"Jeremy, apa yang kau lihat? Lampunya sudah hijau," ujar Lana memberi tahu. Saat dia hendak melihat ke arah Jeremy menatap, mobil mulai melaju.Jeremy mengambil tisu untuk menyeka noda darah dari sudut mulutnya.Lana tidak menyadari kalau Jeremy batuk darah, hanya menopang pipinya dengan satu tangan saat menatap Jeremy yang sedang mengemudi dengan ekspresi kasmaran di wajahnya."Jeremy, kau sangat menawan. Aku dulu sering bermain-main dengan banyak pria, tapi kau berbeda. Aku benar-benar ingin berada di sisimu selamanya."Jeremy melirik ke samping. "Apa kau benar-benar sangat menyukaiku?""Tentu saja." Mata Lana dipenuhi dengan tatapan tergila-gila, dan dia tampak percaya diri. "Aku akan membuatmu perlahan-lahan jatuh cinta padaku dan melupakan si Eveline itu karena aku percaya cinta kita akan bertahan lama."Jeremy menarik sudut bibirnya dan tersenyum penuh arti. "Aku juga percaya itu."Lana puas dengan jawaban Jeremy, tapi masih melihat dengan sedikit khawatir ke arah yang baru saja
Byuur, byuur!Lilian spontan berjuang di dalam air.Sementara itu, Lana berdiri di tepi kolam dan menikmati pemandangan. Dia melihat Lilian akhirnya berhenti berjuang, perlahan-lahan tenggelam ke dasar kolam. Lana kemudian mengepulkan asap, tatapannya menjadi lebih psikotik dan puas."Eveline, sepertinya aku akan bisa segera melihat seperti apa dirimu saat dalam kesakitan."Dia tersenyum, lalu berbalik dan pergi. Dia memutuskan akan membuang mayat Lilian saat pulang nanti.Fabian, yang keluar dari rumah untuk menjawab telepon, samar-samar mendengar suara-suara aneh. Dia berjalan menuju kolam renang tempat suara-suara itu berasal.Awalnya, dia mengira itu hanya seekor burung yang terbang di permukaan kolam renang, tetapi setelah melihat lebih dekat, dia menyadari kalau itu adalah seorang anak!Dia tak tahu kenapa ada seorang anak di dalam air. Dia bergegas melompat ke dalam air tanpa ragu-ragu.Ketika melihat kalau ternyata gadis kecil itu adalah Lilian, pikiran Fabian sesaat menjadi ko
Fabian membalas dengan sewajarnya. “Ini adik perempuanku. Siapa yang tidak mandi bersama dengan saudara laki-laki mereka saat masih kecil? Apa yang salah dengan melihat?! Lagi pula, aku baru saja mengganti pakaian Lilly. Sama sekali tidak cabul seperti yang kalian pikirkan!”Earl dan Red menutup mulut mereka dan nyengir setelah mendengar itu.Di dalam kamar, Fabian memang hendak mengganti pakaian Lilly. Dia bahkan menyuruh Earl dan Red segera pergi ke mal untuk membeli beberapa pakaian saat dia dengan lembut mengeringkan rambut Lilly dan menyeka wajahnya.Melihat warna wajah gadis kecil itu berangsur-angsur pulih, senyum lega perlahan muncul di wajah Fabian.“Dengan aku di sini, Lilian pasti akan baik-baik saja.”Dia berjanji, tetapi masih merasa aneh bagaimana Lilly bisa berakhir di kolam renang di rumahnya.Meskipun tidak memiliki otak bisnis seperti Yorick, dia juga tidak bodoh.Dia segera memikirkan Lana dan memutuskan untuk minta penjelasan wanita itu setelah Lilian bangun nanti.
