapi seringai jahat itu mengingatkannya pada fitur-fitur wajah seseorang."Apakah Anda masih di sana, Miss Montgomery?" Suara penasaran si peneliti terdengar melalui telepon.Madeline berpikir untuk melepas kacamata hitam wanita itu namun tiba-tiba membuang pikiran itu."Maaf. Saya masih mendengarkan," jawab Madeline cepat. Namun, pada saat dia mengangkat kepalanya, dia menyadari bahwa wanita itu sudah hilang. Hanya ada aroma khusus yang berbau menyenangkan.Madeline tahu bahwa wanita itu sengaja mencoba membuat masalah dan tidak membuang waktu sedetik
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka