Dia punya firasat kalau Jeremy tidak akan pernah menoleh untuk melihatnya lagi.Mungkin ini pertemuan terakhir mereka.Dia berharap pria itu bisa mendengarnya mengatakan betapa dia mencintainya. Cintanya mampu mengalahkan kebencian dan kemarahan yang dia miliki untuknya saat itu. Sekarang yang tersisa hanyalah gairah yang dalam.Jeremy menatap sosok di tengah hujan yang perlahan menghilang dari kaca spion. Kemudian, dia akhirnya memuntahkan darah yang dia tahan selama ini.Menatap cairan merah terang di tisu, dia bersandar di kursi dalam kelelahan saat matanya mulai kehilangan fokus.'Linnie, aku mendengarmu.’'Terima kasih karena tidak membiarkanku meninggalkan dunia ini dengan penyesalan.'Dia melengkungkan kedua sudut bibirnya yang pucat dan mengangkat tangan kirinya untuk melihat cincin kawin yang sekali lagi telah kembali ke jari manisnya.Lewat sela-sela air matanya, dia melihat cincin itu berkilauan di bawah cahaya redup.Seolah-olah dia bisa melihat hari dia bertemu Madeline me
Jeremy merasakan jantungnya berdetak kencang saat mengangkat kepalanya dan menatap Madeline.Namun, wanita itu tidak bangun. Madeline hanya meraih tangannya tanpa sadar, namun genggamannya masih sangat kuat."Jeremy, jangan tinggalkan aku lagi..." Dia berkata dalam tidurnya. Dia tak tahu kalau Jeremy ada di sampingnya.Jeremy meraih tangan Madeline dan mencium punggung tangannya. Ada begitu banyak gairah di sepasang matanya yang tampan."Linnie, ke mana pun aku pergi, kau akan selalu menjadi satu-satunya milikku."Jeremy duduk di tempat tidur dan menatap wajah yang tertidur itu dengan puas.Dia memberi Madeline obat demam. Setelah itu, dia hanya tinggal dan menjaganya diam-diam.Dia tinggal di sisi Madeline sepanjang sore. Ketika merasa dahi Madeline tidak lagi panas, Jeremy menguji suhunya dan memperhatikan bahwa demamnya memang sudah turun.Dia merasa sangat lega dan memutuskan untuk pergi.Dia mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dari sakunya. Kemudian, setelah meletakkan benda itu,
Menggunakan kesempatan ini, Naomi mencoba menyanjung Ryan.“Rye, mari kita balikan, oke? Akulah orang yang benar-benar mencintaimu.”Dengan Naomi yang terus-menerus mengganggunya, dia akhirnya kehilangan kendali atas Madeline.Madeline berlari keluar pintu dan langsung disambut angin musim gugur dan hujan. "Jeremy, Jeremy!"Dia berteriak pada kekosongan tak bertepi di depannya. “Kalau kau tak bisa melepaskanku, lalu kenapa kau bersembunyi dariku? Apa kau pikir aku tidak akan terluka jika kau bersembunyi dariku?”Jeremy berdiri di belokan dekat situ dan senang dengan adanya hujan.Setidaknya Madeline tak akan bisa menangkap aromanya.Ryan berlari dan memeluk Madeline ketika melihat wanita itu dalam pakaian sangat tipis berdiri di tengah hujan."Eveline, tenangkan dirimu." Ryan menghibur sambil memegangi Madeline yang meronta-ronta sebelum membawa wanita itu kembali ke dalam.Naomi tak tahan melihat betapa Ryan sangat peduli pada Madeline. Karena itu, dia menerjang ke depan mereka untuk
Jeremy tidak lupa bagaimana Lana juga ingin bertukar informasi ini dengannya, tapi dia tak peduli.Sekarang, dia hanya ingin orang-orang yang menghancurkan hubungannya dengan Madeline menghilang dari dunia ini.Melihat wajah Naomi yang semakin ungu, dia tiba-tiba mendengar suara panik Madeline yang mengatakan kepadanya, "Jeremy, jangan membuat kesalahan lagi."'Tidak, Linnie. Aku tidak akan membuat kesalahan yang sama lagi.’‘Jika kau tidak suka aku melakukan sesuatu yang melampaui batas, maka aku tidak akan melakukannya.’Naomi hampir berhenti bernapas. Pada saat ini, dia pikir dia sedang dalam perjalanan untuk bertemu Tuhan ketika Jeremy melepaskan tangannya.Naomi terbaring di tanah dan tersengal-sengal. Dia mengangkat kepalanya, dan ketika melihat pria yang menjulang di atasnya seperti setan, dia meringkuk menjadi bola.“A―aku akan berhenti bikin masalah dengan Eveline. T―tolong, biarkan aku pergi, Mr. Whitman…”Jeremy menatap Naomi yang gemetar hebat dengan tatapan jahat namun acu
Ketika Lilian melihat Fabian, senyum mengembang di wajah cantiknya.Meski tidak mengatakan apa-apa, bahasa tubuhnya menunjukkan kalau anak itu ingin dekat-dekat dengan Fabian.Madeline melepaskan tangannya dan membiarkan Lilian mendatangi Fabian.Fabian berjongkok dan memeluk gadis kecil yang menggemaskan itu. "Lilly, apa kamu kangen aku?"Lilian mengangguk.Fabian merasakan hatinya semakin menghangat saat melihat wajah polos itu.Madeline tidak menghentikan tindakan Fabian. Dia pikir adegan di depannya ini juga terlihat sangat mengharukan.Dia bisa melihat perhatian dan kepedulian Fabian terhadap Lilian.Pemuda ini dulu sembrono, tetapi sekarang, sepertinya dia telah banyak berubah."Fabian, apa kau kesini mencariku?" Madeline bertanya.Fabian mengangguk. Dia tidak keberatan gadis kecil di pelukannya bermain-main dengan rambutnya.“Lana akan segera dihukum. Tapi, dia menolak mengakui bahwa dialah yang menyebabkan kebakaran di Montgomery Manor. Dia bersikeras bahwa Jeremy adalah orang
Angin di awal musim dingin begitu menusuk tulang. Rasanya seperti ditumbuhi semak berduri yang melilit hatinya yang terluka, mengintensifkan rasa sakitnya.Madeline mengulurkan tangannya yang gemetar dan mengambil kartu yang diberikan Ken padanya.Ketika kartu itu berada di tangannya, dia merasa seolah-olah telah menyentuh ujung-ujung jari Jeremy yang dingin."Kapan itu terjadi?" Dia menekan kesedihannya dan bertanya dengan tenang."Hari ini adalah hari ke-49," jawab Ken dan menatap makam di depannya sebelum menghela napas.“Kenapa Mr. Whitman memilih tempat ini dan kenapa batu nisan itu lebih pendek adalah karena beliau menyesal atas apa yang terjadi pada kedua orang tua Anda. Jadi, setelah kematian beliau, beliau dengan rendah hati akan berlutut kepada mereka dengan harapan bisa menebus dosa-dosa beliau kepada kedua orang tua Anda.”Madeline tak bisa menahan air matanya lagi setelah mendengar itu. Air mata mulai mengalir di kedua pipinya dan ke kartu di tangannya.Lilian mengerutkan
Setelah membaca surat itu, Madeline menangis tersedu-sedu.Dia mengangkat matanya yang merah dan berkaca-kaca lalu menatap makam tanpa nama itu sebelum menyentuhnya.“Bagaimana aku bisa melupakanmu?”Dia tersenyum sementara air mata terus mengalir dari kedua matanya. Angin dingin menyerbu tubuhnya, dan dia merasakan sesuatu yang pecah berkeping-keping dari dalam dirinya.Tiba-tiba, dia bangkit dan berlari ke depan makam Eloise dan Sean sebelum berlutut dengan bunyi keras."Mom, Dad, tolong maafkan Jeremy, kumohon..."Madeline memohon dengan sedih. Lilian tak tahu mengapa Madeline menangis begitu sedih. Namun, dia juga berlari dan berlutut seperti ibunya.Keduanya berlutut di depan makam di tengah terpaan angin dingin musim dingin. Salah satu dari mereka menangis sementara yang lain menghibur.Pria di dalam mobil hitam di pintu masuk pemakaman mengangkat mata sipitnya dan melihat pemandangan di depannya. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya."Ayo pergi."Mobil mulai melaju dan menghil
Madeline merasa penasaran, jadi dia mengikuti Lilian ke jendela kaca di sisi lain.Lilian bertingkah aneh, dan dia terus menunjuk ke kaca.Madeline melihat ke tempat yang ditunjuk Lilian tetapi tidak melihat apa-apa."Lilly, apa yang kamu ingin aku lihat?" Madeline tersenyum dan bertanya dengan sabar.Lilian mengedipkan matanya dan meraih tangan Madeline. Kemudian, dia menuntun ibunya ke pintu.Jackson mengikuti di belakang mereka dengan tergesa-gesa ketika melihat itu.Madeline belum pernah melihat putrinya bertingkah seperti ini sebelumnya. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat sambil terus merasa seperti sesuatu akan terjadi tidak lama lagi.Lilian meraih tangan Madeline dan berjalan ke sisi lain jalan. Kemudian, mereka masuk ke dalam sebuah gedung."Lilly, apa kamu ingin aku datang ke sini?" Madeline melihat sekeliling dan tidak melihat sesuatu yang aneh.Mata Lilian berbinar. Dia juga melihat sekeliling.Anak itu seperti sedang mencari sesuatu. Namun, dia tidak bisa menemukan apa