Jeremy menatap punggung Lana dengan jijik dan turun dari mobil untuk menyusul wanita itu dengan rasa tidak senang.“Aduh manis sekali!”Lana mengeluarkan suara mengejek yang dia tujukan pada Madeline dan Ryan.Madeline melepaskan diri dari pelukan Ryan. Ketika mendongak untuk melihat Lana, dia juga melihat Jeremy yang mengikuti Lana dari dekat.Matanya yang berlinang air mata langsung menjadi tajam, memancarkan cahaya dingin.Namun, Madeline tidak mau membuang waktu dan napasnya. Dia menoleh ke arah Ryan dan berkata, "Rye, ayo pergi ke kantor polisi.""Oke." Ryan mengangguk dan melangkah maju lalu meraih tangan Madeline.Madeline sesaat membeku ketika merasakan telapak tangan hangat Ryan, tetapi tidak melepaskannya.Meskipun di bawah tirai malam, Jeremy masih bisa melihat air mata di kedua mata Madeline.'Dia menangis.’‘Kenapa dia menangis?’Dia berpikir dengan hati-hati. Melihat Ryan menuntun Madeline pergi, Jeremy membuka mulutnya dan berpura-pura menghina dengan mengatakan, “Mr. Jo
Lana menginjak rem setelah mendengar itu. Dia menatap pria tampan dan dingin itu dengan kegembiraan dan antisipasi. "Jeremy, apakah yang kau katakan itu serius?""Kau pikir aku bercanda? Dengan caraku memperlakukanmu selama ini, tidak bisakah kau merasakannya?” Jeremy bertanya balik dengan santai.Lana berpikir sejenak dan tidak ragu lagi."Kalau begitu, Jeremy, bahkan jika sesuatu terjadi pada anak-anakmu dan Madeline, kau tidak akan peduli lagi?"Jeremy diam-diam menyembunyikan kesedihan di matanya. "Sudah kubilang, aku hanya peduli padamu sekarang.""Baguslah kalau begitu." Lana tersenyum, lalu berkata, "Anak buahku hari ini tiba-tiba bertemu dengan putri Eveline dan berpikir anak itu sangat menyebalkan, jadi dia menanganinya."Jeremy tiba-tiba menekuk jari-jarinya, menahan emosinya. "Apa maksudmu dengan 'menanganinya'?""Anak buahku mengambil inisiatif untuk menenggelamkan benda kecil itu."Jeremy mengepalkan tinjunya setelah mendengar itu. Kesedihan mendalam yang tak tertahankan t
Jeremy hendak menghabisi Lana ketika mendengar Fabian berteriak dengan marah.Lana dalam suasana hati yang bagus, tapi dia langsung kena marah Fabian begitu memasuki rumah. Ekspresinya mengeras. Dia hendak membuka mulutnya untuk membalas ketika melihat Fabian menggendong Lilian, yang sehat walafiat, di pelukannya.Jeremy juga melihat Lilian.Hatinya yang babak belur, yang sudah penuh lubang, langsung menjadi tenang.‘Lilian.’'Putri kecilku.’'Jadi kamu baik-baik saja. Ini luar biasa!’'Daddy takut terjadi sesuatu padamu. Jika sesuatu terjadi padamu, ibumu akan hancur total.'Jeremy berpikir dalam hati, lalu mendengar Fabian memarahi Lana lagi. “Kau menyuruh anak buahmu menculik Lilian, bukan? Kau benar-benar melemparkan anak sekecil ini ke dalam kolam renang tanpa peduli apakah dia hidup atau mati. Apa kau masih manusia?”“Fabian Johnson! Diam!" Lana sangat marah. “Kapan aku menculik benda kecil ini? Hentikan omong kosongmu!”“Siapa lagi kalau bukan kamu?” Fabian menegur dengan keras.
"Lana, aku tidak punya saudara perempuan sepertimu!"Fabian menggendong Lilian, berbalik, dan berjalan menuju garasi.Lilian, yang berada di pelukannya, terus memperhatikan Jeremy yang telah mengabaikannya.Sepasang matanya yang besar dan polos berkedip ringan, tetapi perlahan-lahan meredup dan menutup rapat.Jeremy menatap Lilian yang terbawa oleh penglihatan tepinya. Dia yakin Fabian tidak akan menyakiti gadis kecilnya.Dia menggumamkan ribuan permintaan maaf dalam hati, tapi tak bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya.Dia adalah putri kecil satu-satunya dirinya dan Madeline, tapi dia bahkan tak bisa membantu putri kecil yang berharga itu berdiri ketika jatuh di depannya.Ayah macam apa dia?Madeline dan Ryan baru saja sampai di Whitman Manor dari kantor polisi. Mereka masih khawatir tentang keberadaan Lilian ketika melihat sebuah mobil sport di parkir di pintu.Dia memfokuskan pandangannya dan melihat Fabian duduk di kursi penumpang dengan seorang anak di pelukannya.“Lilian?”Mad
Madeline ingat rokok yang dia dapatkan dari kotak rokok Jeremy saat itu. Dia mengambil rokok itu untuk menjalankan tes komponen.Namun, terlalu banyak hal terjadi tiba-tiba setelah itu. Kedua orangtuanya meninggal, dan Jeremy yang menyebabkan kematian mereka. Dia telah jatuh ke dalam kekacauan secara tiba-tiba dan benar-benar lupa soal tes itu.Setelah Fabian dan Ryan pergi, Madeline kembali ke kamar untuk menjaga Lilian.Ketika berpikir tentang Lilian yang ingin Jeremy menggendongnya setelah jatuh tetapi hanya melihat ayahnya menutup mata padanya, gadis kecil itu pasti merasa sangat sedih.Meskipun anak itu masih kecil dan belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik, dia masih bisa merasakan bahwa Jeremy tidak menyukainya.Madeline merasa semakin curiga.'Bagaimana seseorang bisa menjadi begitu berdarah dingin? Jawabannya mungkin ada di dalam rokok itu.’Madeline menemani Lilian sepanjang malam dan akhirnya tanpa sadar tertidur.Ketika bangun keesokan harinya, dia melihat Lilian be